Hasil Wawancara
HariTanggal : Kamis, 05 Mei 2011 Waktu
: 17.00 – 18 WIB Tempat
: Kantor Harian Republika, Warung Buncit, Jakarta Selatan Narasumber : Irwan Ariefyanto
Jabatan : Redaktur Pelaksana II Harian Republika Kepala News Room
1. Untuk tajuk rencana Republika, siapa yang biasa bertugas menulisnya?
Tajuk itu satu minggu ada 6 penulis. Ganti-ganti penulisnya tergantung jadwal piket.
2. Dalam satu bulan ada 3 wacana tajuk tentang hubungan kedua Negara,
apakah kasus ini dianggap penting oleh Republika? Mengapa?
Sangat penting sekali. Dalam kasus Indonesia-Malaysia sangat penting sekali. Biar bagaimana pun kita mempunyai kebijakan agar tidak terlalu
memprovokasi. Karena kita lihat saat itu, bagaimana ketika terjadi penangkapan sejumlah petugas KKP oleh Malaysia. Banyak orang
berharap kita bersikap keras, tegas, dengan mungkin perang atau apa. Kita tidak mau seperti itu. Kita hindari. Tapi kalau bersikap tegas kita harus.
Nah inilah selama ini diplomasi Indonesia sangat luar biasa jelek di luar negeri, termasuk terhadap negara tetangga kita sendiri, Malaysia dan
Singapura, juga bagaimana kita harus kehilangan Ambalat.
3. Sebenarnya, bagaimana Republika memandang kasus tersebut?
Kita sangat fokus, tapi kita juga tidak memprovokasi. Jadi intinya Republika selalu menegaskan perlunya ketegasan diplomasi, perlunya
luwesnya diplomasi, tapi kita tidak akan masuk ke dalam provokasi misalnya untuk menimbulkan permusuhan atau kebencian terhadap
Malasyia. Karena bagaimana pun kita tetangga, satu rumpun.
4. Mengapa ketiga tajuk lebih menonjolkan angle tentang Malaysia yang
sebenarnya berhutang budi dengan Indonesia?
Sebenernya di tajuk ini kita menggambarkan bahwa sebenarnya kita ini satu rumpun dan faktanya memang 10 tahun terakhir ini Indonesia jauh
dibandingkan dari Malaysia. Padahal dalam sejarahnya Malaysia banyak belajar dari Indonesia. Tajuk ini menggambarkan bagaimana beberapa
tahun lalu Malaysia banyak belajar tentang pertambangan, pendidikan, atau masalah-masalah yang berhubungan ekonomi dengan Indonesia.
Tetapi dalam perkembangannya ternyata Malaysia lebih maju dari Indonesia. Nah, di sini kita menggambarkan bagaimana Indonesia sangat
tertinggal jauh dari Malaysia dan seharusnya Malaysia melakukan sikap balas budi terhadap Indonesia. Balas budi dalam artian bahwa seharusnya
Malaysia tidak lagi melakukan konfrontasi-konfrontasi seperti yang dilakukan di perairan Riau. Apalagi kita tetangga, kedua kita satu rumpun.
Kita orang-orang Melayu. Kita Republika memang termasuk tidak terlalu keras dalam kasus ini.
5. Mengapa tidak mengambil angle lain seperti kasus-kasus yang biasa