Pendekatan dan Jenis Penelitian Variabel Penelitian 1 Identifikasi variabel Independent Variabel Variabel Bebas Dependent Variabel Variabel Terikat

BAB 3 METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai pendekatan dan jenis penelitian yang digunakan, jenis variabel penelitian, definisi konseptual dan operasional variabel, teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, uji instrumen, prosedur penelitian, dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian.

3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Jika ditinjau dari tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara self-efficacy matematika dengan kecemasan menghadapi pelajaran matematika pada siswa SMPN 4 Tangerang Selatan yang menggunakan pendekatan kuantitatif guna mencari hubungan antar variabel. Pendekatan ini dipilih karena peneliti mengolah data dalam bentuk angka-angka ke dalam analisis statistik. Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian korelasional, yaitu penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Oleh karena itu, peneliti menggunakan metodelogi yang sesuai dengan tujuan penelitian ini yaitu penelitian korelasi yang bertujuan untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi Sevilla, 1993. 3.2. Variabel Penelitian 3.2.1 Identifikasi variabel Variabel merupakan suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih nilai atau sifat yang berdiri sendiri-sendiri Sevilla, 1993. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu:

a. Independent Variabel Variabel Bebas

Independent variable dalam penelitian ini adalah self-efficacy matematika.

b. Dependent Variabel Variabel Terikat

Dependent variabel dalam penelitian ini adalah kecemasan menghadapi pelajaran matematika. 3.2.2 Definisi konseptual operasional variabel 3.2.2.1. Definisi konseptual a. Definisi konseptual self-efficacy adalah penilaian seseorang terhadap kemampuannya untuk menyusun tindakan yang dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas-tugas khusus yang dihadapi Bandura, 1986. b. Definisi konseptual kecemasan adalah suatu keadaan emosional yang ditandai dengan timbulnya kekhawatiran, ketegangan, dan gejala fisiologis lainnya Holmes, 1991.

3.2.2.2. Definisi operasional a.

Definisi operasional self-efficacy adalah skor yang diperoleh dari skala self- efficacy yang memiliki 3 dimensi. Dimensi tersebut selanjutnya akan dijadikan sebagai indikator dan diturunkan menjadi item yang bertujuan untuk memperoleh skor nilai pada skala self-efficacy. Dimensi tersebut adalah: 1. Dimensi tingkat level. Dimensi ini berkaitan dengan derajat kesulitan tugas ketika individu merasa mampu untuk melakukannya. Apabila individu dihadapkan pada tugas-tugas yang disusun menurut tingkat kesulitannya, maka self-efficacy individu mungkin akan terbatas pada tugas-tugas yang mudah, sedang atau bahkan tugas-tugas yang paling sulit, sesuai dengan batas kemampuan yang dirasakan dapat memenuhi tuntutan perilaku yang dibutuhkan pada masing-masing tingkat. 2. Dimensi kekuatan strength. Dimensi ini berkaitan dengan tingkat kekuatan dari keyakinan atau pengharapan individu mengenai kemampuannya. Pengharapan yang lemah mudah digoyahkan oleh pengalaman-pengalaman yang tidak mendukung. Sebaliknya, pengharapan yang mantap mendorong individu tetap bertahan dalam usahanya. Meskipun mungkin ditemukan pengalaman yang kurang menunjang. 3. Dimensi generalisasi generality. Dimensi yang berkaitan dengan luas bidang tingkah laku yang mana individu merasa yakin akan kemampuannya. Individu dapat merasa yakin terhadap kemampuan dirinya. b. Definisi operasional kecemasan adalah skor yang diperoleh dari skala kecemasan yang meliputi 4 komponen yang selanjutnya dapat digunakan sebagai indikator dan dapat dijadikan acuan dalam menuliskan item yang bertujuan untuk memperoleh skor nilai pada skala kecemasan, komponen- komponen tersebut antara lain: 1. Komponen Mood psikologis Gejala mood psikologis yang terjadi berupa khawatir, ketegangan, panik dan ketakutan. Mood seseorang yang merasa cemas dapat berupa was-was, khawatir, gelisah, takut, tegang, gugup, dan rasa tidak aman. Individu tidak dapat merasa tenang dan mudah tersinggung, sehingga memungkinkannya untuk terkena depresi. 2. Komponen Kognitif Secara kognitif, seseorang yang merasa cemas akan terus mengkhawatirkan segala macam masalah yang mungkin terjadi, sehingga ia akan sulit untuk berkonsentrasi atau mengambil keputusan, bingung, dan menjadi sulit untuk mengingat kembali. 1. Komponen Somatik Secara somatik dalam reaksi fisik atau bilogis, gangguan kecemasan dibagi kedalam dua bagian, yaitu pertama adalah gejala langsung yang terdiri dengan mudah berkeringat, sesak nafas, jantung berdetak cepat, tekanan darah meningkat, pusing, serta otot yang tegang. Kedua, kalau kecemasan dirasakan secara berlarut-larut, maka hal tersebut secara berkesinambungan akan meningkatkan tekanan darah, sakit kepala, ketegangan otot, dan sering merasa mual. 2. Komponen Motorik Secara motorik gerak tubuh kecemasan dapat terlihat dari gangguan tubuh pada seseorang, seperti tangan yang selalu gemetar, suara yang terbata-bata, dan sikap yang terburu-buru. 3.3. Teknik Pengambilan Sampel 3.3.1. Populasi dan sampel penelitian