Tinggi tanaman gandum umumnya berkisar antara 30 sampai 150 cm, The Biology of Triticum aestivum L. em Thell. Bread Wheat, 2008. Belum ada
literatur yang menunjukan secara pasti tinggi tanaman gandum yang ideal untuk daerah dataran rendah tropis. Namun demikian, Wiyono 1980 mengungkapkan
bahwa tipe varietas gandum yang baik adalah tipe varietas yang pendek, berbatang kuat, dan daun tidak saling melindungi, karena tipe gandum seperti ini
yang memberikan produksi yang lebih tinggi. Tanaman pertanian yang kerdil atau semi kerdil pendek lebih banyak mengalokasikan fotosintat ke biji dibandingkan
ke batang, sehingga dapat meningkatkan hasil biji Salisbury dan Cleon, 1995. Berdasarkan kriteria di atas, galur yang memiliki tinggi yang baik jika dilihat dari
hasil panennya adalah galur CBD 17. Galur mutan lainnya yang memiliki tinggi di bawah 60 cm adalah CBD 20 dan CBD 23.
4.1.2. Jumlah Anakan
Berdasarkan data pada tabel 1 di atas, galur mutan CBD 20 dan CBD 23 berbeda nyata dengan varietas kontrol Dewata. Kedua galur mutan ini memiliki
jumlah anakan produktif yang tidak banyak. Galur lainnya seperti CPN 01, CPN 02, CBD 16, CBD 17, dan CBD 24 tidak berbeda nyata dengan semua varietas
kontrol pada variabel ini. Varietas Dewata mempunyai jumlah anakan produktif yang paling tinggi, sedangkan galur mutan CBD 20, CBD 23, dan varietas Selayar
adalah termasuk yang rendah. Jumlah anakan yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dari
masing-masing genotipe gandum. Di samping itu faktor lingkungan juga
mempunyai pengaruh penting terhadap pembentukan anakan, diantaranya adalah intensitas cahaya dan kekeringan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman. Tingginya intensitas cahaya matahari mengakibatkan suhu lingkungan menjadi tinggi. Jumlah anakan meningkat pada saat suhu tinggi
Biology of Triticum aestivum L. em Thell. Bread Wheat, 2008. Pertumbuhan srisip anakan dipicu oleh cahaya yang kaya akan panjang gelombang merah
Salisbury dan Cleon, 1995. Tingginya intesitas cahaya yang mengenai batang akan mengakibatkan pembentukan srisip semakin cepat. Pringgohandoko dan
Suryawati 2006 menyatakan pada tanaman gandum yang mengalami cekaman kekeringan meskipun sudah memasuki periode pembungaan, pembentukan
anakan masih tetap berlanjut walaupun kecepatannya menurun. Setiap anakan berpotensi untuk menghasilkan biji, akan tetapi tidak semua
anakan menghasilkan biji. Jumlah anakan produktif termasuk salah satu variabel yang penting untuk diketahui karena berpengaruh terhadap hasil panen. Budiarti et
al 2004 menyatakan jumlah anakan per tanaman berpengaruh langsung terhadap hasil per tanaman sehingga dapat dijadikan kriteria seleksi untuk mendapatkan
genotipe gandum yang berpotensi tinggi. Semakin tinggi jumlah anakan produktif maka kemungkinan biji yang dihasilkan pun akan semakin meningkat.
Di antara tujuh galur mutan, jumlah rata-rata anakan produktif galur CPN 01 adalah yang tertinggi Tabel 1. Ini menunjukan bahwa galur mutan CPN 01
memiliki karakteristik jumlah anakan produktif yang baik. Beberapa galur mutan lainnya yang memiliki jumlah anakan produktif cukup tinggi adalah CPN 02,
CBD 16, CBD 17, dan CBD 24 melebihi varietas Selayar. Namun demikian
variabel ini tidak bisa dijadikan sebagai acuan, bahwa genotipe gandum yang memiliki jumlah anakan produktif tinggi akan menghasilkan panen yang tinggi
juga.
4.2. Daun