Pengaruh Penilaian Prestasi Kerja Dan Pelatihan Terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Pada PT. Bank Bukopin Cabang Medan
PENGARUH PENILAIAN PRESTASI KERJA DAN PELATIHAN
TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA
PT. BANK BUKOPIN CABANG MEDAN
TESIS
Oleh
INTAN SRI KEMALA
037019061/IM
SE
K O L A
H
P A
S C
A S A R JA
NA
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
(2)
PENGARUH PENILAIAN PRESTASI KERJA DAN PELATIHAN
TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA
PT. BANK BUKOPIN CABANG MEDAN
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
INTAN SRI KEMALA 037019061/IM
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2008
(3)
Judul Tesis : PENGARUH PENILAIAN PRESTASI KERJA DAN PELATIHAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA PT. BANK BUKOPIN CABANG MEDAN
Nama Mahasiswa : Intan Sri Kemala
Nomor Pokok : 037019061
Program Studi : Ilmu Manajemen
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Dr. Rismayani, SE.MS) (Drs. Syahyunan, M.Si) Anggota Ketua
Ketua Program Studi Direktur
(Dr. Rismayani, SE.MS) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B. M.Sc)
(4)
Telah diuji pada
Tanggal : 06 Februari 2008
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr. Rismayani, SE, MS
Anggota : 1. Drs. Syahyunan, M.Si
2. Prof. Dr. Arnita Zainoeddin, M.Si 3. Dra. Nisrul Irawati, MBA
(5)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul :
PENGARUH PENILAIAN PRESTASI KERJA DAN PELATIHAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA KARYAWAN PADA
PT. BANK BUKOPIN CABANG MEDAN
Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum pernah dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya.
Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.
Medan, Februari 2008 Yang Membuat Pernyataan
(6)
ABSTRAK
Penilaian prestasi kerja (Performance appraisal) adalah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka. Pelatihan adalah program-program untuk memperbaiki kemampuan melaksanakan pekerjaan secara individual, kelompok, dan/atau berdasarkan jenjang jabatan dalam organisasi/perusahaan. Produktivitas adalah konsep universal, yang dimaksud yaitu menyediakan banyak barang dan jasa untuk kebutuhan semakin banyak orang dengan menggunakan semakin sedikit sumber-sumber daya.
Penelitian yang dilakukan bersifat asosiatif dengan studi kasus bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh penilaian prestasi kerja dan pelatihan terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT Bank Bukopin Cabang Medan dan mengetahui pengaruh variabel yang dominan (penilaian prestasi kerja dan pelatihan) terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT Bank Bukopin Cabang Medan.
Populasi dalam penelitian ini dibatasi pada karyawan Unit Operasional PT Bank Bukopin Cabang Medan yang berjumlah 86 orang. Data dikumpulkan dengan pengamatan langsung, daftar pertanyaan, wawancara dan studi dokumentasi. Pengolahan data dengan menggunakan perangkat lunak SPSS Versi 12,0, dianalisis dengan analisis deskriptif dan pengujian hipotesis dengan regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (l). Penilaian prestasi kerja dan pelatihan berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan. Hal ini berarti penilaian prestasi kerja dan pelatihan sangat menentukan atau berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas kerja karyawan. (2). Penilaian prestasi kerja berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan dan pelatihan juga berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan. (3). Pelatihan mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap produktivitas kerja karyawan, hal ini terlihat melalui tingkat signifikansi pada persamaan regresi linier berganda variabel bebas terhadap variabel terikat.
Disarankan kepada perusahaan untuk meningkatkan pemberian informasi mengenai penilaian pelaksanaan pekerjaan sehingga para karyawan mengerti tujuan penilaian prestasi kerja guna meningkatkan prestasi mereka dan menghindari kesalahpahaman antara perusahaan dan diharapkannya adanya timbal balik positif diantaranya sehingga sistem penilaian tersebut bermanfaat bagi perusahaan maupun bagi karyawan.
(7)
ABSTRACT
Performance Appraisal is process of through which organizations evaluate or assess the labour capacity employees. This activity can improve; repair the personnel decision and give the feed back to all employees of about their job execution. Training program is to improve the ability work individually, group, and pursuant to position ladder in organization/company. Productivity is an universal concept that is provide a lot of goods and service for the requirement more people by using progressively a few resource.
The main objective of this research is to know and analyze the influence of performance appraisal and training to productivity employees at PT Bank Bukopin Cabang Medan and know the dominant variable influence (performance appraisal and training) the employees productivity at PT Bank Bukopin Cabang Medan. Research conducted have the character of the asosiatif with case study.
Population in this research limited at employees of Unit of Operational of PT Bank Bukopin Cabang Medan amounting to 86 people. Data collected with the direct perception, questionnaire, interview and documentation study. Questionnaire is beforehand tested by using examination of validity and reliability. Data Processing by using software of SPSS Version 12,0 analysed with the descriptive analysis and hypothesis examination with the multiple linear regression.
The result indicates that; (1). Performance appraisal and training have an effect on the productivity of employees significantly. It means that the assessment of labour capacity and training very determining or having an effect on making work productivity employees. (2). Performance appraisal have an effect on the significant to productivity of employees and training also have an effect on the signifikan to work productivity employees. (3). Training has the most dominant influence on work productivity employees, it can be seen through the level of significance at multiple linear regression.
It is suggested for the company to give more information related to the implementation of the training in order to make the employees understand the objective of performance appraisal and to avoid any misunderstanding to produce good feedback for the employees and the company.
(8)
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini.
Penulis menyadari dalam penyelesaian tesis ini banyak pihak yang telah membantu,
oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B., M.Sc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Dr. Rismayani, SE, MS, selaku Ketua Program Studi Ilmu Manajemen
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan juga selaku Ketua Komisi
Pembimbing yang telah banyak memberikan pengarahan dan membantu
menyelesaikan tesis ini.
3. Bapak Drs. Syahyunan, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Manajemen
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara sekaligus sebagai Dosen
Pembimbing yang selalu membantu dan memberikan semangat kepada penulis
dan Anggota Dosen Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan
penulis.
5. Ibu Prof. Dr. Arnita Zainuddin, M.Si, Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA, Bapak Drs.
HB. Tarmizi SU, selaku Dosen Pembanding yang telah memberikan
masukan-masukan demi penyempurnaan tesis ini.
6. Seluruh Staf Pengajar Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana Universitas
(9)
7. Ayahanda “H. Chalidin A. Ismail” dan Mamanda “Hj. Nur’aini” tercinta yang
penuh kasih sayang dan selalu mendoakan penulis serta seluruh keluarga yang
turut memberikan bantuan dan dukungan dalam menyelesaikan studi ini.
8. Suamiku tercinta “H. Syamsul Syarif, SE” yang telah menjadi ispirasi dan
dorongan bagi penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Ananda-anandaku tersayang
“Iid, Echa, ‘Aisy Javas si buah hati tersayang”.
9. Abangda Ir. Munzir Baraqah, Rizal, SH, M. Hum dan kakanda tercinta Kemala
Sari, SKM, Tak lupa juga Abangda Ipar Mayor Inf. Zainal Bahar, dr. Rosnizar
Arifin, Sp.Ak, Madda Ellyana, SH. M.Kn, yang selalu menyemangati penulis
dalam menyelesaikan tesis ini. Ponakan-ponakan yang lucu dan imut-imut
“Zahra, Nabila, Aqila, Fathan, Aghniya, Faidz dan Wirajati” yang memacu
penulis untuk lebih terinspirasi dalam menyelesaikan studi ini.
10. Rekan-rekan mahasiswa Angkatan VI Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah
Pascasarjana USU serta semua pihak yang telah membantu penulis.
Akhir kata, penulis mendo’akan semoga Allah SWT memberikan balasan
yang setimpal kepada semua pihak yang telah membantu penulis.
Medan, Desember 2008 Penulis
(10)
RIWAYAT HIDUP
Intan Sri Kemala, dilahirkan di Medan Sumatera Utara pada tanggal 21 Mei 1978 dari pasangan H. Chalidin A. Ismail dan Hj. Nur'aini, sebagai anak keempat dari empat (4) bersaudara.
Menikah pada tanggal 5 Februari 2005 dengan H. Syamsul Syarif, SE yang dilahirkan di Medan tanggal 19 September 1963 dari pasangan Alm. Mhd. Syarif dan Hj. Siti Aminah dan mempunyai 2 orang anak, putra pertama bernama M. Hadiid Asyari dan putri kedua bernama Annisa Safira dan pada tanggal 25 Juli 2006 lahir Putra ketiga dari buah cinta kami yang diberi nama ‘Aisy Javas.
Mengikuti jenjang pendidikan dari SD Swasta IKAL Medan (lulus tahun 1990, SMP Negeri 6 Medan (lulus tahun 1993), SMF Medan (lulus tahun 1996), Program S1 Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh (lulus tahun 2002). Mulai bekerja di PT Bank Bukopin Cabang Medan dari tahun 2002 sebagai Relationship Officer bagian Business Customer Banking Group (BCG).
(11)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5
1.4 Kerangka Pemikiran... 6
1.5 Hipotesis... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 10
2.1 Penelitian Terdahulu ... 10
2.2 Teori tentang Penilaian Prestasi Kerja ... 11
2.2.1 Pengertian Prestasi Kerja ... 11
2.2.2 Penilaian Prestasi Kerja ... 13
2.2.3 Metode-metode Penilaian Prestasi Kerja ... 19
2.2.4 Kendala-kendala Penilaian Prestasi Kerja... 24
2.3 Teori tentang Pelatihan ... 26
2.3.1 Pengertian Pelatihan ... 26
2.3.2 Program-program Pelatihan ... 33
2.4 Teori tentang Produktivitas Kerja ... 37
(12)
2.4.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas
Kerja ... 39
2.4.3 Metode Pengukuran Produktivitas Kerja ... 43
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 47
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 47
3.2 Metode Penelitian ... 47
3.3 Populasi dan Sampel ... 47
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 48
3.5 Jenis dan Sumber Data ... 48
3.6 Identifikasi Variabel Penelitian ... 49
3.7 Definisi Operasional Variabel ... 49
3.8 Pengujian Validitas dan Reliabilitas... 51
3.9 Pengujian Asumsi Klasik ... 52
3.10 Model Analisis Data... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 57
4.1 Hasil Penelitian ... 57
4.1.1 Sejarah Singkat PT Bank Bukopin Cabang Medan... 57
4.1.2 Karakteristik Responden ... 60
4.1.3 Deskripsi Variabel Penelitian... 63
4.1.3.1 Variabel Penilaian Prestasi Kerja... 63
4.1.3.2 Variabel Pelatihan ... 64
4.1.3.3 Variabel Produktivitas Kerja... 65
4.1.4 Pengujian Asumsi Klasik ... 66
4.1.4.1 Uji Normalitas ... 66
4.1.4.2 Uji Multikolinieritas ... 68
4.1.4.3 Uji Heteroskedastisitas ... 69
4.1.4.4 Koefisien Determinasi (R2) ... 71
4.1.5 Pengujian Hipotesis... 72
(13)
4.1.5.2 Uji Parsial ... 74
4.2 Pembahasan... 76
4.2.1 Pengaruh Penilaian Prestasi Kerja dan Pelatihan terhadap Produktivitas Kerja Karyawan... 76
4.2.2. Pengaruh Penilaian Prestasi Kerja terhadap Produktivitas Kerja Karyawan ... 77
4.2.3. Pengaruh Pelatihan terhadap Produktivitas Kerja Karyawan... 79
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 82
5.1 Kesimpulan ... 82
5.2 Saran... 82
(14)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
3.1 Operasional Variabel Penelitian ... 50
4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 60
4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 61
4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Masa Kerja ... 61
4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan... 62
4.5 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Perkawinan ... 62
4.6. Tanggapan Responden terhadap Penilaian Prestasi Kerja ... 63
4.7. Tanggapan Responden terhadap Penilaian Prestasi Kerja ... 64
4.8. Tanggapan Responden terhadap Penilaian Prestasi Kerja ... 65
4.9 Uji Kolmogorov – Smirnov (K-S) ... 68
4.10 Hasil Uji Multikolinearitas ... 69
4.11 Hasil Uji Glesjer ... 71
4.12 Hasil Uji Determinasi ... 71
4.13 Hasil Regresi Penilaian Prestasi Kerja dan Pelatihan terhadap Produktivitas Kerja Karyawan... 72
(15)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
4.1 Uji Normalitas... 66
4.2 Uji Normalitas... 67
(16)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1 Angket Penelitian... 86
(17)
ABSTRAK
Penilaian prestasi kerja (Performance appraisal) adalah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka. Pelatihan adalah program-program untuk memperbaiki kemampuan melaksanakan pekerjaan secara individual, kelompok, dan/atau berdasarkan jenjang jabatan dalam organisasi/perusahaan. Produktivitas adalah konsep universal, yang dimaksud yaitu menyediakan banyak barang dan jasa untuk kebutuhan semakin banyak orang dengan menggunakan semakin sedikit sumber-sumber daya.
Penelitian yang dilakukan bersifat asosiatif dengan studi kasus bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh penilaian prestasi kerja dan pelatihan terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT Bank Bukopin Cabang Medan dan mengetahui pengaruh variabel yang dominan (penilaian prestasi kerja dan pelatihan) terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT Bank Bukopin Cabang Medan.
Populasi dalam penelitian ini dibatasi pada karyawan Unit Operasional PT Bank Bukopin Cabang Medan yang berjumlah 86 orang. Data dikumpulkan dengan pengamatan langsung, daftar pertanyaan, wawancara dan studi dokumentasi. Pengolahan data dengan menggunakan perangkat lunak SPSS Versi 12,0, dianalisis dengan analisis deskriptif dan pengujian hipotesis dengan regresi linear berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (l). Penilaian prestasi kerja dan pelatihan berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan. Hal ini berarti penilaian prestasi kerja dan pelatihan sangat menentukan atau berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas kerja karyawan. (2). Penilaian prestasi kerja berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan dan pelatihan juga berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan. (3). Pelatihan mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap produktivitas kerja karyawan, hal ini terlihat melalui tingkat signifikansi pada persamaan regresi linier berganda variabel bebas terhadap variabel terikat.
Disarankan kepada perusahaan untuk meningkatkan pemberian informasi mengenai penilaian pelaksanaan pekerjaan sehingga para karyawan mengerti tujuan penilaian prestasi kerja guna meningkatkan prestasi mereka dan menghindari kesalahpahaman antara perusahaan dan diharapkannya adanya timbal balik positif diantaranya sehingga sistem penilaian tersebut bermanfaat bagi perusahaan maupun bagi karyawan.
(18)
ABSTRACT
Performance Appraisal is process of through which organizations evaluate or assess the labour capacity employees. This activity can improve; repair the personnel decision and give the feed back to all employees of about their job execution. Training program is to improve the ability work individually, group, and pursuant to position ladder in organization/company. Productivity is an universal concept that is provide a lot of goods and service for the requirement more people by using progressively a few resource.
The main objective of this research is to know and analyze the influence of performance appraisal and training to productivity employees at PT Bank Bukopin Cabang Medan and know the dominant variable influence (performance appraisal and training) the employees productivity at PT Bank Bukopin Cabang Medan. Research conducted have the character of the asosiatif with case study.
Population in this research limited at employees of Unit of Operational of PT Bank Bukopin Cabang Medan amounting to 86 people. Data collected with the direct perception, questionnaire, interview and documentation study. Questionnaire is beforehand tested by using examination of validity and reliability. Data Processing by using software of SPSS Version 12,0 analysed with the descriptive analysis and hypothesis examination with the multiple linear regression.
The result indicates that; (1). Performance appraisal and training have an effect on the productivity of employees significantly. It means that the assessment of labour capacity and training very determining or having an effect on making work productivity employees. (2). Performance appraisal have an effect on the significant to productivity of employees and training also have an effect on the signifikan to work productivity employees. (3). Training has the most dominant influence on work productivity employees, it can be seen through the level of significance at multiple linear regression.
It is suggested for the company to give more information related to the implementation of the training in order to make the employees understand the objective of performance appraisal and to avoid any misunderstanding to produce good feedback for the employees and the company.
(19)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah-masalah sumber daya manusia secara historis dapat ditinjau dari
perkembangannya sejak dulu. Bahkan masalah sumber daya manusia yang
kelihatannya hanya merupakan masalah intern dari suatu organisasi, sesungguhnya
mempunyai hubungan yang erat dengan perikehidupan manusia dan masyarakat yang
telah menimbulkan berbagai konsepsi tentang sumber daya manusia dan statusnya
dalam masyarakat di mana organisasi itu berada.
Dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah sumber daya
manusia sehari-hari pada hakikatnya setiap atasan/pimpinan yang mempunyai
wewenang tertentu seperti pengangkatan, penempatan, pemindahan, pemanfaatan,
pengembangan serta pemberhentian biasanya juga menentukan kebijaksanaan
pelaksanaan sendiri. Perumusan dan penetapan kebijaksanaan yang demikian ini
pada umumnya tidak terpadu, sehingga sering dirasakan sebagai pencerminan selera
pribadi yang tentunya sangat subyektif sifatnya.
Ada yang beranggapan bahwa banyak segi sumber daya manusia diatur atas
dasar hak prerogatif pimpinan yang berwenang memutuskan. Keputusan tersebut
sering dirasakan oleh pihak-pihak tertentu sebagai sangat subyektif, pilih kasih, like
and dislike, dan sebagainya. Penetapan suatu kebijakan berupa keputusan tentang
(20)
pimpinan kepada bawahan termasuk di dalamnya penilaian prestasi kerja karyawan
yang dilakukan dengan menggunakan Daftar Penilaian, karena belum ada ukuran
yang obyektif sebagai patokan yang dimengerti. Seringkali ukuran yang berbeda
tersebut. Padahal penilaian kinerja bagi pegawai/karyawan organisasi sangat penting
dan bermanfaat untuk mengetahui prestasi kerjanya dan langkah-langkah positif ke
depan dalam rangka meniti karir (penempatan, promosi dan suksesi).
PT Bank Bukopin Cabang Medan melakukan penilaian prestasi kerja kepada
karyawan terhadap hal-hal seperti: penilaian kedisiplinan, tanggung jawab, loyalitas,
team work, inisiatif dan inovasi, integritas/kejujuran, kerapian kerja dan penampilan,
komunikatif dan tingkat kesalahan yang dilakukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Penilaian prestasi kerja yang dinilai pada PT Bank Bukopin Cabang Medan terhadap
karyawan juga merupakan sebagai penentuan dalam hal pengembangan karier
karyawan.
Pelatihan terhadap para karyawan adalah salah satu kegiatan dalam
rangka menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan yang baru. Dalam
melaksanakan pelatihan pada karyawan, maka perlu dilakukan penilaian atas
pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh para karyawan, penilaian pelaksanaan
pekerjaan atau penilaian prestasi adalah suatu sistem yang digunakan untuk menilai
dan mengetahui sejauh mana seorang karyawan telah melaksanakan pekerjaannya
(21)
Kegunaan pelatihan sangat diharapkan sekali. Apalagi bagi para
karyawan yang baru masuk karena mereka belum mengetahui pekerjaan apa yang
harus dilakukan dan bagi karyawan lama berguna dalam menguasai masalah dengan
pemecahan masalah sehingga pekerjaan dengan cepat terselesaikan sesuai keinginan
pimpinan.
Dengan pelatihan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam
mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka ia akan lebih mudah mencapai produktivitas
kerja yang diharapkan dalam hal ini pelayanan yang diberikan kepada nasabah sudah
menjadi lebih baik. Oleh sebab itu, karyawan perlu ditempatkan pada pekerjaan yang
sesuai dengan keahliannya.
PT Bank Bukopin Cabang Medan memberikan pelatihan kepada
seluruh karyawannya. Manfaat pelatihan yang diberikan PT Bank Bukopin Cabang
Medan kepada karyawan baru banyak sekali diantaranya membantu si karyawan
tersebut dalam memulai tugasnya sehari-hari agar di dalam melaksanakan
pekerjaannya nanti tidak terjadi kesalahan-kesalahan yang nantinya akan berdampak
pada perusahaan. Bagi karyawan lama PT Bank Bukopin Cabang Medan, manfaat
yang pelatihan adalah untuk menambah wawasan pengetahuan karyawan dan juga
bermanfaat untuk menambah gairah kerja kepada karyawan minimal si karyawan
tidak jenuh melaksanakan aktivitas pekerjaannya sehari-hari. Sedangkan bagi PT
Bank Bukopin Cabang Medan setelah diberikan pelatihan kepada karyawan adalah
adanya kemajuan dalam diri karyawan dalam memberikan pelayanan kepada
(22)
Pelatihan yang diberikan kepada karyawan baru dan lama apabila
dikaitkan dengan pelatihan, maka antara produktivitas dengan pelatihan kerja sangat
erat hubungannya di mana masalah produktivitas tenaga kerja tidaklah berdiri sendiri,
tetapi sangat tergantung kepada bagaimana cara untuk meningkatkan sumber daya
manusia, dengan kata lain bahwa produktivitas tenaga kerja merupakan tahapan usaha
bagi pendayagunaan tenaga kerja secara maksimal.
Mengingat pentingnya pelatihan bagi perusahaan maka sudah
seharusnyalah setiap perusahaan mengadakan karyawan melalui pelatihan secara
sempurna. Hal ini selain dapat mengarahkan karyawan untuk melaksanakan
tugas-tugasnya dengan baik dan benar, juga agar karyawan tersebut dapat mengikuti adanya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang akan diterapkan di perusahaan.
Dengan demikian karena meningkatnya pengetahuan, kemampuan dan keterampilan
setiap karyawan maka aka tercapai pulalah peningkatan kualitas kerja yang pada
akhirnya akan tercapai produktivitas kerja karyawan yang tinggi.
Masalah-masalah yang terlihat di PT Bank Bukopin Cabang Medan
diantaranya adalah kurangnya transparansi dalam penentuan unsur-unsur penilaian
prestasi kerja karyawan dan belum optimalnya keahlian dan keterampilan yang
diberikan karyawan dalam pelaksanaan sistem kerja serta produktivitas kerja sebagian
karyawan dirasakan pihak manajemen perusahaan belum memenuhi standard yang
diinginkan hal ini dilihat dari penilaian prestasi kerja yang telah dilakukan perusahaan
sehingga diperlukan adanya pelatihan dalam usaha meningkatkan produktivitas kerja
(23)
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas dirumuskan masalah sebagai berikut: “Sejauhmana
pengaruh penilaian prestasi kerja dan pelatihan terhadap produktivitas kerja karyawan
pada PT Bank Bukopin Cabang Medan?”.
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui dan menganalisis pengaruh penilaian prestasi kerja dan pelatihan
terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT Bank Bukopin Cabang Medan.
2. Mengetahui pengaruh variabel yang dominan (penilaian prestasi kerja dan
pelatihan) terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT Bank Bukopin Cabang
Medan.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat:
1. Sebagai masukan bagi PT Bank Bukopin Cabang Medan dalam hal pengaruh
penilaian prestasi kerja dan pelatihan terhadap produktivitas kerja karyawan.
2. Untuk menambah khasanah penelitian di Sekolah Pascasarjana Universitas
(24)
3. Sebagai tambahan wawasan bagi penulis dan melatih diri berfikir secara ilmiah
pada bidang manajemen sumber daya manusia, khususnya berhubungan dengan
masalah penilaian prestasi kerja, pelatihan dan produktivitas kerja karyawan.
4. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang memfokuskan studi penelitian
pada masalah yang sama dimasa yang akan datang.
1.4. Kerangka Pemikiran
Salah satu dari masalah-masalah utama dalam ketenagakerjaan di Indonesia
adalah produktivitas tenaga kerja yang rendah. Padahal, untuk mempertahankan
pertumbuhan ekspor non migas, khususnya ekspor industri manufaktur pada
waktu-waktu pasca krisis ekonomi, Indonesia tidak dapat lagi mengandalkan diri pada
sumber–sumber keunggulan komparatif yang tradisional, seperti tenaga kerja yang
murah dan kekayaan alam. Indonesia juga perlu mengembangkan keunggulan
komparatif yang dinamis, yakni sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas,
produktif dan profesional. Rendahnya produktivitas sering kali dikaitkan dengan
tingkat pendidikan. Diasumsikan makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin
tinggi pula tingkat produktivitas yang mungkin dapat dicapainya (Masyhuri, 2004).
Menurut Mangkuprawira (2003), penilaian prestasi kerja merupakan proses
yang dilakukan perusahaan dalam mengevaluasi prestasi kerja pekerjaan. Apabila hal
ini dikerjakan dengan benar, maka para karyawan, penyelia mereka, departemen
SDM dan akhirnya perusahaan akan menguntungkan dengan jaminan bahwa upaya
(25)
Sastrohadiwiryo (2002), menyatakan kegiatan penilaian prestasi kerja
dimaksud untuk mengukur prestasi kerja masing-masing tenaga kerja dalam
mengembangkan kualitas kerja, pembinaan selanjutnya, tindakan perbaikan atas
pekerjaan yang kurang sesuai dengan deskripsi pekerjaan, serta untuk keperluan yang
berhubungan dengan masalah ketenagakerjaan lainnya.
Nawawi (2003) menyatakan, pelatihan pada dasarnya berarti proses
memberikan bantuan bagi para pekerja menguasai keterampilan khusus atau
membantu untuk memperbaiki kekuranganya dalam melaksanakan pekerjaan. Fokus
kegiatannya untuk meningkatkan kemampuan kerja dan memenuhi kebutuhan
tuntutan cara berkerja yang paling efektif pada masa sekarang.
Mc Cormick dalam Mangkunegara (2000): Suatu organisasi perlu melibatkan
sumber daya (karyawannya) pada aktivitas pelatihan, jika itu merupakan keputusan
yang terbaik dari manajer. Pelatihan diharapkan dapat mencapai hasil lain dari pada
memodifikasi perilaku karyawan. Hal ini juga perlu mendapat dukungan secara
organisasi dan tujuan, seperti produksi, distribusi barang dan pelayanan lebih efesien,
menekan biaya operasi, meningkatkan kualitas dan hubungan pribadi lebih efektif.
Handoko (2000) menyatakan: “Pelatihan karyawan yang dilakukan
perusahaan dapat menutup “gap” antara kecakapan atau kemampuan karyawan
dengan permintaan jabatan”. Dengan demikian pelatihan karyawan mempunyai
pengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan.
Menurut Handoko (1998), produktivitas adalah hubungan antara
(26)
karyawan dipengaruhi oleh berbagi faktor diantaranya adalah faktor kemampuan dan
motivasi. Anoraga (2004) menyatakan faktor-faktor yang mempengaruhi
produktivitas kerja karyawan adalah motivasi, pendidikan, disiplin kerja,
keterampilan, sikap etika kerja, gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan, lingkungan
kerja dan iklim kerja, teknologi, sarana produksi, jaminan sosial, manajemen dan
kesempatan berprestasi
J. Ravianto dalam Nawawi (2003) menyatakan bahwa: “Produktivitas
dipengaruhi oleh: (a) pendidikan; (b) ketrampilan; (c) disiplin; (d) sikap dan etika
kerja; (e) motivasi; (f) gizi dan kesehatan; (g) tingkat penghasilan (upah); (h) jaminan
sosial; (i) lingkungan dan iklim kerja; (j) hubungan industrial; (k) peralatan dan
teknologi; (l) kesempatan kerja; (m) kesempatan berprestasi.
Berdasarkan pada kajian teori yang dikemukakan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa penilaian prestasi kerja dan pelatihan merupakan beberapa faktor
yang dapat mempengaruhi produktivitas kerja karyawan. Untuk memperjelas
hubungan variabel-variabel penelitian tersebut, dapat digambarkan model hubungan
sebagai berikut:
Penilaian Prestasi Kerja
Pelatihan
Produktivitas Kerja
(27)
25
1.5. Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dihipotesiskan sebagai berikut:
“Penilaian prestasi kerja dan pelatihan berpengaruh terhadap produktivitas kerja
(28)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Penelitian-penelitian mengenai penilaian prestasi kerja
dan pelatihan serta produktivitas kerja dilakukan oleh peneliti-peneliti
dari kalangan akademisi dalam maupun luar negeri.
Penelitian Utami (2001) tentang pengaruh penilaian prestasi kerja terhadap
kepuasan kerja dan semangat kerja karyawan di PT Pos Indonesia (Persero)
Bondowoso dan Banyuwangi. Kesamaan dalam penelitian tersebut adalah dalam
metode penelitian dilakukan dengan metode survey yang didukung dengan studi
kasus dengan model analisis regresi linier berganda, adalah variabel bebas yang
diteliti adalah 1 (satu) yaitu penilaian prestasi kerja sedangkan dalam penelitian
ini variabel bebasnya adalah penilaian prestasi kerja dan pelatihan. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari metode
penilaian prestasi, faktor penilaian prestasi kerja terhadap kepuasan karyawan.
Mediana (2001) melakukan penelitian dengan judul pengaruh program
pendidikan dan pelatihan terhadap produktivitas kerja karyawan pada PT
(29)
penelitian dilakukan dengan metode survey dan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data utama dengan model analisis regresi linier sederhana.
Sedangkan perbedaannya adalah variabel bebas yang diteliti adalah 1 (satu) yaitu
pendidikan dan pelatihan sedangkan dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah
penilaian prestasi kerja dan pelatihan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
adanya hubungan yang kuat dan positif antara pelaksanaan program pendidikan
dan pelatihan dengan produktivitas kerja karyawan.
Situmorang (2003) dalam penelitiannya tentang pengaruh pelatihan dan
pengembangan serta prestasi kerja terhadap pengembangan karir karyawan pada
PTPN III Medan. Kesamaan dalam penelitian tersebut adalah dalam metode
penelitian dilakukan dengan metode survey dan kuesioner sebagai alat pengumpulan
data utama dengan model analisis regresi linier berganda. Sedangkan perbedaannya
adalah variabel terikat yang diteliti ada 2 (satu) yaitu prestasi kerja dan
pengembangan karir sedangkan dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah
produktivitas kerja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan antara pelatihan dan pengembangan dengan prestasi kerja karyawan.
2.2. Teori tentang Penilaian Prestasi Kerja 2.2.1. Pengertian Prestasi Kerja
Prestasi kerja adalah hasil kerja seseorang karyawan selama periode tertentu
dibandingkan dengan berbagai kemungkinan misalnya standard, target/sasaran atau
(30)
Mangkunegara (2000) menyatakan: “Prestasi kerja adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya”.
Menurut Hasibuan (2005): “Prestasi kerja adalah suatu hasil kerja yang
dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu”.
Mathis dan Jackson (2002) berpendapat bahwa: “Prestasi pada dasarnya
adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Prestasi kerja adalah apa
yang dilakukan atau tidak dilakukan karyawan. Prestasi kerja adalah yang
mempengaruhi seberapa banyak mereka memberi kontribusi kepada organisasi yang
antara lain termasuk: (1) kuantitas output, 2) kualitas output, (3) jangka waktu output,
(4) kehadiran di tempat kerja, dan (5) sikap kooperatif.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi
kerja merupakan hasil yang dicapai karyawan dalam pelaksanaan suatu pekerjaan
yang diberikan kepadanya baik secara kuantitas maupun kualitas melalui prosedur
yang berfokus pada tujuan yang hendak dicapai serta dengan terpenuhinya standard
pelaksanaan.
Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa untuk mencapai prestasi
kerja yang baik, unsur yang paling dominan adalah sumber daya manusia, walaupun
perencanaan telah tersusun dengan baik dan rapi tetapi apabila orang atau personil
yang melaksanakan tidak berkualitas dan tidak memiliki semangat kerja yang tinggi,
(31)
2.2.2. Penilaian Prestasi Kerja
Beberapa pengertian yang menyangkut penilaian prestasi kerja dapat dilihat
dari beberapa kutipan di bawah ini sebagai upaya memperjelas objek permasalahan
penelitian. Menurut Hasibuan (2005): “Penilaian prestasi kerja adalah menilai hasil
kerja nyata dengan standar kualitas maupun kuantitas yang dihasilkan setiap
karyawan. Menempatkan kebijaksanaan berarti, apakah karyawan akan
dipromosikan, didemosikan, dan atau balas jasanya dinaikkan”.
Sikula dalam Hasibuan (2005): “Penilaian prestasi kerja adalah evaluasi
yang sistematis terhadap pekerjaan yang telah dilakukan oleh karyawan dan ditujukan
untuk pengembangan”.
Handoko (2000) menyatakan bahwa: “Penilaian prestasi kerja (Performance
appraisal) adalah proses melalui mana organisasi-organisasi mengevaluasi atau
menilai prestasi kerja karyawan. Kegiatan ini dapat memperbaiki
keputusan-keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang
pelaksanaan kerja mereka”.
Berdasarkan pendapat di atas, penilaian prestasi kerja adalah suatu proses
penilaian prestasi kerja karyawan yang dilakukan pemimpin perusahaan secara
sistematik berdasarkan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya. Masalah penilaian
prestasi kerja merupakan suatu hal yang sangat penting, karena penilaian prestasi
(32)
prestasi kerja sangat perlu diperhatikan karyawan untuk pengembangan karier
karyawan tersebut lebih lanjut.
Unsur-unsur yang dinilai dalam penilaian prestasi kerja karyawan dalam
suatu perusahaan bermacam-macam tergantung penetapan perusahaan itu sendiri,
tetapi pada umumnya indikator penilaian prestasi kerja menurut Hasibuan (2005)
adalah sebagai berikut:
1) Kesetiaan
Penilaian mengukur karyawan terhadap pekerjaannya dan organisasi.
Kesetiaan ini dicerminkan oleh kesediaan karyawan menjaga dan membela
organisasi, di dalam maupun diluar pekerjaan dari rongrongan orang yang
tidak bertanggung jawab.
2) Prestasi kerja
Penilai menilai hasil kerja baik kualitas maupun kuantitas yang dapat
dihasilkan karyawan tersebut dari uraian pekerjaannya.
3) Kejujuran
Penilai menilai kejujuran dalam melaksanakan tugas-tugasnya memenuhi
perjanjian baik bagi dirinya sendiri maupun terhadap orang lain seperti kepada
para bawahannya.
(33)
Penilai menilai disiplin karyawan dalam mematuhi peraturan-peraturan yang
ada dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan instruksi yang diberikan
kepadanya.
5) Kreativitas
Penilai menilai kemampuan karyawan dalam mengembangkan kreativitasnya
untuk menyelesaikan pekerjaannya sehingga bekerja lebih berdaya guna dan
berhasil guna.
6) Kerjasama
Penilai menilai kesediaan karyawan berpartisipasi dan bekerjasama dengan
karyawan lain secara vertikal maupun secara horizontal di dalam maupun
diluar pekerjaan sehingga hasil pekerjaan akan semakin baik.
7) Kepemimpinan
Penilai menilai kemampuan untuk memimpin, berpengaruh, mempunyai
pribadi yang kuat, dihormati, berwibawa dan dapat memotivasi orang lain atau
bawahannya untuk bekerja secara efektif.
8) Kepribadian
Penilai menilai karyawan dari sikap prilaku, kesopanan, periang, disukai
memberi kesan menyenangkan, memperlihatkan sikap yang baik serta
(34)
9) Prakarsa
Penilai menilai kemampuan berpikir yang orisinal dan berdasarkan inisiatif
sendiri untuk menganalisis, menilai, menciptakan, memberi alasan,
mendapatkan kesimpulan dan membuat keputusan penyelesaian masalah yang
dihadapi.
10) Kecakapan
Penilai menilai kecakapan karyawan dalam menyatukan dan menyelaraskan
bermacam-macam elemen yang semuanya terlibat di dalam penyusunan
kebijaksanaan dan di dalam situasi manajemen.
11) Tanggung jawab
Penilaian menilai kesediaan karyawan dalam mempertanggung jawabkan
kebijaksanaannya, pekerjaan dan hasil kerjanya, sarana dan prasarana yang
dipergunakan serta perilaku kerjanya.
Penilaian prestasi kerja yang berlaku sebagai pengembangan karier
hendaknya jujur dan objektif. Dengan itu akan sangat bermanfaat dan mendorong
tercapainya tujuan perusahaan. Karyawan tentu akan meningkatkan kesetiaan dan
keterlibatannya terhadap perusahaan. Dengan kata lain, karyawan yang termotivasi
akan bergairah dalam bekerja yang meliputi hal-hal seperti: disiplin, menurunkan
(35)
Agar tercapainya tujuan perusahaan, maka diharapkan terjadinya
hubungan yang harmonis pada pihak atasan dan bawahan. Dengan adanya penilaian
prestasi kerja karyawan dan pimpinan akan melakukan tugasnya seperti dalam hal
berjalannya promosi jabatan terhadap karyawan, begitu pula sebaliknya.
Tujuan penilaian prestasi kerja karyawan menurut Hasibuan (2005),
sebagai berikut:
1) Sebagai dasar pengambilan keputusan yang digunakan untuk promosi, demosi,
pemberhentian dan penempatan besarnya balas jasa.
2) Untuk mengukur prestasi kerja yaitu sejauhmana karyawan bisa sukses dalam
pekerjaannya.
3) Sebagai dasar untuk mengevaluasi efektivitas seluruh kegiatan dari dalam
pekerjaannya.
4) Sebagai dasar untuk mengevaluasi program latihan dan keefektifan jadwal
kerja dan peralatan kerja, struktur organisasi, gaya pengawasan, kondisi kerja
dan peralatan kerja.
5) Sebagai indikator untuk menentukan kebutuhan akan latihan bagi karyawan
yang berada di dalam organisasi.
6) Sebagai alat untuk mendapatkan motivasi kerja karyawan sehingga dicapai
tujuan untuk mendapatkan performance kerja yang baik.
7) Sebagai alat untuk bisa melihat kekurangan atau kelemahan dan kelebihan
(36)
8) Sebagai kriteria di dalam menentukan seleksi dan penempatan karyawan.
9) Sebagai alat memperbaiki atau mengembangkan kecakapan karyawan.
10)Sebagai dasar untuk memperbaiki dan mengembangkan uraian pekerjaan.
Sedangkan menurut Sastrohadiwirjo (2002) selain dapat digunakan
sebagai standar penerimaan dan penentuan kompensasi serta administrasi bagi
tenaga kerja, penilaian prestasi kerja dapat dilakukan dengan tujuan sebagai
berikut:
1) Sumber data untuk perencanaan ketenagakerjaan dan kegiatan pengembangan
jangka panjang bagi perusahaan yang bersangkutan.
2) Nasihat yang perlu disampaikan kepada para tenaga kerja dalam perusahaan.
3) Alat untuk memberikan umpan balik yang mendorong kearah kemajuan dan
kemungkinan memperbaiki/meningkatkan kualitas kerja bagi para tenaga
kerja.
4) Salah satu cara untuk menetapkan kinerja yang dihadapkan dari seorang
pemegang tugas dan pekerjaan.
5) Landasan/bahan informasi dalam pengambilan keputusan pada bidang
ketenagakerjaan baik promosi, mutasi maupun kegiatan ketenagakerjaan
lainnya.
Menilai perilaku dan prestasi kerja karyawan untuk kebijakan masa yang
akan datang oleh pimpinan sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang
(37)
Keselarasan hubungan yang baik antara pimpinan dengan bawahan adalah suatu
akses yang diinginkan oleh perusahaan.
2.2.3. Metode-metode Penilaian Prestasi Kerja
Penetapan metode penilaian prestasi kerja dimaksudkan untuk meletakkan
keobjektifan dalam melakukan penilaian. Metode yang sistematis dimaksudkan
untuk menjamin karyawan bahwa atasannya akan meninjau prestasi
keseluruhannya dan tidak menilai pekerjaannya berdasarkan kesan semata atau
dasar sejumlah kecil penguasa yang kebetulan diingatnya. Hal ini juga melindungi
bawahan dari tidak dipedulikan atau dilupakan.
Saat ini hampir seluruh perusahaan dari berbagai ukuran telah
menggunakan metode penilaian prestasi kerja yang sistematis. Metode tersebut
terdiri dari metode yang sederhana (tradisional) sampai metode yang lebih
kompleks.
Ada berbagai sistem untuk menilai prestasi kerja karyawan. Hampir
semua teknik-teknik merupakan suatu upaya langsung untuk meminimumkan
berbagai masalah tertentu yang dijumpai dalam pelaksanaan penilaian prestasi
kerja karyawan. Tidak ada satu pun teknik atau sistem yang sempurna,
masing-masing mempunyai kebaikan dan kelemahan. Menurut Ranupandojo dan Husnan
(2000) sistem-sistem penilaian tersebut antara lain:
(38)
Sistem ini merupakan sistem yang paling sederhana di bandingkan dengan
sistem-sistem yang lain. Pada sistem ini antara karyawan satu dengan
karyawan lain untuk menentukan siapa yang paling baik. Perbandingan
dilakukan secara keseluruhan artinya tidak dicoba memisahkan faktor-faktor
yang mempengaruhi prestasi kerja.
Kelemahan dari sistem ini adalah sulit untuk menilai secara keseluruhan
seorang individu, selain itu perusahaan terpaksa melakukan perbandingan
dalam jumlah yang cukup banyak.
2) Perbandingan karyawan dengan karyawan lainya (person to person
comparison)
Suatu cara untuk memisahkan penilaian untuk seseorang ke dalam berbagai
faktor adalah dengan mengunakan perbandingan antara karyawan dengan
karyawan lainnya. Faktor-faktor seperti kepemimpinan, inisiatif dan dapat
tidaknya di andalkan, disiplin untuk maksud penilaian tersebut,
masing-masing faktor saorang karyawan akan dibandingkan oleh seorang penilai
dengan karyawan pembanding.
3) Grading
Pada sistem ini suatu defenisi yang jelas bagi setiap kategori dibuat dengan
seksama, kategori tersebut misalnya adalah baik sekali, memuaskan dan
kurang memuaskan. Selanjutnya dari prestasi masing-masing karyawan
(39)
Sistem ini juga memiliki kelemahan yaitu seorang karyawan bisa tetap berada
pada kategori yang paling rendah meskipun prestasi kerjanya telah meningkat,
hal ini karena karyawan-karyawan yang lain juga meningkatkan prestasi
kerjanya.
4) Skala
Metode ini merupakan metode penilaian tradisional yang paling banyak
digunakan. Pada metode ini baik buruknya pekerjaan seorang karyawan
dinilai berdasarkan faktor-faktor yang dianggap penting bagi pelaksanaan
pekerjaan tersebut seperti kualitas pekerja, kuantitas pekerjaan dibagi dalam
beberapa kategori misalnya sangat baik, baik, cukup, kurang dan sangat
kurang yang disertai dengan defenisi yang sangat jelas untuk masing-masing
kategori.
5) Checklist
Untuk mengurangi beban para penilai dalam menentukan penilaian terhadap
karyawan, sistem ini bisa digunakan. Di sini penilai bukannya menilai
karyawan melainkan sekedar melaporkan tingkah laku karyawan yang
dilakukan oleh bagian personalia.
Kesulitan sistem ini adalah sulitnya menyusun daftar pertanyaan dan juga
untuk setiap departemen yang menentukan daftar pertanyaan berbeda pula.
Sedangkan menurut Handoko (2000) beberapa jenis metode penilaian
(40)
1) Rating scale
Dalam metode yang lazim ini pada penilaian memakai suatu skala grafik untuk
menilai faktor-faktor khusus tertentu, seperti kualitas kerja, kelayakan untuk
dipercayai, hasil kerja dan lain sebagainya. Skala grafik dipakai untuk menilai
sifat-sifat karyawan dan sumbangan-sumbangan. Sifat-sifat karyawan atau
sumbangan-sumbangan seperti, prakarsa, terpenuhinya sasaran-sasaran khusus,
kualitas kerja, entusiasme, kelayakan untuk dipercayai, kuantitas kerja, tanggung
jawab yang dipikul.
2) Check lists (daftar prilaku)
Dengan metode daftar periksa, penilai menunjukkan faktor-faktor prestasi
karyawan dengan memberi tanda (√) di dalam kotak jawaban “Ya” atau “Tidak” bagi berbagai pernyataan yang menggambarkan perilaku pada pekerjaan. Sudah
tentu penilai harus (kenal betul/agak kenal/sama sekali tidak kenal) akan prilaku
kerja pada karyawan, karena setiap pernyataan harus secara erat dikaitkan dengan
pekerjaan. Sistem daftar perilaku (dapat/tidak mungkin) menjadi amat
memberatkan atau menyita banyak sekali tenaga dan waktu dalam perusahaan
yang terdiri dari banyak kegiatan.
(41)
Ada beberapa hal tertentu yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan
dalam pekerjaannya sehingga dia digolongkan kepada karyawan yang berhasil
rata-rata atau gagal. Metode peristiwa kritis mencatat pencapaian, atau kegagalan
karyawan. Metode ini dapat menjadi amat (efektif /tidak efektif) untuk keperluan
promosi, pemindahan dan pemberhentian.
4) Field review methods
Pada metode ini wakil ahli departemen personalia turun kelapangan dan
membantu penilaian mereka. Spesialis personalia mendapatkan informasi khusus
dari atasan langsung tentang prestasi kerja karyawan. Kemudian ahli itu
mempersiapkan evaluasi atas dasar informasi tersebut. Evaluasi dikirim kepada
penyelia untuk review, perubahan persetujuan dan pembahasan dengan karyawan
yang dinilai.
5) Tes dan observasi prestasi kerja
Pada metode ini penilaian prestasi kerja berdasarkan atas tes keterampilan, tes
tertulis atau peragaan keterampilan agar lebih bermanfaat tes harus reliable dan
valid.
6) Metode evaluasi kelompok
Metode evaluasi kelompok mengharuskan peyelia membuat evaluasi tertulis
mengenai (karyawan/pekerjaan). Bentuk ini mempunyai keterbatasan karena
(42)
membuktikan pintu bagi pertimbangan yang (objektif/subjektif) oleh penyelia.
Metode ini sebenarnya lebih subyektif daripada banyak metode-metode lainnya.
2.2.4. Kendala-kendala Penilaian Prestasi Kerja
Penilai sering tidak berhasil untuk tidak melibatkan emosionalnya dalam
menilai prestasi kerja karyawan. Ini menyebabkan hasil dari penilaian prestasi
kerja karyawan menjadi tidak akurat. Menurut Handoko (2000) ada 5 (lima)
masalah pokok yang dapat merusak teknik penilaian yaitu:
1). Hallo effect
Hallo effect terjadi bila pendapat pribadi penilai tentang karyawan mempengaruhi
pengukuran kinerja. Sebagai contoh, bila seorang atasan senang kepada seorang
karyawan, maka pandangan ini bisa mengubah estimasi atasan terhadap kinerja
karyawan.
2). Kesalahan Kecenderungan Terpusat
Banyak penilai yang tidak suka menilai para karyawan sebagai yang efektif atau
tidak efektif, dan sangat baik atau sangat jelek, sehingga penilaian kinerja
(43)
3). Bias Terlalu Lunak dan Terlalu Keras
Kesalahan terlalu lunak (leniency bias) disebabkan oleh kecenderungan
penilai untuk terlalu mudah memberikan nilai baik dalam penilaian kinerja
karyawan. Kesalahan terlalu keras (strickness bias) adalah sebaliknya,yang terjadi
karena penilai cenderung terlalu ketat dalam penilaian mereka.
4). Prasangka Pribadi
Faktor-faktor yang membentuk prasangka pribadi terhadap seseorang atau
kelompok bisa mengubah penilaian. Sebagai contoh, seorang atasan pria mungkin
cenderung memberi penilaian rendah kepada para karyawan wanita karena suatu
hal. Sebab-sebab prasangka pribadi lain yang mempengaruhi penilaian mencakup
faktor senioritas, kesukuan, agama, kesamaan kelompok dan status sosial.
5). Pengaruh Kesan Terakhir
Bila menggunakan ukuran-ukuran prestasi kerja subyektif, penilaian sangat
dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan karyawan yang paling akhir (recency effect).
Kegiatan-kegiatan terakhir baik atau buruk cenderung lebih diingat oleh penilai.
Sedangkan menurut Mangkunegara (2000) aspek-aspek yang harus
diperhatikan dalam penilaian prestasi kerja adalah:
1). Hallo effect
Penilaian yang subjektif, baik yang bersifat negatif maupun positif yang
(44)
2). Liniency
Penilaian prestasi kerja yang cenderung memberikan nilai yang terlalu tinggi dari
seharusnya.
3). Strickness
Penilaian prestasi kerja yang memiliki kecenderungan memberikan nilai yang
terlalu rendah dari yang seharusnya.
4). Central Tendency
Penilaian prestasi kerja yang cenderung memberikan nilai rata-rata (sedang)
kepada karyawan.
5). Personal Biases
Penilaian prestasi kerja memberikan nilai yang baik kepada karyawan senior,
lebih tua usia yang berasal dari suku bangsa yang sama.
2.3. Teori tentang Pelatihan 2.3.1. Pengertian Pelatihan
Kemajuan pada era globalisasi saat ini membutuhkan manager personalia
yang benar-benar handal, terutama dalam menerima ataupun merekrut
karyawan-karyawan baru harus mempunyai potensi dan keahlian.
Para karyawan baru biasanya telah mempunyai kecakapan dan keterampilan
dasar yang dibutuhkan. Mereka adalah produk dari suatu sistem pelatihan dan
(45)
karyawan baru yang diterima tidak mempunyai kemampuan secara penuh untuk
melaksanakan tugas-tugas pekerjaan mereka.
Pelatihan tidak hanya berlaku bagi karyawan baru tetapi bagi karyawan lama
yang sudah berpengalaman juga perlu belajar menyesuaikan diri dengan organisasi
orang-orangnya, kebijaksanaan-kebijaksanaan dan prosedur-prosedurnya.
Mereka juga mungkin memerlukan latihan dan pengembangan lebih lanjut
untuk mengerjakan tugas-tugas secara sukses. Meskipun program orientasi serta
pelatihan memakan waktu dan dana, hampir semua organisasi melaksanakannya dan
menyebut biaya-biaya untuk berbagai program sebagai investasi dalam sumber daya
manusia.
Menurut Nawawi (2003), Pelatihan adalah program-program untuk
memperbaiki kemampuan melaksanakan pekerjaan secara individual, kelompok,
dan/atau berdasarkan jenjang jabatan dalam organisasi/perusahaan.
Sedangkan Siagian (2002), mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan
pelatihan adalah: ”Proses belajar dan mengajar dengan mempergunakan teknik
metode tertentu”.
Nitisemito (1998) menyatakan pelatihan adalah suatu kegiatan dari
perusahaan yang bermaksud untuk dapat memperbaiki dan memperkembangkan
sikap, tingkah laku, keterampilan dan pengetahuan daripada karyawannya sesuai
dengan keinginan perusahaan yang bersangkutan.
Dari pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa program pelatihan bertujuan
(46)
kerja karyawan yang semakin baik, sebagaimana tujuan yang ingin dicapai oleh
perusahaan yaitu meningkatkan efektivitas kerja dan menjaga kestabilannya.
Program pelatihan karyawan penting bagi individu dan organisasi karena
dengan pertumbuhan dan perkembangan lingkungan, maka orang-orang di dalamnya
juga harus dilatih dan ditingkatkan melalui program-program pengembangan lainnya
seperti pendidikan yang diselenggarakan perusahaan untuk mencapai beberapa
tujuan.
Untuk menghadapi tuntutan dan tugas sekarang dan terutama untuk menjawab
tantangan masa depan, pengembangan karyawan merupakan keharusan mutlak.
Kemutlakan itu tergambar pada berbagai jenis manfaat yang dapat dipetik
daripadanya, baik organisasi, para karyawan maupun bagi pertumbuhan dan
pemeliharaan hubungan yang serasi antara berbagai kelompok kerja dalam suatu
organisasi. Berarti semuanya bermuara pada peningkatan prestasi kerja organisasi
secara keseluruhan.
Menurut Hasibuan (2005) ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dengan
mengadakan latihan antara lain sebagai berikut:
1) Produktivitas kerja
Dengan pengembangan maka produktivitas kerja karyawan akan meningkatkan
kualitas dan kuantitas produksi semakin baik, karena technical skill, managerial
skill karyawan yang semakin baik
(47)
Pelatihan karyawan bertujuan untuk meningkatkan efisiensi tenaga kerja, waktu,
bahan baku, dan mengurangi ausnya mesin-mesin. Pemborosan berkurang biaya
produksi relatif kecil sehingga daya saing perusahaan semakin besar.
3) Kerusakan
Pelatihan karyawan bertujuan untuk mengurangi kerusakan barang, produksi dan
mesin-mesin karena karyawan semakin ahli dan trampil dalam melaksanakan
pekerjaannya.
4) Kecelakaan
Pelatihan bertujuan untuk mengurangi tingkat kecelakaan karyawan, sehingga
jumlah biaya pengobatan yang keluarkan perusahaan berkurang.
5) Pelayanan
Pelatihan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan yang lebih baik dari
karyawan kepada nasabah perusahaan, karena pemberian pelayanan yang baik
merupakan daya tarik yang sangat penting bagi rekanan-kekanan perusahan
bersangkutan.
6) Moral
Dengan pelatihan, maka moral karyawan akan lebih baik karena keahlian dan
ketrampilan sesuai dengan pekerjaannya sehingga mereka antusias untuk
(48)
7) Karier
Dengan pelatihan, kesempatan untuk meningkatkan karier karyawan semakin
besar, karena keahlian, ketrampilan dan prestasi kerjanya lebih baik. Promosi
ilmiah biasanya didasarkan kepada keahlian dan prestasi kerja seseorang.
8) Konseptual
Dengan pelatihan, manajar semakin cakap dan cepat dalam mengambilan
keputusan yang lebih baik, karna technical skill, human skill dan managerial
skill-nya telah lebih baik.
9) Kepemimpinan
Dengan pelatihan, kepemimpinan seorang manajer akan lebih baik, human
relations-nya lebih lues, motivasinya lebih terarah sehingga pembinaan kerja
sama vertikal dan horizontal semakin harmonis.
10) Balas jasa
Dengan pelatihan, maka balas jasa (motivasi, upah insentif dan benefits)
karyawan akan meningkat karena prestasi kerja mereka semakin besar.
11) Konsumen.
Pelatihan karyawan (pendidikan dan latihan) perlu dilakukan oleh setiap
perusahaan karena akan memberikan manfaat bagi perusahaan, karyawan dan
masyarakat konsumen.
Setelah tujuan dapat dicapai, maka perusahaan akan dapat memperoleh
(49)
pengembangan perusahaan tersebut akan mendapat keuntungan yang lebih besar, baik
langsung tak langsung. Adapun keuntungan yang dapat diperoleh setelah tujuan
tercapai menurut Nitisemito (1998), adalah:
1) Mengurangi pengawasan.
2) Meningkatkan harga diri.
3) Meningkatkan kerja sama antara mereka.
4) Memudahkan pelaksanaan promosi dan mutasi.
5) Memudahkan pelaksanaan pendelegasian wewenang.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa pengembangan karyawan sebagai investasi
perusahaan bukan hanya wajar akan tetapi mutlak dilakukan untuk mendukung tujuan
perusahaan.
Menurut Hasibuan (2005) faktor-faktor yang mempengaruhi pelatihan yaitu:
1) Peserta
Peserta pelatihan mempunyai latar belakang yang tidak sama atau heterogen
seperti pendidikan dasarnya, pengalaman kerjanya, usianya dan lain sebagainya.
Hal ini akan menyulitkan dan menghambat kelancaran pelaksanaan latihan dan
pendidikan karena daya tangkap, persepsi dan daya nalar mereka terhadap
pelajaran yang diberikan berbeda.
2) Pelatih/Instruktur
Pelatih atau instruktur yang ahli dan cakap mentransfer pengetahuannya kepada
(50)
diinginkan tidak tercapai. Misalnya, ada pelatih yang ahli dan pintar tetapi tidak
dapat mengajar dan berkomunikasi secara efektif atau teaching skillnya tidak
efektif, jadi dia hanya pintar serta ahli untuk dirinya sendiri.
3) Fasilitas pelatihan
Fasilitas sarana dan prasarana dibutuhkan untuk pengembangan itu sangat kurang
atau tidak baik. Misalnya, buku-buku, alat-alat, mesin-mesin yang akan
dipergunakan untuk praktek kurang atau tidak ada. Hal ini akan menyulitkan dan
menghambat lancarnya pelatihan.
4) Kurikulum
Kurikulum yang ditetapkan dan diajarkan kurang serasi atau
menyimpang serta tidak sistematis untuk mendukung sasaran yang diinginkan
oleh pekerjaan atau jabatan peserta bersangkutan. Untuk menetapkan kurikulum
dan waktu mengajarkannya yang tepat sangat sulit.
5) Dana Pelatihan
Dana yang tersedia untuk pelatihan sangat terbatas, sehingga sering dilakukan
secara terpaksa, bahkan pelatih maupun sarananya kurang memenuhi persyaratan
yang dibutuhkan.
2.3.2. Program-program Pelatihan
Menurut Ranupandojo dan Husnan (2000), program pelatihan karyawan
dalam meningkatkan produktivitas kerja dapat dikelompokkan menjadi dua macam
(51)
1) Jalur pelatihan untuk tenaga operasional
Pelatihan tenaga operasioal memerlukan sejumlah peningkatan khusus
dalam keterampilan dan pengetahuan untuk melaksanakan suatu pekerjaan
tertentu. Ada empat metode dasar yang dapat digunakan yaitu:
a. On the job training
Adalah metode pelatihan karyawan yang dilakukan pada saat karyawan
melakukan kegiatan sehari-hari di tempat kerja yang sebenarnya di bawah
bimbingan dan pengawasan seorang atasan atau pekerja yang sudah
berpengalaman.
b. Appresentiship (magang)
Biasanya dipergunakan untuk pekerjaan-pekerjaan yang membutuhkan
keterampilan (skill) yang lebih tinggi. Program apprentiship biasanya
mengkombinasikan on the job training dan pengalaman dengan petunjuk
di kelas dalam pengetahuan-pengetahuan tertentu.
c. Kursus-kursus khusus
Merupakan bentuk pelatihan yang lebih mirip dengan pendidikan. Kursus ini
biasanya diadakan untuk memenuhi minat dari pada karyawan dalam
bidang-bidang pengetahuan tertentu (di luar pekerjaannya).
(52)
Merupakan bentuk latihan dengan pelatih-pelatih khusus (staff spesialis),
untuk menghindarkan para atasan langsung mendapat tambahan kewajiban,
dan memusatkan latihan hanya kepada ahli dalam bidang tertentu.
2) Jalur pelatihan untuk tenaga managerial
Metode-metode pelatihan untuk tenaga kerja managerial adalah
a. Metode sekolah, kuliah, ceramah dan sejenisnya
b. Metode diskusi
c. Metode kasus
Kebijaksanaan pelatihan biasanya menempatkan tanggung jawab yang
berat kepada semua manajer karena mereka tidak hanya memelihara program
pengembangan pribadi mereka sendiri, akan tetapi juga memberikan suatu iklim
yang sesuai dengan pengembangan karyawan mereka.
Program pelatihan harus berdasarkan kepada kebutuhan pekerjaan dan
tergantung pada berbagai faktor, yaitu waktu, biaya, jumlah peserta, tingkat
pendidikan dasar peserta.
Program pelatihan menurut Sikula dalam Hasibuan (2005) adalah:
a. On The Job Training
Para pekerja langsung bekerja di tempat untuk belajar dan meniru suatu
pekerjaan di bawah bimbingan seorang pengawas sehingga adaptasi langsng
terhadap pelatihan ini akan menjadi dua konsep dari pelatihan yaitu formal
(53)
b. Vestibule
Suatu metode latihan yang dilakukan di dalam kelas/bengkel, sebagai usaha
penyediaan bagi karyawan baru atas peralatan dan teknis pengerjaan tugas
yang diberikan, biasanya diselenggarakan dalam suatu perusahaan/industri
sendiri.
c. Demonstration And Example
Suatu metode pelatihan dengan cara peragaan dan memberikan penjelasan
kepada peserta pelatihan mengenai cara dan teknis dari penggunaan suatu
peralatan yang diperkenalkan, sehingga pekerjaan dapat dilaksanakan dengan
mempergunakan peralatan tersebut.
d. Simulation
Dalam memberikan pelatihan di mana pekerjaan yang diperkenalkan harus
mirip dengan dengan apa yang ada di lapangan, maka dengan demikian suatu
teknik mencontoh diterapkan dalam kegiatan pelatihan ini.
e. Apprenticeship
Suatu cara sebagai usaha mengembangkan keahlian pertukangan sehingga
para karyawan yang bersangkutan dapat mempelajari aspek pekerjaan yang
akan dilakukannya.
(54)
Metode pelatihan dengan menggunakan kelas ini mencakup pada berbagai
macam kegiatan, antara lain: pengajaran, rapat, program instruction, metode
studi kasus, metode distribusi, dan kegiatan seminar.
Nawawi (2000) membagi strategi program pelatihan menjadi 2 bagian,
yaitu:
1. Pelatihan Tingkat Mikro
Pelatihan ini diselenggrakan oleh dan untuk lingkungan organisasi/
perusahaan sendiri, sesuai kebutuhannya dalam meningkatkan kemampuan
para pekerja dalam melaksanakan seluruh beban/volume kerja dan dapat
menimbulkan eksistensinya secara maksimal.
2. Pelatihan Tingkat Makro
Pelatihan ini diselenggarakan bersama oleh dua atau lebih
organisasi/perusahaan, yang memiliki kebutuhan yang sama dalam usaha
meningkatkan kemampuan kerja para pekerja masing-masing.
Maka dengan demikian adanya strategi dari program pelatihan yang
telah disusun akan dapat dijadikan suatu keputusan dalam mengantisipasi
segala perubahan yang begitu cepat nantinya, karena hal ini menyangkut pada
kebijakan, tindakan dan harapan untuk merumuskan suatu program yang
tersusun secara sistematis sesuai dengan rencana yang dibuat.
2.4. Teori tentang Produktivitas Kerja 2.4.1. Pengertian Produktivitas Kerja
(55)
Ruang lingkup pengertian dan penghayatan produktivitas perlu kita lihat
secara lebih mendalam. Karena produktivitas sangat vital artinya demi suksesnya
perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari, di mana manusia sebagai
salah satu faktor produksi yang merupakan motor penggerak terhadap faktor-faktor
produksi lainnya. Anoraga (2004) menyatakan, produktivitas adalah konsep
universal, yang dimaksud yaitu menyediakan banyak barang dan jasa untuk
kebutuhan semakin banyak orang dengan menggunakan semakin sedikit sumber
daya.
Kusryanto (2000) menyatakan, produktivitas adalah nisbah atau rasio antara
hasil kegiatan (output) dengan segala pengorbanan (input) untuk mewujudkan hasil
atas masukan tersebut. Hasibuan (2005) menyatakan, produktivitas adalah
perbandingan antara output dengan input, di mana output-nya harus mempunyai nilai
tambah dan teknik pengerjaannya yang lebih baik.
Mali dalam Sedarmayanti (1999) menyatakan bahwa: “Productivity is the
measure of how well resources are brought together in organization and utilized for eccomplishing a set of result. Productivity is reaching the highest level of performance with the least expenditure of resources. Productivity is combination of effectiveness and efficiency. Berarti produktivitas merupakan alat ukur sejauh mana
(56)
Produktivitas merupakan pencapaian titik maksimal prestasi kerja dengan
mengorbankan sumber daya seminimal mungkin.
Sedangkan David dalam Sedarmayanti (1999): “Productivity is the quotient
obtain by dividing output by one of the factors of production. Productivity is concerned with the efficient of resources (inputs) in producing goods and/or services (output). Artinya produtivitas merupakan hasil bagi antara hasil (output) dengan
salah satu faktor produksi. Produktivitas merupakan sumber daya-sumber daya
(input).
Dalam setiap usaha baik usaha perorangan, usaha segolongan warga negara
maupun masyarakat selalu ada kecenderungan untuk meningkatkan produktivitas
karyawan walupun motivasi mendorong peningkatan produktivitas kerja yang
berbeda-beda dari suatu perusahaan lainnya. Produktivitas mengutamakan cara
pemanfaatan secara baik terhadap sumber-sumber dalam produktivitas juga diartikan
sebagai berikut :
1) Perbandingan antara kumpulan jumlah keluaran dan masukkan yang dinyatakan
dalam satuan umum.
2) Perbandingan antara ukuran harga bagi pemasukan dan hasil (Sinungan, 2003).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka produktivitas menunjukkan
adanya perbandingan antara hasil yang diperoleh dengan pengorbanan yang telah
diberikan. Pengorbanan itu bukan hanya tenaga kerja tetapi turut faktor produksi
(57)
menimbulkan in-efisien dalam penggunaan tenaga kerja yang sekaligus merupakan
pemborosan bagi suatu perusahaan. Oleh sebab itu peranan karyawan dan pimpinan
sangat menentukan produktivitas suatu perusahaan.
2.4.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kerja
Tujuan dari pelaksanaan produktivitas adalah untuk meningkatkan atau
memanfaatkan sumber-sumber yang ada dalam pelaksanaan produktif dapat
terlaksana dengan baik dan dengan tujuan utama untuk mengatasi adanya
pemborosan-pemborosan atau dengan kata lain semua sumber-sumber yang ada
dalam pelaksanaan produksi dapat dimanfaatkan dengan baik dan tidak ada yang
terbuang begitu saja. Namun sejauh itu ada juga pelaksanaan produktivitas yang tidak
berhasil yang disebabkan oleh beberapa pengaruh di antaranya masalah
ketenagakerjaan dan modal serta faktor alamiah (natural resources). Masing-masing
syarat atau faktor tersebut berlaku dalam cara yang berbeda dan dalam keadaan
berbeda pula.
Diketahui bahwa produktivitas adalah suatu cara yang terbaik untuk
meningkatkan gairah kerja dari karyawan. Namun ada juga faktor-faktor lain yang
dapat mempengaruhi pencapaian tingkat produktivitas yang baik menurut Sinungan
(2003), yaitu: (a) manusia; (b) modal; (c) metode/proses; (d) lingkungan organisasi
(internal); (e) produksi; (f) lingkungan negara (eksternal); (g) lingkungan internal
dan regional; (h) umpan balik.
Menurut Anoraga (2004), ada faktor-faktor yang mempengaruhi
(58)
1) Motivasi
Pimpinan organisasi perlu mengetahui motivasi kerja dari anggota organisasi
karyawan. Dengan mengetahui motivasi itu maka pimpinan dapat mendorong
karyawan bekerja lebih baik.
2) Pendidikan
Pada umumnya seseorang mempunyai pendidikan lebih tinggi akan mempunyai
produktivitas kerja yang lebih baik, hal demikian ternyata merupakan syarat yang
penting dalam meningkatkan produktivitas kerja karyawan. Tanpa bekal
pendidikan, mustahil orang akan mudah dalam mempelajari hal-hal yang bersifat
baru dalam cara atau suatu sistem.
3) Disiplin kerja
Disiplin kerja adalah sikap kejiwaan seseorang atau kelompok yang senantiasa
berkehendak untuk mengikuti atau mematuhi segala peraturan yang telah
ditentukan. Disiplin kerja mempunyai hubungan yang sangat erat dengan
motivasi, kedisiplinan dengan suatu latihan antara lain dengan bekerja
menghargai waktu dan biaya akan memberikan pengaruh yang positif terhadap
produktivitas kerja karyawan.
4) Keterampilan
Keterampilan banyak pengaruhnya terhadap produktivitas kerja karyawan.
Keterampilan karyawan dalam perusahaan dapat ditingkatkan melalui training,
kursus-kursus dan lain-lain.
(59)
Sikap seseorang atau kelompok orang dalam membina hubungan yang serasi,
selaras dan seimbang di dalam kelompok itu sendiri maupun dengan kelompok
lain. Etika dalam hubungan kerja sangat penting karena dengan tercapainya
hubungan seimbang antara perilaku dalam proses produksi akan meningkatkan
produktivitas kerja.
6) Gizi dan kesehatan
Daya tahan tubuh seseorang biasanya dipengaruhi oleh gizi dan makanan yang
didapat, hal itu mempengaruhi kesehatan karyawan, dengan semua itu akan
berpengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan.
7) Tingkat penghasilan
Penghasilan yang cukup berdasarkan prestasi kerja karyawan karena semakin
tinggi prestasi karyawan maka akan semakin besar prestasi yang diterima.
Dengan itu maka akan memberikan semangat kerja tiap karyawan untuk memacu
(60)
8) Lingkungan kerja dan iklim kerja
Lingkungan kerja dari karyawan termasuk hubungan kerja antara karyawan,
hubungan dengan pimpinan, suhu serta lingkungan penerangan dan sebagainya.
Hal ini sangat penting untuk mendapatkan perhatian dari perusahaan karena
sering karyawan enggan bekerja, karena tidak ada kekompakan dalam kelompok
kerja atau ruang kerja yang tidak menyenangkan. Hal ini mengganggu kerja
karyawan.
9) Teknologi
Dengan adanya kemajuan teknologi yang meliputi peralatan yang semakin
otomatis dan canggih akan mendapat dukungan tingkat produksi dan
mempermudah manusia dalam melaksanakan pekerjaan.
10) Sarana produksi
Faktor-faktor produksi harus memadai dan saling mendukung dalam proses
produksi.
11) Jaminan sosial
Perhatian dan pelayanan perusahaan kepada setiap karyawan, menunjang
kesehatan dan keselamatan. Dengan harapan agar karyawan semakin bergairah
dan mempunyai semangat untuk bekerja.
12) Manajemen
Dengan adanya manajemen yang baik maka karyawan akan berorganisasi dengan
(61)
13) Kesempatan berprestasi
Setiap orang dapat mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya, dengan
diberikan kesempatan berprestasi, maka karyawan akan meningkatkan
produktivitas.
2.4.3. Metode Pengukuran Produktivitas Kerja
Pengukuran produktivitas merupakan suatu alat manajemen yang
penting disemua tingkat ekonomi. Dibebarapa negara maupun perusahaan pada
akhir-akhir ini telah terjadi kenaikan minat pada pengukuran produktivitas. Karena itu
sudah saatnya kita membicarakan alasan mengapa kita harus mengukur produktivitas
tersebut. Indeks produktivitas juga bermanfaat dalam menentukan perbandingan
antara negara temporal seperti tingkat pertumbuhan dan tingkat produktivitas.
Secara umum pengukuran produktivitas berarti perbandingan yang dapat
dibedakan dalam 3 (tiga) jenis yang sangat berbeda, menurut Sinungan (2003) yaitu:
1) Perbandingan-perbandingan antara pelaksanaan sekarang dengan pelaksanaan
secara historis yang tidak menunjukkan apakah pelaksanaan sekarang ini
memuaskan, namun hanya mengetengahkan apakah meningkatkan atau
berkurang serta adanya tingkatannya.
2) Perbandingan perlawanan antara satu unit (perorangan tugas, seksi, proses)
dengan lainnya. Pengukuran seperti ini menunjukkan pencapaian relatip.
3) Perbandingan pelaksanaan sekarang dengan targetnya, dan inilah yang terbaik
(62)
Dari pengertian di atas dapat diambil suatu cara di dalam penyusunan
perbandingan-perbandingan ini dengan mempertimbangkan tingkatan daftar susunan
dan perbandingan pengukuran dari produktivitas. Paling sedikit ada 2 (dua) jenis
tingkatan yang berbeda, yakni produktivitas total dan produktivitas parsial.
Hasil total Total produktivitas =
Tingkat total
Hasil parsial Produktivitas parsial =
Masukan total
Sedangkan rumus-rumus dan model dari produktivitas yang dikemukakan
oleh Syarif (1991) adalah:
O P =
I
Di mana:
P = Produktivitas
O = Output
I = Input
Ukuran output dapat dinyatakan dalam bentuk antara lain:
a. Jumlah satuan fisik produk/jasa
b. Nilai rupiah produk/jasa
c. Nilai tambah
d. Jumlah pekerjaan/kerja
(63)
Ukuran input dapat dinyatakan dalam bentuk antara lain:
a. Jumlah waktu
b. Jumlah tenaga kerja
c. Jumlah jam orang (man-hour)
d. Jumlah biaya tenaga kerja
e. Jumlah jam mesin
f. Jumlah biaya penyusunan dan peralatan mesin
g. Jumlah biaya material
h. Jumlah seluruh biaya perusahaan
i. Jumlah luas tanah.
Sedangkan tujuan dari pengukuran produktivitas antara lain untuk
membandingkan hasil-hasil:
1. Pertambahan produksi dari waktu ke waktu.
2. Pertambahan pendapatan dari waktu ke waktu.
3. Pertambahan kesempatan kerja dari waktu ke waktu.
4. Jumlah hasil sendiri dengan hasil orang lain.
5. Komponen prestasi utama sendiri dan komponen prestasi utama orang lain.
Dari berbagai rumus dan uraian di atas jelas model-model dan pengertian
dari produktivitas terus akan berkembang dan diperkenalkan di sektor-sektor
ekonomi, nasional, sektoral maupun di perusahaan-perusahaan. Oleh sebab itu ada
(64)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PT Bank Bukopin Cabang Medan yang beralamat
di Jalan Gajah Mada No. 23 B Medan. Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan
Juli 2007 sampai dengan Desember 2007.
3.2. Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian adalah studi kasus sedangkan sifat
penelitian asosiatif (hubungan) yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel atau lebih. Penelitian ini adalah penelitian populasi.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini dibatasi pada karyawan Unit Operasional PT Bank Bukopin Cabang Medan yang berjumlah 86 orang. Untuk menentukan sampel digunakan pendekatan menurut Arikunto (2002) yang menyatakan: “Apabila subjeknya kurang dari 100 orang lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih”.
Menurut Sugiyono (2003), bahwa apabila semua anggota
populasi dijadikan sampel disebut sampling jenuh atau istilah lainnya adalah sensus.
Oleh karena itu dalam penelitian ini jumlah sampel yang diteliti sama dengan jumlah
populasi dari subjek yang akan diteliti, yaitu sebanyak 86 orang karyawan.
(65)
3.4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Pengamatan langsung (Observation), dilakukan pada saat melakukan survey
pendahuluan sampai pada saat melakukan pengumpulan data.
2. Daftar Pertanyaan (Questionnaire), yang diberikan kepada karyawan (responden)
PT Bank Bukopin Cabang Medan berdasarkan sampel yang telah ditentukan.
3. Wawancara (Interview) dengan yang karyawan atau pihak yang berhak
memberikan informasi data di PT Bank Bukopin Cabang Medan.
4. Studi Dokumentasi, pengumpulan peraturan-peraturan perusahaan dan
dokumen-dokumen yang relevan untuk mendukung data penelitian yang diperoleh dari PT
Bank Bukopin Cabang Medan.
3.5. Jenis dan Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah:
1. Data primer merupakan data yang langsung dikumpulkan peneliti dari responden
yakni seluruh karyawan yang dijadikan sampel penelitian melalui daftar
pertanyaan (Questionnaire) dan wawancara (Interview).
2. Data sekunder merupakan data yang mendukung data primer, yang diperoleh
peneliti dari dokumen-dokumen perusahaan sebagai data yang mendukung
(66)
prestasi kerja (DP3) dan data ketenagakerjaan yang diperoleh dari pihak PT Bank
Bukopin Cabang Medan.
3.6. Identifikasi Variabel Penelitian
Variabel Penelitian terdiri dari 2 (dua) variabel bebas (independent variabel)
yaitu variabel penilaian prestasi kerja (X1) dan pelatihan (X2). Sedangkan variabel
terikat (dependent variabel) yaitu variabel produktivitas kerja karyawan (Y).
3.7. Definisi Operasional Variabel
1. Penilaian Prestasi Kerja (X1)
Penilaian prestasi kerja adalah menilai hasil kerja nyata dengan standard kualitas
maupun kuantitas yang dihasilkan setiap karyawan. Menempatkan kebijaksanaan
pelatihan, berarti karyawan akan dipromosikan, didemosikan dan atau balas jasa
dinaikkan. Pertanyaan atau pernyataan mengenai variabel penilaian prestasi kerja
diukur dengan skalaLikert.
2. Pelatihan (X2)
Pelatihan adalah suatu kegiatan yang bermaksud untuk memperbaiki sikap,
tingkah laku, ketrampilan dan pengetahuan dari karyawan sesuai dengan
keinginan karyawan. Pertanyaan atau pernyataan mengenai variabel pelatihan
diukur dengan satuan skalaLikert.
(1)
yang terbaik dari manejer. Pelatihan diharapkan dapat mencapai hasil lain dari pada memodifikasi perilaku karyawan. Hal ini juga perlu mendapat dukungan secara organisasi dan tujuan, seperti produksi, distribusi barang dan pelayanan lebih efesien, menekan biaya operasi, meningkatkan kualitas dan hubungan pribadi lebih efektif.
Handoko (2000) menyatakan: “Pelatihan karyawan yang dilakukan perusahaan dapat menutup “gap” antara kecakapan atau kemampuan karyawan dengan permintaan jabatan.” Dengan demikian pengembangan karyawan mempunyai pengaruh terhadap produktivitas kerja karyawan.
Para karyawan baru biasanya telah mempunyai kecakapan dan keterampilan dasar yang dibutuhkan. Mereka adalah produk dari suatu sistem pelatihan dan mempunyai pengalaman yang diperoleh dari organisasi lain. Tidak jarang pula karyawan baru yang diterima tidak mempunyai kemampuan secara penuh untuk melaksanakan tugas-tugas pekerjaan mereka.
Pelatihan tidak hanya berlaku bagi karyawan baru tetapi bagi karyawan lama yang sudah berpengalaman juga perlu belajar menyesuaikan diri dengan organisasi orang-orangnya, kebijaksanaan-kebijaksanaan dan prosedur-prosedurnya.
Mereka juga mungkin memerlukan latihan dan pengembangan lebih lanjut untuk mengerjakan tugas-tugas secara sukses. Meskipun program orientasi serta pelatihan memakan waktu dan dana, hampir semua organisasi melaksanakannya dan menyebut biaya-biaya untuk berbagai program sebagai investasi dalam sumber daya manusia.
(2)
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:
Penilaian prestasi kerja dan pelatihan berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan. Terbukti diuji secara serempak (Fratio) yang diperoleh tingkat sebesar 24, 430 > dari Ftab dan diuji secara parsial (Thit) sebesar 4,556 > dari Ttab. Hal ini berarti penilaian prestasi kerja dan pelatihan sangat menentukan atau berpengaruh terhadap peningkatan produktivitas kerja karyawan.
Penilaian prestasi kerja berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan dan pelatihan juga berpengaruh signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan.
Pelatihan mempunyai pengaruh yang paling dominan terhadap produktivitas kerja karyawan, hal ini terlihat melalui tingkat signifikansi pada persamaan regresi linier berganda variabel bebas terhadap variabel terikat.
5.2 Saran
Setelah mempelajari seluruh proses penelitian yang menyangkut seluruh permasalahan yang diuji dapat diberikan saran sebagai berikut:
Untuk menghindari penilaian yang subjektif akan lebih baik para penilai diberi pengarahan akan pentingnya sistem penilaian pelaksanaan pekerja tersebut dan diikutsertakan seorang ahli psikologi agar objektivitas lebih terjamin.
82
(4)
Perusahaan perlu meningkatkan pemberian informasi mengenai penilaian pelaksanaan pekerjaan tersebut sehingga para karyawan mengerti mengapa dan untuk apa penilaian itu dilakukan guna meningkatkan prestasi mereka dan menghindari kesalahpahaman antara perusahaan dan diharapkannya adanya timbal balik positif diantaranya sehingga sistem penilaian tersebut bermanfaat bagi perusahaan maupun bagi karyawan.
Untuk lebih menunjang terlaksananya kebijakan dan program perusahaan dalam upaya pengembangan sumber daya manusia melalui kegiatan pelatihan perlu didukung oleh sumber dana yang lebih memadai. Dengan demikian diharapkan adanya keseimbangan antara keduanya, sehingga kebijakan dan program tersebut tidak hanya menjadi dokumen tertulis, tetapi juga dapat diimplementasikan.
Perusahaan hendaknya benar-benar menerapkan proses-proses manajemen dengan baik, sebab pelatihan karyawan harus berjalan berlandaskan pada sistem manajemen yang mencakup semua peraturan manajemen, struktur dan prosedur untuk perencanaan dan kontrol yang baik dengan organisasi dan manajemen yang baik.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku:
Anoraga, Pandji. 2004, Manajemen Bisnis, Cetakan Ketiga, Jakarta: Rineka Cipta Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara.
Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Edisi Ketiga, Semarang : BP-Universitas Diponegoro.
Hasibuan, Malayu S. P. 2005. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Handoko, T. Hani. 1998. Dasar-Dasar Manajemen Produksi dan Operasi. Cetakan Kesepuluh, Yogyakarta: BPFE.
---. 2000. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi Kedua, Yogyakarta: BPFE.
Kusryanto, Bambang. 2000. Meningkatkan Produktivitas Karyawan. Cetakan Pertama. Jakarta: Granmedia.
Mangkunegara, A.A. Anwar Prabu, 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, Bandung : Remadja Rosdakarya.
Mangkuprawira, Tb Syafri, 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik, Cetakan Kedua, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Mathis, Robert L dan Jhon H. Jackson. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Buku II, Penerjemah : Jimmy Sadeli dan Bayu Prawira Hie, Jakarta : Salemba Empat.
Nawawi, Hadari. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis yang Kompetitif, Cetakan Kelima, Yogyakarta : Gadjah Mada University Press Nitisemito, Alex. S. 1998. Manajemen Personalia (Manajemen Sumber Daya
Manusia), Edisi Ketiga, Cetakan Kesembilan, Yogyakarta: Ghalia Indonesia. Prastito, Arif. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan
Percobaan Dengan SPSS 12, Jakarta : PT Elex Media Komputindo
84
(6)
lxxiv
Ranupandojo, Heidjrachman dan Suad Husnan. 2000. Manajemen Personalia, Yogyakarta: BPFE-UGM.
Sastrohadiwirjo, Siswanto B. 2002. Manajemen Karyawan Indonesia, Pendekatan Admnistratif dan Operasional. Cetakan Pertama, Jakarta: Bumi Aksara Siagian Sondang, P. 2002, Manajemen Sumber Daya Manusia, Cetakan Kelima,
Jakarta : Bumi Aksara.
Simamora, Henry. 1995. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: STIE-YKPN.
Sinungan, Muchdasyah 2003. Produktivitas, Apa dan Bagaimana. Cetakan Kedua. Jakarta: Bina Aksara.
Sugiyono, 2003. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan Keempat, Bandung :Alfabeta. Undang - Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Internet:
Mediana. 2001. Pengaruh Program Pendidikan dan Pelatihan terhadap Produktivitas Kerja Karyawan pada PT. Samudera Indonesia. http://digilib.menlh.go.id/go.php?id=jkptbinus-gdl-s1-2001-mediana-708-productivi Dikunjungi tanggal 17 Agustus 2007.
Situmorang, Yan Helmi. 2003. Pengaruh Pelatihan dan Pengembangan serta Prestasi Kerja Terhadap Pengembangan Karir Karyawan Pada PTPN III Medan. Tesis. Universitas Sumatera Utara, (Tidak Dipublikasikan).
Utami, Wiji. 2001. Pengaruh Penilaian Prestasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Dan Semangat Kerja Karyawan di PT Pos Indonesia (Persero) Bondowoso dan Banyuwangi. libunair@indo.net.id. Dikunjungi 21 Juli 2007