BAB III GAMBARAN UMUM HARIAN REPUBLIKA
A. Sejarah Harian Republika
Harian Republika terbit pertama kali pada tanggal 4 Januari 1993. Ia dilahirkan oleh kalangan komunitas muslim dan dirintis oleh para
wartawan profesional muda yang dipimpin oleh Zaim Ukhrowi. Nama Republika berasal dari ide Presiden Soeharto yang disampaikan saat
beberapa pengurus Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia ICMI pusat menghadap untuk melaporkan rencana peluncuran harian umum
tersebut.
77
ICMI sendiri berdiri pada bulan Desember 1990. ICMI sebagai komunitas cendekiawan muslim melihat bahwa hingga tahun 1990-an
belum ada media atau pers Islam yang cukup berpengaruh di Indonesia. Padahal, 80 penduduk Indonesia merupakan kaum muslim.
Media Islam dianggap kurang menjaga kredibilitas di hadapan pembacanya, sambil mengkompromikan sebuah akomodasi dengan
kepentingan negara. Ilustrasi tersebut terlihat pada Harian Pelita. “Pada pemilu 1977 dan 1982, Pelita dikenal dengan suara
kekuatan politik Islam, terutama Partai Persatuan Pembangunan PPP. Saat itu seikulasinya telah mencapai
hampir 100.000 eksemplar. Usai pemilu 1982, Pelita dibredel. Namun empat bulan kemudian harian ini terbit
kembali dengan garis editorial yang lebih moderat dan lebih
pragmatis-komersial. Semenjak
itu Pelita
ditinggalknan pembacannya.”
78
77
Data resmi berupa Company Profile dari Harian Republika
78
Agus Sudibyo, Hamad, Qarari, Kabar-kabar Kebencian: Prasangka Agama di Media Massa Jakarta: ISAI, 2001, h.10.
Sebagai upaya menjawab persoalan seputar pers yang berorientasi Islam ini, pada tanggal 18 November 1991, ICMI mengadakan seminar
tentang pers Islam. Seminar ini melahirkan harapan perlunya media Islam yang cukup kuat, baik dari segi pengaruh sosial politik maupun aspek
lainnya. Melalui program 5K-nya, yaitu Kualitas Iman, Kualitas Hidup, Kualitas Kerja, Kualitas Karya, dan Kualitas Pikir, ICMI membantu
Republika menembus izin penerbitan yang saat itu sangat ketat.
79
Sebagai organisasi yang menghimpun cendekiawan dari mayoritas pemeluk agama, ICMI memang mempunyai political power yang lebih
dibanding organisasi-organisasi lainnya. Kekuatan ini kemudian didukung oleh banyaknya para birokrat, bahkan tingkat menteri, yang mendukung
ICMI. Hairus Salim H.S di tulisannya yang berjudul “ICMI, Pluralisme
Agama dan Demokrasi” dalam ICMI, Negara dan Demokratisasi : Catatan Kritis Kaum Muda mengatakan:
“Jika ICMI lupa diri dan terjerat dalam semangat serta merta, dua hal ini akan sangat mungkin menggiringnya untuk terus
mengakumulasi kekuasaan dan selalu berupaya untuk menggapai target-target politiknya, yang selama ini dikalkulasi dalam
hitungan-hitungan statisktik jabatan-jabatan strategis dan kritik- kritiknya terhadap kelompok-kelompok lain. Kemungkinan itu
didukung oleh –melebihi partai pula-, ICMI mempunyai “mesin- mesin” politik seperti Harian Republika, CIDES, dan belakangan
ini Ummat.”
80
Bertekad memiliki media massa yang berkualitas dan memegang nilai-nilai spiritualitas, ICMI dan beberapa tokoh pemerintah, serta
79
Data resmi Harian Republika
80
Zuli Qodir, ed, ICMI, Negara dan Demokratisasi : Catatan Kritis Kaum Muda, Yogyakarta: Kelompok Studi Lingkaran, 1995, h. 22.
masyarakat yang berdedikasi pada pembangunan masyarakat yang beragama Islam, membentuk Yayasan Abdi Bangsa pada 17 Agustus
1992. Yayasan ini kemudian memiliki tiga program, salah satunya adalah penerbitan Harian Umum Republika. Yayasan Abdi Bangsa ini
mendirikan PT. Abdi Bangsa dan lahirlah Harian Republika.
81
Republika lahir di atas upaya refleksi kegagalan pers Islam sebelumnya. Manajemen awal Republika mencoba meretas persoalan
klasik: bagaimana mengedepankan misi Islam. Dalam konteks jurnalisme, bagaimana menerapkan kaidah pemberitaan yang profesional tanpa
meninggalkan misi keIslamannya. Parni Hadi selaku pemimpin redaksi pertama Harian Republika
mengatakan bahwa pada awalnya Republika digagas berdasarkan kesadaran untuk menyajikan yang terbaik sebagai pengabdian kepada
Sang Khaliq. Kemudian timbul niat, lalu tekad, dan, akhirnya berbuat untuk mewujudkannya.
82
Founding Fathers harian ini telah menetapkan Republika sebagai sebuah harian umum yang berwawasan kebangsaan keindonesiaan dan
bernafaskan Islam. Mottonya adalah mencerdaskan “kehidupan bangsa”, seluruh Bangsa Indonesia yang sebagian besar terdiri dari umat Islam.
Dan, landasan untuk pencerdasan itu harus Islami. Artinya, berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Rasul.
83
Sebagai media massa –seperti yang lain-
81
Data resmi Harian Republika
82
Hernowo, ed, Lautan Hikmah: Kumpulan Renungan Keagamaan di Harian Republika, Bandung: Mizan, 1994, h. 5
83
Ibid, h.5.
Republika mengemban fungsi sebagai alat penyampai informasi, pendidik, penghibur dan sarana kontrol sosial sekaligus.
Berdasarkan data yang diperoleh dari situs jejaring sosial Facebook resmi milik Republika, Tahun 1995, Republika membuka situs web di
internet. Republika menjadi yang pertama mengoperasikan Sistem Cetak Jarak Jauh SCJJ pada tahun 1997.
84
Pendekatan juga dilakukan kepada komunitas pembaca lokal. Republika menjadi salah satu koran pertama
yang menerbitkan halaman khusus daerah. Selalu dekat dengan publik pembaca adalah komitmen Republika untuk maju.
Republika tidak hanya ditujukan untuk mendukung partai politik atau untuk orang saleh belaka, tetapi ditujukan untuk orang-orang yang
belum mantap imannya dan ogah dengan seruan moralistik. Dengan demikian, Republika memuat secara teratur artikel-artikel mengenai seni,
televisi, sastra, dan tren mode yang menarik bagi muslim kelas menengah dan atas yang menjadi pembacanya.
85
Kosmopolitanisme Republika adalah suatu upaya menunjukkan bahwa Islam bukan hanya sekedar
persoalan untuk orang desa dan ulama, tetapi sebuah agama yang bisa mengilhami suatu kesadaran sosial yang sesuai dengan aspirasi rakyat
sebagai keterbukaan dan pluralisme.
86
Rubrik khas Republika adalah Hikmah.
87
Rubrik ini lahir setelah Republika merasakan masih ada yang kurang dalam sajian koran ini
84
http:www.facebook.compagesREPUBLIKA-Online diakses pada tanggal 09-05- 2011
pukul 20:40 WIB
85
Data resmi Harian Republika
86
Agus Sudibyo, Hamad, Qadari, Kabar-kabar Kebencian, h. 11
87
Hernowo, ed, Lautan Hikmah: Kumpulan Renungan Keagamaan di Harian Republika, h. 6.
setelah kurang lebih satu tahun terbit. Republika merasa perlunya hadir sebuah sajian tentang bimbingan ruhani yang Islami. Bahan-bahan untuk
rubrik ini terdiri atas kandungan Al-Quran, Hadis, kisah-kisah sahabat Nabi sampai kisah-kisah masa kini.
Rubrik ini muncul pertama kali untuk menyambut Bulan Ramadhan 1413 H. Namanya, “Marhaban Ya Ramadhan” kemudian
berubah menjadi “Hikmah Ramadhan”. Kemudian, untuk menyambut bulan haji, muncul kembali dengan nama “Labbaika Ya Allah”. Terakhir,
ia menyandang nama tetap “Hikmah” sampai sekarang.
88
Sebagai tanggungjawab sosial kepada masyarakat luas, khususnya kaum dhuafa, juga sekaligus ikut serta mensukseskan program pemerintah
dalam mengentaskan kemiskinan, pada Juli 1993, Republika membuka program Dompet Dhuafa. Program ini bertujuan menghimpun, mengelola,
dan menyalurkan zakat para pembacanya.
89
Eri Sadewo, salah satu pendiri program Dompet Dhuafa ini menerangkan bahwa secara bisnis, Republika sudah maju dan perlu terus
menggali karakter untuk membuat peran Republika semakin penting di masyarakat.
90
B. Visi dan Misi Harian Republika