Pengaruh Keterlibatan Terhadap Proses Pengambilan Keputusan Membeli Ponsel Pada Mahasiswa Universitas Sumatera Utara

(1)

PENGARUH KETERLIBATAN TERHADAP PROSES PENGAMBILAN

KEPUTUSAN MEMBELI PONSEL PADA MAHASISWA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan

Ujian Sarjana Psikologi

Oleh :

FARHAH MEUTHIA

041301091

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji dan Syukur Peneliti panjatkan ke-hadirat Allah SWT, karena atas berkat dan rahmat-Nya proposal penelitian yang berjudul “Pengaruh keterlibatan konsumen terhadap proses pengambilan keputusan membeli ponsel pada remaja” dapat diselesaikan.

Pada kesempatan ini peneliti juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebenar-besarnya kepada :

1. Orangtua Peneliti tercinta, mama dan papa yang meski jauh namun tetap memberikan dukungan agar Peneliti segera menyelesaikan proposal ini.

2. Kak Siti Zahreni, M.Si, selaku dosen pembimbing seminar. Terima kasih banyak atas waktu dan kesabaran kakak dalam membimbing, nasehat-nasehat, sharing pengetahuan dan informasi serta dukungan moril sehingga Peneliti bisa menyelesaikan seminar ini dengan baik.

3. Pak Ferry Novliadi, M.Si, dan Ibu Cherly K. Ulfa, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak masukan untuk perbaikan proposal penelitian ini agar lebih baik lagi.

4. Teman-teman seperjuangan seminar, Ikun, Indih, Charles (the next PIO idol) dan Kak Fifi. Meski pada awalnya hopeless dan helpless namun akhirnya kita berhasil melewati ujian ini dengan penuh kesabaran, ”Semangat!”. Buat Nisa dan Pia, thanks untuk dukungannya, omelan dari kalian selalu dinanti.

5. Teman-teman ’04 especially for Bima & Yola (thanks n sorry udah nyusahin dirimu,

jangan kapok ya…hehehe…), dan teman-teman satu bimbingan yakni Maya, Tantri,

Narti dan Keke (sukses untuk kita semua, Amin) serta teman-teman yang terlalu banyak jika disebutkan satu persatu (luv u all…)


(3)

6. Pacarku tersayang dan sahabatku tercinta, terima kasih untuk cinta, canda dan tawa yang kalian ciptakan di sela-sela kesibukan mengerjakan seminar.

7. Saudara-saudara ku yang tercinta, Bang Yuri, Dita, Bebi (baik-baik di UIN ya dek…), serta untuk Si kecil Luna yang selalu merampas Handphone.

8. Orang-orang yang turut memberi motivasi dan dukungan, pak Iyal, Bang Hendra, Ari, Endang, Fitrah, Kolonel (Bang Irham), Bang Iseq, Bang Ihsan, Bang Boy serta Abang-Abang yang tidak bisa disebutkan satu persatu, makasih buat semuanya. Akhir kata Peneliti menyadari bahwa proposal penelitian ini masih jauh dari sempurna, untuk itu dengan segala kerendahan hati peneliti meminta kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca untuk perbaikan penelitian selanjutnya.

Medan, Juni

2008 Peneliti


(4)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kedudukan konsumen semakin penting dalam hubungannya dengan organisasi. Peningkatan tersebut sejalan dengan perkembangan teknologi informasi yang memberikan kemudahan pada konsumen untuk mengetahui, memahami dan memilih produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya. Hal ini juga yang memaksa para produsen untuk melakukan inovasi terhadap barang-barang yang diproduksinya (melakukan inovasi produk). Inovasi dilakukan guna mencegah kondisi dimana pasar mulai stagnan karena konsumen tidak melihat adanya sesuatu yang baru lagi pada produk/pasar tersebut, sehingga mereka tak tertarik untuk meningkatkan pembelian dan menyebabkan penjualan semakin menurun (Wibowo dkk, 1996). Pilihan-pilihan produk yang ditawarkan tentunya tidak secara langsung akan mempengaruhi pengambilan keputusan membeli bagi konsumen. Pasar hanya menyediakan berbagai pilihan produk dan merek yang bermacam-macam. Namun pada akhirnya, konsumen yang memiliki hak untuk bebas memilih apa dan bagaimana produk yang nantinya akan mereka konsumsi.

Sebelum membeli dan mengkonsumsi sesuatu, terlebih dahulu konsumen membuat keputusan mengenai produk apa yang dibutuhkan, kapan, bagaimana dan dimana proses pembelian atau konsumsi itu akan terjadi. Atau dengan kata lain, diperlukan suatu proses pengambilan keputusan untuk membeli suatu barang atau jasa. Setiadi (2003) mengatakan bahwa pengambilan keputusan konsumen adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya. Hasil dari proses pengintegrasian ini adalah suatu pilihan (choice), yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan berperilaku (behavior intentions).


(5)

Setiadi (2003) menjelaskan bahwa pengambilan keputusan yang diambil oleh seseorang dapat disebut sebagai suatu pemecahan masalah. Pada proses pengambilan keputusan, konsumen memiliki sasaran atau perilaku yang ingin dicapai atau dipuaskan. Seorang konsumen menganggap sesuatu adalah masalah karena konsekuensi yang diinginkannya belum dapat dicapai, kemudian konsumen membuat keputusan perilaku mana yang ingin dilakukan untuk dapat mencapai sasaran tersebut, dan dengan demikian dapat memecahkan masalahnya.

Pemecahan masalah konsumen sebenarnya adalah suatu aliran tindakan timbal balik yang berkesinambungan di antara faktor lingkungan, proses kognitif dan afektif, serta tindakan perilaku. Pada tahap pertama merupakan pemahaman adanya masalah, kemudian terjadi eveluasi terhadap alternatif yang ada dan tindakan yang paling sesuai akan dipilih. Tahap berikutnya, pembelian, pilihan atau keinginan dinyatakan dalam tindakan. Pada akhirnya barang yang telah dibeli akan digunakan dan konsumen melakukan evaluasi ulang mengenai keputusan yang telah diambilnya (Setiadi, 2003). Engel (1995) mengatakan bahwa proses pengambilan keputusan dalam membeli meliputi 6 tahap yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian, konsumsi dan evaluasi setelah pembelian.

Ada beberapa variasi dalam proses pengambilan keputusan. Berdasarkan variasi tersebut, Engel dkk (1995) menjelaskan bahwa proses pengambilan keputusan merupakan suatu kontinum yang berjajar dari tinggi ke rendah. Selanjutnya dikatakan bahwa ketika proses pengambilan keputusan yang dilakukan sangat kompleks, maka hal ini disebut dengan pengambilan keputusan diperluas, sebaliknya pengambilan keputusan terbatas merepresentasikan tingkat kompleksitas yang rendah.

Pengambilan keputusan membeli pada konsumen dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat individual (internal) maupun yang berasal dari lingkungan (eksternal).


(6)

Salah satu faktor individual yang dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan seseorang adalah keterlibatan (Engel dkk, 1995).

Laurent and Kapferer, Mittal, & Day (dalam Cabanero, 2006) menyatakan bahwa keterlibatan adalah dorongan motivasional yang mengacu kepada hubungan antara produk dan nilai personal. Keterlibatan berkaitan dengan fungsinya sebagai dorongan motivasional yang menjelaskan tahap-tahap dalam proses pengambilan keputusan konsumen. Hal ini termasuk perluasan dalam percarian informasi, waktu dalam proses pengambilan keputusan, pembentukan keyakinan, sikap dan intensi yang menghasilkan perilaku misalnya mencari variasi, penggantian merek, komitmen merek atau loyalitas, frekuensi dari penggunaan produk atau kesenangan berbelanja (Beharrell & Dennison; Mittal & Lee dalam Verbeke & Vackier, 2003). Hal yang sama juga dinyatakan oleh Setiadi (2003) bahwa keterlibatan adalah status motivasi yang menggerakkan serta mengarahkan proses kognitif dan perilaku konsumen pada saat mereka membuat keputusan. Misalnya, konsumen yang terlibat dengan kamera termotivasi untuk berupaya keras memilih merek mana yang akan dibeli. Mereka dapat menterjemahkan lebih banyak informasi mengenai suatu produk (membaca lebih banyak iklan dan brosur), dan meluangkan waktu dan tenaga yang lebih banyak dalam mengintegrasikan informasi produk tersebut untuk mengevaluasi merek dan menetapkan keputusan pembelian.

Keterlibatan secara tidak langsung berhubungan dengan sifat-sifat khas seseorang (Engel, dalam Sridhar, 2006) yang dihasilkan dari refleksi self-image, biaya dan resiko atau tekanan sosial untuk menyesuaikan diri dengan kelompok dimana konsumen lebih suka untuk terlibat dengan produk yang berpotensi tinggi merefleksikan image diri, memiliki harga, resiko serta tekanan sosial yang tinggi. Konsumen yang mempersepsikan bahwa sebuah produk secara pribadi memiliki konsekuensi yang relevan dikatakan lebih terlibat dan memiliki hubungan pribadi dengan produk tersebut (Peter & Olson,1996).


(7)

Baharrell & Denison serta Laaksonen (dalam Sridhar, 2006) mengemukakan bahwa keterlibatan konsumen sebagai sumber untuk menjelaskan perbedaan kadar usaha mental dan fisik dari seorang kosumen terhadap keputusan yang dibuatnya. Keterlibatan yang tinggi mengarah kepada pemecahan masalah diperluas yang berarti pencarian dan penggunaan informasi yang aktif, memproses informasi secara hati-hati, mempertimbangkan dan mengevalusi banyak atribut produk sebelum membentuk keyakinan. Sebaliknya, keterlibatan yang rendah dihubungkan dengan perilaku rutin, kebiasaan atau impulsif tanpa pemrosesan informasi yang luas.

Mowen (2001) menyatakan bahwa sejalan dengan naiknya keterlibatan, konsumen memproses informasi dengan lebih mendalam dan dengan semakin meningkatnya keterlibatan, konsumen memiliki motivasi yang lebih besar untuk memperhatikan, memahami dan mengelaborasi informasi tentang pembelian. Seseorang yang memiliki keterlibatan yang tinggi akan lebih banyak berpikir atau merasakan lebih kuat mengenai pengalaman konsumsinya, sebaliknya keterlibatan yang rendah terjadi ketika konsumen memiliki sedikit energi dalam pikiran dan perasaan mereka dalam pengalaman khusus yang terkait dengan konsumsi (Wilkie, 1986).

Engel (1995) mengatakan bahwa pemecahan masalah yang diperluas paling mungkin ketika tiga syarat utama dipenuhi, yakni alternatif-alternatif dibedakan dengan cara yang relevan, tersedianya waktu yang memadai untuk pertimbangan yang mendalam, serta terdapat tingkat keterlibatan yang tinggi yang menyertai pembelian.

Dewasa ini ponsel atau telepon genggam sudah menjadi barang kebutuhan pokok masyarakat kita. Dari masyarakat kalangan atas, sedang sampai masyarakat bawah semua membutuhkan telepon seluler karena untuk saat ini telepon selulerlah yang dianggap sebagai media komunikasi paling cepat dan murah pulsanya, terjangkau harga dan pembelian pulsa


(8)

dapat dilakukan dimana saja serta menyediakan menu hiburan yang menyenangkan. Tingkat penetrasi telepon seluler pun mengalahkan telepon tetap ( telepon rumah yang masih menggunakan kabel) yang hanya berkisar pada angka 4%. Kalau digabung dengan fixed wireless (semacam pengguna CDMA) hanya berkutat pada angka kurang dari 15%. dibandingkan dengan pengguna telepon seluler (pengguna GSM) yang hampir mencapai angka 30% dari total penduduk Indonesia (Fajar, 2008). Berbeda dengan telepon rumah, telepon seluler merupakan telepon atau alat komunikasi tanpa kabel sehingga mudah dibawa kemana saja.

Ponsel merupakan alat komunikasi yang terus mengalami perkembangan. Berbagai fitur yang terdapat dalam sebuah ponsel menjadi daya tarik tersendiri bagi konsumen seperti SMS, MMS, pemutar musik, radio, kamera, games dsb. Salah satu fitur yang paling sering digunakan adalah SMS (Short Messaging Service) atau pesan singkat. Pesan yang sekali kirim besarnya hanya sampai 160 karakter itu menjadi favorit karena dianggap lebih murah dibandingkan dengan menelpon langsung (Muda, 2004). Menurut data Kompas yang melakukan street polling yang dilakukan pada 100 remaja SMU di Jakarta, Bogor, Bandung, dan Semarang menunjukkan bahwa 51 persen mereka mengirim SMS 11-20 kali, 35 persen 2-10 kali dan 14 persen lebih dari 20 kali sehari (Damayanti, 2007).

Hasil penelitian di Jepang (www.seputar-indonesia.com) menemukan bahwa pengguna ponsel di Jepang sangat tergantung pada ponsel. Mereka merasa tidak nyaman apabila tidak membawa ponsel. Keterlibatan mereka pada penggunaan ponsel sangat tinggi. Mereka menggunakan ponsel untuk membaca buku, mendengarkan musik, berkomunikasi dengan teman, serta mengakses internet. Bahkan, ketika makan atau menonton televisi, mereka masih mengoperasikan ponsel (www.seputar-indonesia.com).


(9)

B. Perumusan masalah

Berkaitan dengan permasalahan di atas, maka peneliti ingin melihat apakah ada pengaruh keterlibatan terhadap pengambilan keputusan membeli ponsel.

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh keterlibatan terhadap proses pengambilan keputusan membeli.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini di harapkan memiliki dua manfaat yaitu : 1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian di harapkan dapat memberikan masukan yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu Psikologi bidang Psikologi Industri dan Organisasi, khususnya di bidang Perilaku Konsumen. Selain itu juga diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi peneliti-peneliti lain yang akan meneliti dengan tema yang sama.

2. Manfaat praktis

Melihat pengaruh keterlibatan terhadap proses pengambilan keputusan membeli serta memberikan pandangan bagi pemasar suatu produk mengenai tingkat keterlibatan dan kepentingannya dalam pengambilan keputusan dalam suatu pembelian

E. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri atas lima bab, yaitu : Bab I Pendahuluan

Bab ini terdiri dari latar belakang masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.


(10)

Bab II Landasan teori

Bab ini berisi uraian teori yang menjadi acuan dalam pembahasan masalah Bab III Metode penelitian

Bab ini menguraikan identifikasi variabel, definisi operasional variabel, metode pengambilan sampel, alat ukur yang digunakan, uji daya beda item dan reliabilitas alat ukur, dan metode analisa data yang digunakan untuk mengolah hasil data penelitian.

Bab IV Analisis data dan interpretasi.

Pada bab ini dipaparkan mengenai gambaran umum dan karakteristik dari subjek penelitian serta bagaimana analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis statistik. Kemudian pada bab ini juga dibahas mengenai interpretasi data yang ada serta data tambahan dengan menggunakan program SPSS 16.0 for Windows.

Bab V Kesimpulan, Diskusi dan Saran.

Bab ini membahas mengenai kesimpulan peneliti mengenai hasil penelitian dan diskusi mengenai hasil penelitian dilengkapi dengan saran-saran bagi pihak lain berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh.


(11)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Proses Pengambilan Keputusan Membeli

Sebelum membeli suatu produk atau jasa, umumnya konsumen melakukan evaluasi untuk melakukan pemilihan produk atau jasa. Evaluasi dan pemilihan yang digunakan akan menghasilkan suatu keputusan. Pengambilan keputusan sendiri merupakan sebuah proses yang terdiri dari beberapa tahap, yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif sebelum pembelian, pembelian, konsumsi, dan evaluasi alternatif sesudah pembelian (Engel,1995).

Selanjutnya akan dijelaskan mengenai proses pengambilan keputusan membeli yang meliputi pengertian proses pengambilan keputusan membeli, tahap-tahap dalam proses pengambilan keputusan membeli, tingkatan dalam proses pengambilan keputusan membeli serta faktor apa saja yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan membeli.

1. Pengertian proses pengambilan keputusan membeli

Engel (1995) mengatakan bahwa proses pengambilan keputusan membeli mengacu pada tindakan konsisten dan bijaksana yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan. Pengambilan keputusan membeli merupakan keputusan konsumen tentang apa yang hendak dibeli, berapa banyak yang akan dibeli, di mana akan dilakukan, kapan akan dilakukan dan bagaimana pembelian akan dilakukan (Loudon & Bitta, 1993). Berkowitz (2002) juga mengemukakan bahwa proses keputusan pembelian merupakan tahap-tahap yang dilalui pembeli dalam menentukan pilihan tentang produk dan jasa yang hendak dibeli. Ahli lain menyatakan bahwa pengambilan keputusan konsumen adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan


(12)

pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya (Setiadi, 2003). Sementara Schiffman-Kanuk (2007) mengatakan bahwa keputusan sebagai seleksi terhadap dua pilihan alternatif atau lebih, dengan kata lain ketersediaan pilihan yang lebih dari satu merupakan suatu keharusan dalam pengambilan keputusan.

Berdasarkan uraian diatas, maka proses pengambilan keputusan membeli yang dipakai dalam penelitian ini merujuk pada teori yang dikemukakan oleh Engel (1995) yakni proses pengambilan keputusan membeli mengacu pada tindakan konsisten dan bijaksana yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan. Selanjutnya akan dibahas mengenai tahapan-tahapan dalam membeli.

2. Tahapan-tahapan dalam proses pengambilan keputusan membeli

Proses pengambilan keputusan menurut Engel, Blackwell & Miniard (1995) meliputi 6 tahap yaitu:

a. Pengenalan kebutuhan.

Proses pengambilan keputusan dimulai dengan pengenalan kebutuhan yang didefinisikan sebagai perbedaan atau ketidaksesuaian antara keadaan yang diinginkan dengan keadaan yang sebenarnya, yang akan membangkitkan dan mengaktifkan proses keputusan. Proses membeli diawali dengan adanya kebutuhan. Kebutuhan timbul karena adanya perbedaan antara keadaan yang sesungguhnya dengan keadaan yang diinginkan. Pengenalan kebutuhan pada hakikatnya tergantung pada banyaknya ketidaksesuain antara keadaan aktual dengan keadaan yang diinginkan. Jika ketidaksesuaian melebihi tingkat atau ambang tertentu kebutuhan pun akan dikenali. Misalnya seorang yang lapar (keadaan aktual) dia ingin menghilangkan perasaan itu (keadaan yang diinginkan) akan mengalami pengenalan kebutuhan jika ketidaksesuaian diantaranya cukup besar. Hasil pengenalan


(13)

kebutuhan akan mendorong organisme berperilaku lebih jauh untuk pemecahan masalah jika kebutuhan yang dikenali cukup penting dan pemecahan kebutuhan tersebut dalam batas kemampuannya.

b. Pencarian informasi.

Setelah kebutuhan dikenali, selanjutnya adalah pencarian internal ke memori untuk menentukan solusi yang memungkinkan. Jika pemecahannya tidak diperoleh melalui pencarian internal, maka proses pencarian difokuskan pada stimuli eksternal yang relevan dalam menyelesaikan masalah (pencarian eksternal). Pencarian informasi ditentukan oleh situasi, produk, pengecer dan karakteristik konsumen (pengetahuan, keterlibatan, kepercayaan dan sikap, serta karakteristik demografi).

c. Evaluasi alternatif.

Setelah konsumen mengumpulkan informasi tentang jawaban alternatif terhadap suatu kebutuhan yang dikenali, maka konsumen mengevaluasi pilihan serta menyempitkan pilihan pada alternatif yang diinginkan.

d. Pembelian.

Konsumen melakukan pembelian yang nyata berdasarkan alternatif yang telah dipilih. Pembelian meliputi keputusan konsumen mengenai apa yang dibeli, keputusan membeli atau tidak, waktu pembelian, dimana dan bagaimana cara pembayarannya.

e. Konsumsi.

Pada tahap ini, konsumen menggunakan alternatif dalam pembelian. Biasanya tindakan pembelian diikuti oleh tindakan mengkonsumsi atau menggunakan produk.

f. Evaluasi setelah pembelian.

Proses pengambilan keputusan tidak berhenti pada pengkonsumsian, melainkan berlanjut ke evaluasi produk yang dikonsumsi, yang mengarah pada respon puas atau tidak puas.


(14)

Setelah melakukan pembelian, konsumen mengevaluasi apakah alternatif yang dipilih memenuhi kebutuhan dan harapan segera sesudah digunakan.

Loudon dan Bitta (1993) mengatakan bahwa pengambilan keputusan konsumen dapat digeneralisasikan menjadi model pemecahan masalah konsumen yang terdiri atas 4 tipe aktifitas dasar dalam proses membeli, yaitu pengenalan masalah, pencarian informasi dan evaluasi, keputusan membeli, serta perilaku setelah pembelian. Selanjutnya akan diuraikan mengenai tingkatan dalam proses pengambilan keputusan membeli.

3. Tingkatan dalam proses pengambilan keputusan membeli

Engel dkk (1995) menjelaskan tingkatan dalam proses pengambilan keputusan lebih terperinci menjadi 3 tingkatan dalam suatu kontinum yaitu:

a. Pengambilan Keputusan Diperluas

Pada pengambilan keputusan diperluas, konsumen terbuka pada informasi dari berbagai sumber dan termotivasi untuk membuat pilihan yang tepat. Pengambilan keputusan ini meliputi proses yang melibatkan pencarian informasi internal maupun eksternal yang intensif, diikuti oleh evaluasi yang kompleks atas sejumlah besar alternatif yang tersedia. Keenam tahapan proses pengambilan keputusan di ikuti meskipun tidak berurutan dan akan banyak alternatif yang di evaluasi. Jika hasil yang diharapkan terpenuhi, maka keputusan ditunjukkan dalam bentuk rekomendasi pada orang lain dan keinginan untuk membeli kembali. Sejalan dengan Engel, Solomon (2004) mengatakan bahwa dalam pengambilan keputusan diperluas, pada tahap pencarian informasi, konsumen terbuka pada sumber informasi yang berbeda, menggunakan banyak kriteria alternatif yang di evaluasi, mengunjungi berbagai toko-toko dan sering melakukan komunikasi dengan penjual ketika melakukan pembelian.


(15)

Pengambilan keputusan ini berada diantara kedua titik ekstrim yaitu pengambilan keputusan diperluas dan pengambilan keputusan terbatas. Tahap pencarian informasi dan evaluasi alternatif juga dilakukan oleh konsumen tetapi intensitasnya terbatas.

c. Pengambilan Keputusan Terbatas

Pengambilan keputusan terbatas meliputi pencarian informasi secara internal maupun eksternal terbatas, sedikit alternatif, aturan pengambilan keputusan sederhana atas sejumlah kecil atribut, dan evaluasi purna pembelian yang rendah. Disini konsumen menyederhanakan proses dan mengurangi jumlah dan variasi dari sumber informasi alternatif serta kriteria yang digunakan untuk evaluasi. Pilihan biasanya dibuat dengan mengikuti aturan yang sederhana seperti membeli merek yang dikenal atau membeli dengan memilih harga yang termurah ataupun untuk mencoba yang baru sehingga mengarah pada ganti-ganti merek. Pencarian yang ekstensif dan evaluasi alternatif dihindari karena proses pembelian diasumsikan sebagai hal tidak penting bagi konsumen. Solomon (2004) menambahkan bahwa dalam pengambilan keputusan terbatas konsumen tidak menggunakan pencarian informasi secara eksternal serta menggunakan waktu berbelanja yang terbatas dan pemilihan produk dipengaruhi oleh apa yang dipajang di toko ketika melakukan pembelian. Pengambilan keputusan dalam membeli dipengaruhi oleh beberapa faktor yang akan dijelaskan pada bagian selanjutnya.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan membeli

Proses pengambilan keputusan membeli pada konsumen dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat individual (internal) maupun yang berasal dari lingkungan (eksternal). Engel (1995) membaginya sbb:

a. Faktor individual (internal) 1. Sumber daya konsumen


(16)

Waktu, uang dan perhatian merupakan sumber daya yang dimiliki konsumen yang digunakan dalam setiap situasi pengambilan keputusan

2. Keterlibatan dan motivasi

Keterlibatan merupakan tingkat dari kepentingan atau ketertarikan personal yang ditimbulkan oleh stimulus dalam situasi tertentu. Terhadap tingkat keterlibatan yang hadir, konsumen di motivasi untuk bertindak dengan pertimbangan untuk meminimalkan resiko dan untuk memaksimalkan keutungan yang didapat dari penggunaan dan pembelian. Keterlibatan adalah refleksi dari motivasi yang kuat di dalam bentuk relevansi pribadi yang sangat dirasakan terhadap suatu produk atau jasa di dalam konteks tertentu. 3. Pengetahuan

Pengetahuan konsumen terdiri dari informasi yang disimpan di dalam ingatan. Informasi yang dimiliki konsumen mengenai produk akan sangat mempengaruhi pola pembelian mereka

4. Sikap

Sikap didefinisikan sebagai evaluasi menyeluruh, intensitas, dukungan dan kepercayaan adalah sifat penting dari sikap. Pencarian informasi dan evaluasi yang luas atas pelbagai kemungkinan akan menghasilkan pembentukan suatu sikap terhadap alternatif-alternatif yang dipertimbangkan.

5. Kepribadian,

Kepribadian diartikan sebagai respon yang konsisten terhadap stimulus lingkungan. Kepribadian seseorang akan menentukan bagaimana seseorang mengkonsumsi suatu produk


(17)

Gaya hidup diartikan sebagai pola dimana orang hidup dan menghabiskan waktu serta uang. Gaya hidup yang dianut seseorang juga menentukan dalam pemilihan serta keputusan pembelian sebuah produk.

7. Demografi

Karakteristik demografi seperti usia, pendapatan dan pendidikan juga membedakan bagaimana seseorang terlibat dalam pengambilan keputusan konsumen.

b. Faktor lingkungan (eksternal) 1. Budaya,

Budaya dalam perilaku konsumen mengacu pada nilai, gagasan, artefak, dan simbol-simbol lain yang bermakna yang membantu individu untuk berkomunikasi, melakukan penafsiran dan evaluasi sebagai anggota masyarakat. Perbedaan budaya juga menentukan jenis produk yang dipilih untuk dikonsumsi.

2. Kelas sosial,

Kelas sosial adalah pembagian di dalam masyarakat yang terdiri dari individu-individu yang berbagi nilai, minat, dan perilaku yang sama. Status kelas sosial menghasilkan bentuk-bentuk perilaku konsumen yang berbeda 3. Pengaruh kelompok dan keluarga.

Keluarga adalah kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih yang dihubungkan melalui darah, perkawinan atau adopsi dan tinggal bersama. Keputusan pembelian individu sangat mungkin dipengaruhi oleh anggota lain dalam keluarganya. Kelompok juga berpengaruh dalam memberikan referensi mengenai suatu produk, toko dsb.


(18)

B. Keterlibatan Konsumen

Beberapa konsumen sangat perhatian pada beberapa produk atau merek, sangat tertarik untuk mencari informasi tentang suatu produk namun tidak dengan konsumen yang lain untuk produk atau merek yang sama. Hal ini berhubungan dengan keterlibatan konsumen dimana konsumen yang mempersepsikan bahwa sebuah produk secara pribadi memiliki konsekuensi yang relevan dikatakan lebih terlibat dan memiliki hubungan pribadi dengan produk tersebut (Peter & Olson,1999).

Selanjutnya akan dibahas mengenai keterlibatan konsumen yang meliputi pengertian, dimensi dan tipe-tipe dari keterlibatan.

1. Pengertian Keterlibatan Konsumen

Secara umum, konstruk dari keterlibatan menggambarkan ide atau pikiran dari relevansi personal atau kepentingan (Chaudhuri, 2006). Buck dan Chaudhuri (dalam Chaudhuri, 2006) mendefinisikan keterlibatan sebagai kedalaman dan kualitas dari respon kognitif dan afektif. Mowen (2001) mendefinisikan keterlibatan konsumen sebagai persepsi dari kepentingan pribadi atau minat terhadap perolehan, konsumsi dan disposisi dari barang, jasa atau ide. Sejalan dengan definisi tersebut Solomon (2004) menyatakan bahwa keterlibatan konsumen sebagai tingkat persepsi dari kepentingan pribadi dan atau ketertarikan yang ditimbulkan oleh stimulus dengan situasi yang spesifik. Pengertian keterlibatan yang dijelaskan oleh Peter & Olson (1999) adalah bahwa keterlibatan mengacu pada persepsi konsumen tentang pentingnya atau relevansi personal suatu objek, kejadian atau aktivitas. Setiadi (2003) mengatakan bahwa keterlibatan adalah status motivasi yang menggerakkan serta mengarahkan proses kognitif dan perilaku konsumen pada saat mereka membuat keputusan. Definisi lain mengenai keterlibatan oleh Antil (dalam Setiadi, 2003) adalah tingkat dari kepentingan pribadi yang dirasakan dan atau minat yang dibangkitkan oleh stimulus di dalam


(19)

situasi spesifik hingga jangkauan kehadirannya, konsumen bertindak dengan sengaja untuk meminimumkan resiko dan memaksimumkan manfaat yang diperoleh dari pembelian dan pemakaian.

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka definisi keterlibatan konsumen yang dipakai di dalam penelitian ini berdasarkan pada definisi dari Mowen (2001) dan ditambahkan dari Setiadi (2003) yakni keterlibatan konsumen sebagai persepsi dari kepentingan pribadi atau minat terhadap perolehan, konsumsi dan disposisi dari barang, jasa atau ide yang menggerakkan serta mengarahkan proses kognitif dan perilaku konsumen pada saat mereka membuat keputusan.

Keterlibatan memiliki beberapa dimensi yang akan dijelaskan pada bagian selanjutnya.

2. Dimensi keterlibatan

Mowen (2001) mengemukakan empat dimensi dari keterlibatan, yaitu: a. Pentingnya ekspresi diri (self-expressive importance)

Produk-produk yang membantu orang untuk mengekspresikan konsep diri mereka kepada orang lain. Ini terjadi ketika pilihan akan suatu produk dipersepsikan mencerminkan citra diri. Contohnya adalah busana atau perhiasan.

b. Pentingnya hedonisme (hedonic importance)

Produk-produk yang dapat menyenangkan, menarik, menggembirakan, mempesona, dan menggairahkan. Chaudhuri (2006) menambahkan bahwa nilai hedonis secara langsung diketahui melalui pengalaman subjektif dengan produk dan hasilnya ada dalam sebuah sensasi kesenangan.


(20)

Produk-produk yang mendasar atau bermanfaat untuk alasan yang berfaedah. Produk dibeli karena fungsi praktis yang dimilikinya. Misalnya pembelian AC karena fungsinya sebagai alat pendingin ruangan.

d. Resiko pembelian (purchase risk).

Produk-produk yang menciptakan ketidakpastian karena pilihan yang buruk akan sangat mengganggu konsumen. Perhatian dicurahkan jauh lebih besar sebelum membuat keputusan jika konsumen merasa takut akan konsekuensi bahwa adanya kemungkinan hasil pembelian tidak sesuai dengan harapan Engel (1995). Pada bagian berikutnya akan dijelaskan mengenai tipe-tipe dari keterlibatan.

3. Tipe-tipe keterlibatan

Mowen (2001) membagi tipe keterlibatan atas dua tipe, yaitu: a. Keterlibatan situasional

Terjadi selama periode waktu yang pendek dan diasosiasikan dengan situasi yang spesifik, seperti kebutuhan untuk mengganti sebuah produk yang telah rusak.

b. Keterlibatan Abadi

Terjadi ketika konsumen menunjukkan minat yang tinggi dan konsisten terhadap sebuah produk dan seringkali menghabiskan waktunya untuk memikirkan tentang produk tersebut.

Solomon (2004) membagi tipe-tipe keterlibatan atas tiga bentuk, yaitu: a. Keterlibatan produk

Keterlibatan produk berhubungan dengan tingkat ketertarikan konsumen terhadap suatu produk khusus.


(21)

Keterlibatan respon pesan mengacu kepada ketertarikan konsumen dalam memproses komunikasi pemasaran.

c. Keterlibatan situasi pembelian

Keterlibatan situasi pembelian mengacu pada perbedaan yang mungkin terjadi ketika membeli objek yang sama untuk konteks yang berbeda.

D. Pengaruh Keterlibatan Konsumen Terhadap Proses Pengambilan Keputusan Membeli.

Sebelum membeli dan mengkonsumsi sesuatu, terlebih dahulu konsumen membuat keputusan mengenai produk apa yang dibutuhkan, kapan, bagaimana dan dimana proses pembelian atau konsumsi itu akan terjadi. Atau dengan kata lain, diperlukan suatu proses pengambilan keputusan untuk membeli suatu barang atau jasa. Setiadi (2003) mengatakan bahwa pengambilan keputusan konsumen adalah proses pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan memilih salah satu diantaranya. Hasil dari proses pengintegrasian ini adalah suatu pilihan (choice), yang disajikan secara kognitif sebagai keinginan berperilaku (behavior intentions). Selanjutnya dijelaskan bahwa pengambilan keputusan yang diambil oleh seseorang dapat disebut sebagai suatu pemecahan masalah. Engel (1995) mengatakan bahwa proses pengambilan keputusan dalam membeli meliputi 6 tahap yaitu pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif, pembelian, konsumsi dan evaluasi setelah pembelian.

Pengambilan keputusan membeli pada konsumen dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat individual (internal) maupun yang berasal dari lingkungan (eksternal). Salah satu faktor individual yang dapat mempengaruhi proses pengambilan keputusan seseorang adalah keterlibatan (Engel dkk, 1995).


(22)

Baharrell & Denison serta Laaksonen (dalam Sridhar, 2006) mengemukakan bahwa keterlibatan konsumen sebagai sumber untuk menjelaskan perbedaan kadar usaha mental dan fisik dari seorang kosumen terhadap keputusan yang dibuatnya. Keterlibatan yang tinggi mengarah kepada pemecahan masalah diperluas yang berarti pencarian dan penggunaan informasi yang aktif, memproses informasi secara hati-hati, mempertimbangkan dan mengevalusi banyak atribut produk sebelum membentuk keyakinan. Sebaliknya, keterlibatan yang rendah dihubungkan dengan perilaku rutin, kebiasaan atau impulsif tanpa pemrosesan informasi yang luas.

Mowen (2001) menyatakan bahwa sejalan dengan naiknya keterlibatan, konsumen memproses informasi dengan lebih mendalam dan dengan semakin meningkatnya keterlibatan, konsumen memiliki motivasi yang lebih besar untuk memperhatikan, memahami dan mengelaborasi informasi tentang pembelian. Seseorang yang memiliki keterlibatan yang tinggi akan lebih banyak berpikir atau merasakan lebih kuat mengenai pengalaman konsumsinya, sebaliknya keterlibatan yang rendah terjadi ketika konsumen memiliki sedikit energi dalam pikiran dan perasaan mereka dalam pengalaman khusus yang terkait dengan konsumsi (Wilkie, 1986).

E. Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini diajukan sebuah hipotesa sebagai jawaban sementara terhadap permasalahan yang telah dikemukakan. Adapun hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah:


(23)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel Penelitian

Adapun variabel yang terlibat pada penelitian ini antara lain:

Variabel tergantung : Proses pengambilan keputusan membeli. Variabel bebas : Keterlibatan.

B. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Proses pengambilan keputusan membeli mengacu pada tindakan konsisten dan bijaksana yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan yang merupakan suatu kontinum yang berjajar dari tingkat yang diperluas, antara dan terbatas.

Proses pengambilan keputusan membeli diukur dengan menggunakan skala yang disusun berdasarkan tahap-tahap dari pengambilan keputusan membeli yang dikemukakan oleh Engel (1995), yaitu: pengenalan kebutuhan, pencarian informasi, evaluasi alternatif dan pembelian, konsumsi dan evaluasi alternatif pembelian.

Skor yang tinggi pada skala proses pengambilan keputusan membeli menunjukkan subjek cenderung melakukan proses pengambilan keputusan diperluas sedangkan skor yang rendah menunjukkan subjek cenderung melakukan proses pengambilan keputusan terbatas.

2. Keterlibatan konsumen sebagai persepsi dari kepentingan pribadi atau minat terhadap perolehan, konsumsi dan disposisi dari barang, jasa atau ide yang menggerakkan serta mengarahkan proses kognitif dan perilaku konsumen pada saat mereka membuat keputusan.


(24)

Data mengenai keterlibatan konsumen diperoleh dengan menggunakan skala yang disusun berdasarkan dimensi yang dikemukakan oleh Mowen (2001) yaitu: pentingnya ekspresi diri (self-expressive importance), pentingnya hedonisme (hedonic importance), relevansi praktis (practical relevance) dan resiko pembelian (purchase risk).

Skor yang tinggi pada skala keterlibatan menunjukkan subjek memiliki keterlibatan yang tinggi sedangkan skor yang rendah pada skala keterlibatan menunjukkan subjek memiliki keterlibatan yang rendah.

C. Populasi, Sampel dan Metode Pengambilan Sampel

Masalah populasi dan sampel yang dipakai dalam penelitian merupakan salah satu faktor penting yang harus diperhatikan. Populasi adalah objek, gejala atau kejadian yang diselidiki terdiri dari semua individu untuk siapa kenyataan-kenyataan yang diperoleh dari sampel penelitian itu hendak digeneralisasikan (Hadi, 2002).

Populasi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Mengingat keterbatasan peneliti untuk menjangkau keseluruhan populasi, maka peneliti hanya meneliti sebagian dari keseluruhan populasi yang dijadikan sebagai subjek penelitian, atau yang dikenal dengan nama sampel.

1. Karakteristik Subjek Penelitian

Karakteristik populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Mahasiswa

b. Pernah membeli ponsel dan bukan hasil pemberian orang lain.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonprobability Incidental Sampling. Incidental Sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang mana tidak


(25)

semua individu dalam populasi diberi peluang yang sama untuk menjadi anggota sampel. Teknik pengambilan sampel dari populasi ini didasarkan pada ketersediaan dan kemudahan untuk mendapatkan sampel sesuai dengan karakteristik tertentu (Hadi, 2000). Alasan peneliti menggunakan teknik pengambilan sampel ini adalah karena dalam penelitian ini tidak dapat diketahui secara pasti berapa jumlah keseluruhan Mahasiswa Universitas Sumatera Utara yang pernah membeli ponsel.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala. Skala berisi kumpulan pernyataan yang diajukan kepada responden untuk diisi oleh responden ada dua skala yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu skala pengambilan keputusan dalam membeli dan skala keterlibatan konsumen.

Metode Skala

Skala adalah suatu prosedur pengambilan data yang merupakan suatu alat ukur aspek afektif yang merupakan konstruk atau konsep psikologis yang menggambarkan aspek kepribadian individu (Azwar, 1999).

Menurut Azwar (1999) karakteristik dari skala psikologi yaitu: (a) Stimulusnya berupa pertanyaan atau pernyataan yang tidak langsung mengungkap atribut yang hendak diukur melainkan mengungkap indikator perilaku dari atribut yang bersangkutan; (b) Dikarenakan atribut psikologis diungkap secara tidak langsung lewat indikator-indikator perilaku sedangkan indikator perilaku diterjemahkan dalam bentuk aitem-aitem, maka skala psikologi selalu banyak berisi aitem-aitem; (c) Respon subjek tidak diklasifikasikan sebagai jawaban benar atau salah. Semua jawaban dapat diterima sepanjang diberikan secara jujur dan sungguh-sungguh. Hanya saja jawaban yang berbeda dinterpretasikan secara berbeda pula.


(26)

Hadi (2000) mengemukakan bahwa skala psikologis mendasarkan diri pada laporan– laporan pribadi (self report). Selain itu skala psikologis memiliki kelebihan dengan asumsi sebagai berikut:

1. Subjek adalah orang yang paling tahu tentang dirinya.

2. Apa yang dikatakan oleh subjek tentang kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya.

3. Interpretasi subjek tentang pernyataan–pernyataan yang diajukan sama dengan apa yang dimaksud oleh peneliti.

Penelitian ini menggunakan penskalaan model Likert. Penskalaan ini merupakan model penskalaan pernyataan sikap yang menggunakan distribusi respons sebagai dasar penentuan nilai sikap (Azwar, 2000).

Skala Proses Pengambilan Keputusan Membeli

Skala proses pengambilan keputusan membeli disusun berdasarkan tahap-tahap yang dikemukakan oleh Engel (1995), yaitu:

1. Pengenalan kebutuhan. 2. Pencarian informasi. 3. Evaluasi alternatif. 4. Pembelian.

5. Konsumsi dan,

6. Evaluasi alternatif pembelian.

Setiap tahap-tahap di atas akan diuraikan ke dalam sejumlah pernyataan favorabel dan unfavorabel, dimana subjek diberikan empat alternatif pilihan yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS). Untuk aitem yang favorabel, pilihan SS akan mendapatkan skor empat, pilihan S akan mendapatkan skor tiga, pilihan TS akan mendapatkan skor dua, dan pilihan STS akan mendapatkan skor


(27)

satu. Sedangkan untuk aitem yang unfavorabel pilihan SS akan mendapatkan skor satu, pilihan S mendapatkan skor dua, pilihan TS akan mendapatkan skor tiga, dan pilihan STS akan mendapatkan skor empat. Skor skala ini menunjukkan bahwa semakin tinggi skor jawaban maka semakin diperluas pengambilan keputusan yang dilakukan.

Tabel 1. Distribusi Aitem-aitem Skala Proses Pengambilan Keputusan Membeli sebelum uji coba

Tahap-Tahap Membeli

Indikator perilaku Favorable Unfavorable Total Jumlah Pengenalan

kebutuhan.

 Kebutuhan akan suatu produk ponsel.

 Dorongan untuk membeli produk ponsel.

1, 20, 30, 42, 53

12, 28, 40, 45, 60

10

Pencarian informasi.

 Bertanya mengenai produk ponsel kepada orang lain

 Membaca iklan, brosur mengenai produk ponsel.

13, 19, 27, 39, 51

2, 41, 46, 49, 57

10

Evaluasi alternatif

 Memilih produk ponsel dengan kriteria fitur yang dimiliki.

10, 22, 26, 38, 58

4, 9, 18, 29, 43 10


(28)

waktu untuk memilih produk ponsel.

52 55

Konsumsi  Menggunakan fitur produk ponsel.

6, 15, 32, 36, 44

8, 21, 23, 33, 59

10

Evaluasi alternatif pembelian

 Menilai kemampuan produk ponsel.

7, 11, 24, 47, 50

3, 16, 34, 37, 56

10

Total 30 30 60

Skala Keterlibatan

Skala keterlibatan disusun berdasarkan dimensi yang dikemukakan oleh Mowen (2001), yaitu:

1. Pentingnya ekspresi diri (self-expressive importance). 2. Pentingnya hedonisme (hedonic importance).

3. Relevansi praktis (practical relevance). 4. Resiko pembelian (purchase risk).

Setiap dimensi di atas akan diuraikan ke dalam sejumlah pernyataan favorabel dan unfavorabel, dimana subjek diberikan empat alternatif pilihan yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Untuk aitem yang favorabel, pilihan SS akan mendapatkan skor empat, pilihan S akan mendapatkan skor tiga, pilihan TS akan mendapatkan skor dua, dan pilihan STS akan mendapatkan skor satu. Sedangkan untuk aitem yang unfavorabel pilihan SS akan mendapatkan skor satu, pilihan S mendapatkan skor dua, pilihan TS akan mendapatkan skor tiga, dan pilihan STS akan mendapatkan skor empat. Skor skala ini menunjukkan bahwa semakin tinggi skor jawaban maka seseorang memiliki


(29)

keterlibatan yang tinggi. Dan sebaliknya, semakin rendah skor jawabannya maka seseorang memiliki keterlibatan yang rendah.

Tabel 2. Distribusi Aitem-aitem Skala Keterlibatan sebelum uji coba

Dimensi Indikator Perilaku Favorabel Unfavorabel Total Jumlah

Pentingnya ekspresi diri (self-expressive importance)

 Pilihan produk ponsel berdasarkan diri seseorang  Pemilihan produk ponsel

berdasarkan image yang ingin ditampilkan

7, 11, 27, 30, 40

1, 16, 20, 23, 36

10

Pentingnya

hedonisme (hedonic importance).

 Produk ponsel dirasakan sangat menarik.

 Penggunaan produk ponsel menimbulkan kesenangan.

2, 8, 17, 24, 34

6, 15, 28, 22, 38

10

Relevansi praktis (practical

relevance)

 Produk ponsel dipilih karena fungsinya.

3, 10, 18, 25, 37

5, 14, 21, 29, 32

10

Resiko pembelian (purchase risk)

 Merasa terganggu dan ketidaknyamanan ketika melakukan pembelian yang salah.

4, 9, 31, 33, 39

12, 13, 19, 26, 35

10


(30)

E. Validitas Alat Ukur

Menurut Azwar (2000) Validitas adalah sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat ukur dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila alat ukur tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau data yang dihasilkan relevan dengan tujuan pengukurannya.

Adapun dalam penelitian ini, konsep validitas yang hendak dicapai oleh alat ukur adalah validitas internal khususnya validitas isi melalui analisis rasional terhadap isi alat ukur. Suryabrata (2008) menyatakan bahwa validitas isi ditegakkan pada langkah telaah dan revisi butir pertanyaan atau pernyataan, berdasarkan pendapat profesional (profesional judgement). Validitas isi bertujuan untuk mengungkap sejauhmana aitem-aitem dalam alat ukur tersebut mencakup keseluruhan kawasan isi yang diukur. Selain itu, peneliti juga berupaya untuk memperkuat validitas muka alat ukur seperti tampilan fisik alat ukur yang rapi dan bersih, penggunaan bahasa yang sederhana agar lebih mudah dipahami oleh subjek penelitian.

F. Uji Daya Beda Aitem dan Reliabilitas Alat Ukur

Tujuan dilakukan uji coba alat ukur adalah untuk melihat seberapa jauh alat ukur dapat mengukur dengan tepat apa yang hendak diukur dan seberapa jauh alat ukur menunjukkan kecermatan pengukuran (Azwar, 2000). Uji coba skala dilakukan dengan menyebarkan skala kepada responden uji coba yang memiliki karakteristik hampir sama dengan karakteristik subjek penelitian.

1. Uji Daya Beda Aitem

Sebelum melakukan pengujian reabilitas, hendaknya terlebih dahulu melakukan prosedur seleksi aitem dengan cara menguji karakteristik masing-masing aitem yang menjadi bagian tes yang bersangkutan. Aitem-aitem yang tidak memenuhi syarat


(31)

kualitas yang baik tidak boleh diikutkan menjadi bagian tes (Azwar, 2000). Pengujian daya beda aitem menghendaki dilakukannya komputasi korelasi antara distribusi skor aitem dengan suatu kriteria yang relevan, yaitu distribusi skor skala itu sendiri. Komputasi ini akan menghasilkan koefisien korelasi aitem total (rit ) yang dikenal dengan sebutan parameter daya beda aitem. Sebagai kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem total, biasanya digunakan batasan rix ≥ 0, 30. Namun apabila jumlah aitem yang lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah aitem yang diinginkan, peneliti dapat mempertimbangkan untuk menurunkan sedikit batasan kriteria 0,30, sehingga jumlah aitem yang diinginkan dapat tercapai. Harus pula diketahui bahwa tingginya korelasi skor aitem dengan skor skala, sekalipun berperanan dalam meningkatkan reliabilitas skala, namun tidak selalu akan meningkatkan validitas skala. Oleh karena itu, parameter daya diskriminasi aitem hendaknya tidak dijadikan patokan tunggal dalam menentukan aitem mana yang akhirnya diikutkan sebagai bagian skala dalam bentuk final dikarenakan di samping korelasi aitem total tersebut masih ada pertimbangan lain yang juga tidak kalah besar perannya dalam menentukan kualitas skala (Azwar, 1999).

2. Reliabilitas

Pengujian reliabilitas terhadap hasil ukur skala dilakukan bila aitem-aitem yang terpilih lewat prosedur analisis aitem telah dikompilasi menjadi satu. Reliabilitas mengacu kepada konsistensi atau kepercayaan hasil ukur, yang mengandung makna kecermatan pengukuran (Azwar, 1999).

Uji reliabilitas alat ukur ini menggunakan pendekatan konsistensi internal yaitu suatu bentuk tes yang hanya memerlukan satu kali pengenaan tes tunggal pada sekelompok individu sebagai subjek dengan tujuan untuk melihat konsistensi antar aitem atau antar


(32)

bagian dalam skala. Teknik ini dipandang ekonomis dan praktis (Azwar, 2000). Teknik yang digunakan adalah teknik reliabilitas Alpha dari Cronbach. Semakin tinggi nilai reliabilitas yang diperoleh (mendekati angka 1,0) maka semakin baik reliabilitasnya.

Penghitungan daya beda aitem dan koefisien reliabilitas dalam uji coba ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS version 16.0 For Windows.

G. Hasil Uji Coba

Uji coba skala skala pengambilan keputusan dalam membeli dan keterlibatan dilakukan terhadap 73 orang mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

1. Hasil uji coba skala proses pengambilan keputusan membeli

Untuk melihat daya diskriminasi aitem, dilakukan analisa uji coba dengan menggunakan aplikasi komputer SPSS versi 16.0 for windows, kemudian nilai corrected aitem total correlation yang diperoleh dibandingkan dengan Pearson Product Moment dengan interval kepercayaan 95 % yang memiliki harga kritik diatas 0,20. Karena menurut Azwar (1999), kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem total, biasanya digunakan batasan rix ≥ 0, 30. Namun apabila jumlah aitem yang lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah aitem yang diinginkan, peneliti dapat mempertimbangkan untuk menurunkan sedikit batasan kriteria 0,30, sehingga jumlah aitem yang diinginkan dapat tercapai. Jumlah aitem yang diuji cobakan adalah 60 aitem dan dari 60 aitem diperoleh 45 aitem yang sahih dan 15 aitem yang gugur. 45 aitem inilah yang akan digunakan dalam penelitian, dengan kisaran koefisien korelasi rxx = 0.214 sampai dengan rxx = 0.555 dan reliabilitas sebesar 0.885. Distribusi aitem yang sahih dari skala proses pengambilan keputusan membeli dapat dilihat pada tabel 3.


(33)

Tabel 3. Distribusi aitem-aitem proses pengambilan keputusan membeli setelah uji coba Tahap-Tahap

Membeli

Indikator perilaku Favorabel Unfavorabel Total Jumlah Pengenalan

kebutuhan.

 Kebutuhan akan suatu produk ponsel.

 Dorongan untuk membeli produk ponsel.

1, 30, 53 45 4

Pencarian informasi.

 Bertanya mengenai produk ponsel kepada orang lain

 Membaca iklan, brosur mengenai produk ponsel.

13, 19, 39, 51

2, 41, 46, 57 8

Evaluasi alternatif

 Memilih produk ponsel dengan kriteria fitur yang dimiliki.

10, 22, 26, 38, 58

4, 43, 49 8

Pembelian.  Penggunaan lamanya waktu untuk memilih produk ponsel.

5, 14, 31, 52 9, 17, 18, 48 8

Konsumsi  Menggunakan fitur produk ponsel.

6, 15, 32, 36, 44

8, 23, 59

8

Evaluasi alternatif pembelian

 Menilai kemampuan produk ponsel.

7, 11, 24, 47, 50

16, 34, 37, 56

9


(34)

2. Hasil uji coba skala keterlibatan

Untuk melihat daya diskriminasi aitem, dilakukan analisa uji coba dengan menggunakan aplikasi komputer SPSS versi 16.0 for windows, kemudian nilai corrected aitem total correlation yang diperoleh dibandingkan dengan Pearson Product Moment dengan interval kepercayaan 95 % yang memiliki harga kritik diatas 0.20. Jumlah aitem yang diuji cobakan adalah 40 aitem dan dari 40 aitem diperoleh 36 aitem yang sahih dan 4 aitem yang gugur. 36 aitem yang sahih tersebut kemudian di analisa lagi, dan diperoleh 34 aitem yang memiliki harga kritik diatas 0.20 dan 2 aitem memiliki harga kritik dibawah 0.20. Kemudian 34 aitem tersebut dianalisa kembali dan hasilnya 34 aitem tersebut memiliki harga kritik diatas 0.20 dengan kisaran koefisien korelasi rxx = 0.249 sampai dengan rxx = 0.685 dan reliabilitas sebesar 0.906. Distribusi aitem yang sahih dari skala keterlibatan dapat dilihat pada tabel 4:

Tabel 4. Distribusi aitem-aitem skala keterlibatan setelah uji coba

Dimensi Indikator Perilaku Favorabel Unfavorabel Total Jumlah

Pentingnya ekspresi diri (self-expressive importance)

 Pilihan produk ponsel berdasarkan diri seseorang  Pemilihan produk ponsel

berdasarkan image yang ingin ditampilkan

7, 11, 27, 30, 40

1, 16, 20, 23, 36

10

Pentingnya

hedonisme (hedonic

 Produk ponsel dirasakan sangat menarik.

2, 8, 17, 24, 34


(35)

importance).  Penggunaan produk ponsel menimbulkan kesenangan. Relevansi praktis

(practical relevance)

 Produk ponsel dipilih karena fungsinya.

3, 18, 25, 37

5, 21, 29 7

Resiko pembelian (purchase risk)

 Merasa terganggu dan ketidaknyamanan ketika melakukan pembelian yang salah.

4, 9, 31, 39 13, 19, 26, 35 8

Total 34

Sebelum skala digunakan untuk penelitian, terlebih dahulu aitem disusun kembali untuk menyeimbangkan aspek setiap komponen.

Tabel 5. Distribusi aitem-aitem skala keterlibatan untuk penelitian

Dimensi Indikator Perilaku Favorabel Unfavorabel Total Jumlah

Pentingnya ekspresi diri (self-expressive importance)

 Pilihan produk ponsel berdasarkan diri seseorang  Pemilihan produk ponsel

berdasarkan image yang ingin ditampilkan

7, 11, 27, 40

16, 20, 23, 36

8


(36)

hedonisme (hedonic importance).

sangat menarik.

 Penggunaan produk ponsel menimbulkan kesenangan.

24, 34

Relevansi praktis (practical

relevance)

 Produk ponsel dipilih karena fungsinya.

3, 18, 25, 37

5, 21, 29 7

Resiko pembelian (purchase risk)

 Merasa terganggu dan ketidaknyamanan ketika melakukan pembelian yang salah.

4, 9, 31, 39 13, 19, 26, 35

8

Total 31

H. Prosedur Pelaksanaan Penelitian 1. Tahap Persiapan Penelitian

Dalam tahap persiapan ini, yang dilakukan oleh peneliti adalah: a. Pembuatan alat ukur

Pada tahap ini, alat ukur yang terdiri dari dari skala proses pengambilan keputusan membeli dan skala keterlibatan dibuat sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang telah diuraikan. Peneliti membuat 60 aitem untuk skala proses pengambilan keputusan membeli dan 40 aitem untuk skala keterlibatan. Skala pengambilan keputusan dan skala keterlibatan dibuat dalam bentuk buku yang terdiri dari empat alternatif pilihan jawaban, dimana disamping pernyataan telah disediakan tempat untuk menjawab sehingga memudahkan subjek dalam memberikan jawaban. b. Mencari informasi


(37)

Sebelum peneliti melakukan pengambilan data, terlebih peneliti melakukan observasi pendahuluan terhadap konsumen yang akan dijadikan subjek dalam penelitian.

c. Uji Coba Alat Ukur

Uji coba skala proses pengambilan keputusan membeli dan skala keterlibatan dilakukan pada tanggal 6 – 11 Oktober 2008. Uji coba dilakukan dengan cara memberikan skala tersebut langsung kepada subjek penelitian. Setelah itu, peneliti mengumpulkan kembali skala yang sudah disebarkan.

d. Revisi Alat Ukur

Setelah peneliti melakukan uji coba alat ukur yang dilakukan pada 73 orang mahasiswa Universitas Sumatera Utara, kemudian peneliti menguji validitas dan reliabilitas skala proses pengambilan keputusan membeli dan skala keterlibatan dengan menggunakan bantuan aplikasi komputer SPSS versi 16 for windows. Setelah diketahui aitem-aitem mana saja yang memenuhi validitas dan reliabilitasnya, peneliti mengambil aitem-aitem tersebut untuk dijadikan skala proses pengambilan keputusan membeli dan skala keterlibatan yang disusun dalam bentuk buku. Skala inilah yang digunakan peneliti dalam mengambil data untuk penelitian.

2. Pelaksanaan Penelitian

Setelah alat ukur diuji cobakan dan sudah direvisi, maka dilaksanakan penelitian dari tanggal 10-24 November 2008. Sebelum menyebarkan skala, peneliti mencari sesuai karakteristik sampel yang telah ditentukan.. Setelah memenuhi kriteria, kemudian skala tersebut dibagikan kepada subjek dengan terlebih dahulu memberikan petunjuk pengisian skala yang benar. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 116 orang


(38)

3. Pengolahan Data Penelitian

Setelah diperoleh hasil skor proses pengambilan keputusan membeli dan keterlibatan pada masing-masing subjek, maka untuk pengolahan data selanjutnya, peneliti menggunakan aplikasi komputer SPSS versi 16 for windows.

I. Metode Analisa Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini akan dianalisis dengan metode statistik. Pertimbangan penggunaan statistik dalam penelitian ini menurut Hadi (2002) adalah:

1. Statistik bekerja dengan angka-angka. 2. Statistik bersifat objektif.

3. Statistik bersifat universal, artinya dapat digunakan hampir pada semua bidang penelitian.

Data yang telah terkumpul akan dianalisis dengan menggunakan teknik statistik Analisa Regresi dengan menggunakan SPSS for Windows versi 16.0.

Sebelum data-data yang terkumpul dianalisa, terlebih dahulu dilakukan uji asumsi yang meliputi:

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data penelitian kedua variabel terdistribusi secara normal. Uji normalitas ini dilakukan dengan menggunakan uji one-sample Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS for Windows versi 16.0. Data dikatakan terdistribusi normal jika nilai  > 0,05.


(39)

Uji linieritas hubungan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung serta untuk mengetahui signifikansi penyimpangan dari linieritas hubungan tersebut.

Uji linieritas garis regresi ini digunakan untuk mengambil keputusan dalam memilih model regresi yang akan digunakan. Uji ini merupakan persyaratan apakah model regresi dapat digunakan untuk menganalisis data. Kriteria pengujian yang diterapkan untuk menyatakan kelinieran garis regresi yaitu membandingkan nilai statistik Fhitung yang diperoleh dari penelitian dan Ftabel dalam taraf nyata yang sudah ditentukan. Namun dengan menggunakan SPSS, untuk menentukan kelinieran garis regresi dapat ditentukan dengan melihat nilai Sig. Pada kotak Anova. Kriteria yang digunakan adalah apabila nilai Sig.≤ α (α = 0.05) maka persamaan garis regresi disebut linier.

Setelah uji asumsi dilakukan dan variabel penelitian memenuhi persyaratan, maka dilanjutkan dengan uji hipotesis. Untuk menguji hipotesis digunakan teknik analisa regresi. Analisis regresi merupakan suatu teknik untuk membangun persamaan garis lurus dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat perkiraan (Mason dalam Algifari , 2000).


(40)

BAB IV

ANALISIS DAN INTERPRETASI DATA

A. GAMBARAN UMUM SUBJEK PENELITIAN

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Sumatera Utara. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 116 orang yang telah memenuhi kriteria sampel penelitian. Dari 116 orang subjek penelitian yang terpilih diperoleh gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin dan usia.

1. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelaminnya, maka diperoleh gambaran penyebaran subjek seperti yang tertera pada tabel 6.

Tabel 6. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah (N) Persentase (%)

Laki-laki 56 orang 48.27 %

Perempuan 60 orang 51.73 %

Total 116 orang 100 %

Dari tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa sebagian besar subjek penelitian sebanyak 60 orang adalah perempuan (51.73 %) sedangkan yang paling sedikit adalah laki-laki yakni sebanyak 56 orang (48.27 %).

2. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Berdasarkan usianya, maka diperoleh gambaran penyebaran subjek penelitian seperti yang tertera pada tabel 7.


(41)

Tabel 7. Gambaran Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Usia Jumlah (N) Persentase (%)

17-20 tahun 55 orang 47.4 %

21-24 tahun 61 orang 52.6 %

Total 116 orang 100 %

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa subjek yang berada pada rentang usia 17-20 tahun yakni sebanyak 55 orang (47.4 %), kemudian rentang usia 21- 24 tahun yakni sebanyak 61 orang (52.6 %).

B. HASIL PENELITIAN 1. Uji Asumsi Penelitian

Sebelum analisis data dilakukan, ada beberapa syarat yang harus dilakukan terlebih dahulu yaitu uji asumsi normalitas sebaran dan uji linieritas untuk melihat apakah data tersebar secara normal dan linier. Pengujian asumsi dan analisis data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS 16.0 for windows.

a. Uji normalitas sebaran

Uji normalitas sebaran digunakan untuk mengetahui apakah distribusi data penelitian variabel terdistribusi dengan normal. Berdasarkan teori statistika model linier, hanya variabel tergantung yang mempunyai uji normalitasnya, sedangkan variabel-variabel bebas diasumsikan bukan merupakan fungsi distribusi sehingga tidak perlu diuji normalitasnya. Untuk menguji normalitas pada regresi linier digunakan Charts. Pengujian ini dilakukan dengan cara mendeteksi penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau melihat grafik histograf dari residualnya. Apabila data menyebar disekitar


(42)

garis diagonal dan mengikuti arah garis histograf menuju pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Hasil analisis Charts dapat dilihat dari gambar 1 berikut:

Gambar 1. Grafik normalitas

Dari gambar dapat dilihat bahwa data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis histograf menuju pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

Selain dengan Charts, uji normalitas dapat juga dilakukan dengan menggunakan one-sample Kolmogorov-Smirnorv. Kaidah yang digunakan yaitu jika p > 0.05 maka sebaran data tersebut normal. Hal ini dapat dilihat dari tabel 10:


(43)

Tabel 8. Normalitas Sebaran Variabel Pengambilan Keputusan Membeli One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Keterlibatan Pengambilan Keputusan

N 116 116

Normal Parametersa Mean 87.76 137.56

Std. Deviation 11.346 12.126 Most Extreme Differences Absolute .079 .044

Positive .079 .043

Negative -.057 -.044

Kolmogorov-Smirnov Z .849 .472

Asymp. Sig. (2-tailed) .467 .979

a. Test distribution is Normal.

Hasil analisis pada tabel di atas menunjukkan bahwa nilai Z untuk variable pengambilan keputusan membeli sebesar 0.472 dengan ρ = 0.979 (ρ > 0.05); berarti distribusi tersebut adalah normal. Pada tabel juga didapatkan nilai Z untuk variable keterlibatan adalah sebesar 0.849 dengan ρ = 0.467 (ρ > 0.05); yang berarti bahwa data variabel keterlibatan terdistribusi normal.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas garis regresi ini digunakan untuk mengambil keputusan dalam memilih model regresi yang akan digunakan. Uji ini merupakan persyaratan apakah model regresi dapat digunakan untuk menganalisis data. Kriteria pengujian yang diterapkan untuk menyatakan kelinieran garis regresi yaitu membandingkan nilai statistik F yang diperoleh


(44)

dari penelitian dan Ftabel dalam taraf nyata yang sudah ditentukan. Namun dengan menggunakan SPSS, untuk menentukan kelinieran garis regresi dapat ditentukan dengan melihat nilai Sig. Pada kotak Anova. Kriteria yang digunakan adalah apabila nilai Sig.≤α (α = 0.05) maka persamaan garis regresi disebut linier. Untuk uji linieritas garis regresi, hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : Persamaan garis regresi tidak linier H1 : Persamaan garis regresi linier.

Analisis hasil perhitungannya dapat terlihat pada tabel 9.

Tabel 9. Uji Linieritas ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 7173.201 1 7173.201 83.980 .000a

Residual 9737.376 114 85.416

Total 16910.578 115

a. Predictors: (Constant), Keterlibatan

b. Dependent Variable: Pengambilan Keputusan

Nilai Sig. pada kotak Anova sebesar 0.000, nilai ini kurang dari 0.05 yang berarti H0 ditolak sehingga persamaan garis regresi linier.


(45)

2. Uji Hipotesa

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat pengaruh tingkat keterlibatan terhadap pengambilan keputusan membeli dan melihat besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel tergantung. Uji hipotesis penelitian ini dilakukan dengan analisa regresi. Dikatakan berpengaruh secara signifikan jika thitung > ttabel. Pada uji ini, hipotesis yang digunakan adalah:

H0 : koefisien regresi tidak berpengaruh secara signifikan H1 : koefisien regresi berpengaruh secara signifikan

Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 10:

Tabel 10. Hasil Perhitungan Analisa Regresi dengan nilai t Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 76.471 6.721 11.377 .000

Keterlibatan .696 .076 .651 9.164 .000 a. Dependent Variable: Pengambilan Keputusan Membeli

Dari tabel, dapat dilihat bahwa nilai thitung = 9.164. Dengan dk = 115 dan α = 0.05 maka didapat ttabel = 1.98 sehingga thitung > ttabel. Artinya H0 ditolak sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa keterlibatan berpengaruh terhadap model regresi.

Pengujian terhadap pengaruh variabel keterlibatan terhadap pengambilan keputusan membeli dapat pula dilakukan dengan menggunakan ρ-value atau nilai signifikansi. Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 11:


(46)

Tabel 11. Hasil Perhitungan Analisa Regresi dengan ρ-value ANOVAb

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 7173.201 1 7173.201 83.980 .000a

Residual 9737.376 114 85.416 Total 16910.578 115

a. Predictors: (Constant), Keterlibatan

b. Dependent Variable: Pengambilan Keputusan

Nilai signifikansi 0.000 > 0.05, sehingga H0 ditolak yang berarti secara statistik variabel keterlibatan berpengaruh terhadap variabel pengambilan keputusan membeli. Untuk menentukan besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel tergantung dengan melihat nilai R square pada kotak Model Summary dimana nilai R square = 0.424. Artinya variabel keterlibatan mempengaruhi pengambilan keputusan membeli sebesar 42.4%. Persamaan regresi estimasi linier yang diperoleh dari perhitungan tersebut adalah sebagai berikut:

Y = 76.471 + 0.696 X Hasil perhitungan dapat dilihat pada tabel 12:


(47)

Tabel 12. Persamaan regresi estimasi linier dan R square Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Durbin-Watson

1 .651a .424 .419 9.242 1.701

a. Predictors: (Constant), Keterlibatan

b. Dependent Variable: Pengambilan Keputusan Membeli

C. Kategorisasi Skor Penelitian

1. Kategorisasi Skor Penelitian Pengambilan Keputusan Membeli

Kategorisasi skor pengambilan keputusan subjek penelitian dapat diperoleh melalui uji signifikansi perbedaan antara mean empirik dan mean teoritik (Azwar, 2000). Skala pengambilan keputusan membeli terdiri dari 45 aitem dengan 4 pilihan jawaban yang nilainya bergerak dari 1 sampai 4. Dari skala pengambilan keputusan membeli diperoleh mean hipotetik sebesar 112.5 dengan standar deviasi sebesar 22.5. Sementara mean empirik yang diperoleh adalah 137.56 dengan standar deviasi 12.126. Perbandingan mean empirik dan mean hipotetik dapat dilihat dari tabel 13.

Tabel 13. Perbandingan mean empirik dan mean teoritik pengambilan keputusan

Variabel Empirik Hipotetik

Pengambilan keputusan

Min Max Mean SD Min Max Mean SD 109 165 137.56 12.126 45 180 112.5 22.5


(48)

Selanjutnya, subjek akan digolongkan dalam 3 kategori yaitu terbatas, antara dan diperluas berdasarkan metode distribusi normal dan standard error of measurement

a. Kategorisasi Pengambilan Keputusan Membeli menurut metode distribusi normal Pengkategorian pengambilan keputusan membeli berdasarkan model distribusi normal yakni dengan membagi distribusi normal atas enam bagian atau enam satuan deviasi standar. Untuk menggolongkan subjek kedalam 3 kategori diagnosis tipe pengambilan keputusan, maka keenam satuan deviasi standar itu kita bagi ke dalam 3 bagian menjadi:

X < (μ – 1.0 σ ) Rendah (μ – 1.0 σ ) ≤ X < (μ + 1.0 σ ) Sedang (μ + 1.0 σ ) ≤ X Tinggi

Skala pengambilan keputusan membeli yang terdiri atas 45 item dengan 4 pilihan jawaban yang bergerak dari 1 sampai 4 diperoleh rentang minimum-maksimumnya adalah 45 x 1 = 45 sampai dengan 45 x 4 = 180, sehingga luas jarak sebarannya adalah 180 – 45 = 135. Dengan demikian setiap satuan deviasi standarnya bernilai σ = 135 / 6 = 22.5 dan mean hipotetiknya adalah μ = 112.5. Dari perhitungan diatas, dapat dibuat kategorisasi pengambilan keputusan membeli seperti pada tabel 14 berikut:

Tabel 14. Kategorisasi Pengambilan Keputusan Membeli menurut metode distribusi normal

Rentang Nilai Kategori Pengambilan Keputusan Membeli

Jumlah ( N ) Persentase (%)

x< 90 Terbatas 0 0 %

90 x< 135 Antara 48 41.38 %


(49)

Jumlah 116 100 %

Dari tabel 14 diatas dapat dilihat bahwa subjek yang termasuk tipe pengambilan keputusan diperluas sebanyak 68 orang (58.62%), subjek yang termasuk tipe pengambilan keputusan antara sebanyak 48 orang (41.385%) dan tidak ada subjek yang termasuk kedalam tipe pengambilan keputusan terbatas (0 %).

b. Kategorisasi Pengambilan Keputusan menurut standard error of measurement

Pengkategorian lain untuk membagi sebjek ke dalam 3 kategori dapat digunakan standard error of measurement dengan rumus:

Se = SX √ (1− rx ) Dimana :

Se = standard error of measurement SX = deviasi standar skor

rxx’ = koefisien reliabilitas

Besarnya nilai Se akan memperlihatkan kisaran estimasi skor sebenarnya pada taraf kepercayaan tertentu. Selanjutnya nilai Se akan digunakan untuk melihat nilai Z pada tabel deviasi normal.

X ± Z α/2 (Se)

Untuk skala pengambilan keputusan membeli dengan mean = 135.24, SD = 10.872, dan rxx’ = 0.882 dengan taraf kepercayaan 95% maka nilai Z tabel adalah 1.96. Standard error of measurement pada pengambilan keputusan membeli adalah:

Se = 10.872 √ (1 – 0.882) = 4.165


(50)

Gambaran kecermatan skor skala pengambilan keputusan berdasarkan penghitungan diatas adalah (1.96) (4.165) = 8.16 (dibulatkan menjadi 8). Oleh karena itu diperoleh fluktuasi skor menjadi X ± 8, sehingga 137.56 + 8 = 145.56 (dibulatkan menjadi 146) dan 137.56 – 8 = 129.56 (dibulatkan menjadi 130). Berdasarkan Standard error of measurement, maka didapat penggolongan subjek seperti yang terdapat dalam tabel 15 dibawah ini:

Tabel 15. Kategorisasi Pengambilan Keputusan menurut standard error of measurement

Rentang Nilai Kategori Pengambilan Keputusan Memebeli

Jumlah ( N ) Persentase (%)

x ≤ 130 Terbatas 30 25.87 %

130 < x< 146 Antara 57 49.13 %

146 x Diperluas 29 25 %

Jumlah 116 100 %

Pada pengkategorian subjek berdasarkan Standard error of measurement, dapat dilihat pada tabel 15 diatas bahwa subjek yang termasuk tipe pengambilan keputusan diperluas sebanyak 29 orang (25%), subjek yang termasuk tipe pengambilan keputusan antara sebanyak 57 orang (49.13%) dan subjek yang termasuk kedalam tipe pengambilan keputusan terbatas sebanyak 30 orang (25.87 %).

2. Kategorisasi Skor Penelitian Keterlibatan

Skala keterlibatan terdiri dari 31 aitem dengan 4 pilihan jawaban yang nilainya bergerak dari 1 sampai 4. Dari skala pengambilan keputusan membeli diperoleh mean


(51)

hipotetik sebesar 77.5 dengan standar deviasi sebesar 15.5. Sementara mean empirik yang diperoleh adalah 87.76 dengan standar deviasi 11.346. Perbandingan mean empirik dan mean hipotetik dapat dilihat dari tabel 16:

Tabel 16. Perbandingan mean empirik dan mean teoritik keterlibatan

Variabel Empirik Hipotetik

Keterlibatan Min Max Mean SD Min Max Mean SD

58 116 87.76 11.346 31 124 77.5 15.5

Selanjutnya, subjek akan digolongkan dalam 3 kategori yaitu tinggi, sedang dan rendah berdasarkan metode distribusi normal dan standard error of measurement

a. Kategorisasi Keterlibatan menurut metode distribusi normal

Skala keterlibatan yang terdiri atas 31 aitem dengan 4 pilihan jawaban yang bergerak dari 1 sampai 4 diperoleh rentang minimum-maksimumnya adalah 31 x 1 = 31 sampai dengan 31 x 4 = 124, sehingga luas jarak sebarannya adalah 124 – 31 = 93. Dengan demikian setiap satuan deviasi standarnya bernilai σ = 93 / 6 = 15.5 dan mean hipotetiknya adalah μ = 77.5. Dari perhitungan diatas, dapat dibuat kategorisasi pengambilan keputusan membeli seperti pada tabel 17 berikut:

Tabel 17. Kategorisasi keterlibatan menurut metode distribusi normal Rentang Nilai Kategori Pengambilan

Keputusan Memebeli

Jumlah ( N ) Persentase (%)

x < 62 Rendah 1 0.8 %


(52)

93 x Tinggi 43 37.1 %

Jumlah 116 100 %

Dari tabel 17 diatas dapat dilihat bahwa subjek yang memiliki keterlibatan yang tinggi sebanyak 43 orang (37.1%), subjek yang memiliki keterlibatan yang rendah sebanyak 1 orang (0.8%) dan subjek yang memiliki keterlibatan sedang sebanyak 72 orang (62.1%).

b. Kategorisasi Pengambilan Keputusan menurut standard error of measurement

Untuk skala pengambilan keputusan membeli dengan mean = 87.76, SD = 11.346, dan rxx’ = 0.909 dengan taraf kepercayaan 95% maka nilai Z tabel adalah 1.96. Standard error of measurement pada pengambilan keputusan membeli adalah:

Se = 11.346 √ (1 – 0.909) = 3.4

Gambaran kecermatan skor skala pengambilan keputusan berdasarkan penghitungan diatas adalah (1.96) (3.4) = 6.6 (dibulatkan menjadi 7). Oleh karena itu diperoleh fluktuasi skor menjadi X ± 7 sehingga 87.76 + 7 = 94.76 (dibulatkan menjadi 95) dan 87.76 – 7 = 80.76 (dibulatkan menjadi 81). Berdasarkan Standard error of measurement, maka didapat penggolongan subjek seperti yang terdapat dalam tabel 18 dibawah ini:

Tabel 18. Kategorisasi keterlibatan menurut metode standard error of measurement Rentang Nilai Kategori Pengambilan

Keputusan Memebeli

Jumlah ( N ) Persentase (%)

x ≤ 81 Rendah 35 30.17 %

81 < x < 95 Sedang 46 39.66 %


(53)

Jumlah 116 100 %

Pada pengkategorian subjek berdasarkan Standard error of measurement, dapat dilihat pada tabel 18 diatas bahwa subjek yang memiliki keterlibatan yang tinggi sebanyak 35 orang (30.17%), subjek yang memiliki keterlibatan yang rendah sebanyak 35 orang (30.17%) dan subjek yang memiliki keterlibatan sedang sebanyak 46 orang (39.66%).


(54)

BAB V

KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

Pada bab ini akan disimpulkan jawaban-jawaban dari permasalahan yang terdapat di dalam penelitian ini, yang selanjutnya akan didiskusikan, dan pada akhir bab ini peneliti akan memberikan saran-saran bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian dengan tema yang berkaitan dengan penelitian ini.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisa dan interpretasi data penelitian dapat ditarik kesimpulan mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan, yaitu:

1. Ada pengaruh keterlibatan konsumen terhadap proses pengambilan keputusan membeli, dimana keterlibatan berpengaruh sebesar 42.4 % terhadap proses pengambilan keputusan.

2. Berdasarkan pengkategorisasian dengan metode distribusi normal, subjek yang termasuk tipe pengambilan keputusan diperluas sebanyak 68 orang (58.62%), subjek yang termasuk tipe pengambilan keputusan antara sebanyak 48 orang (41.385%) dan tidak ada subjek yang termasuk kedalam tipe pengambilan keputusan terbatas (0 %). Dan jika penggolongan subjek dilakukan dengan standard error of measurement maka subjek yang termasuk tipe pengambilan keputusan diperluas sebanyak 29 orang (25%), subjek yang termasuk tipe pengambilan keputusan antara sebanyak 57 orang (49.13%) dan subjek yang termasuk kedalam tipe pengambilan keputusan terbatas sebanyak 30 orang (25.87 %).

3. Untuk pengkategorian keterlibatan berdasarkan metode distribusi, subjek yang memiliki keterlibatan yang tinggi sebanyak 43 orang (37.1%), subjek yang


(55)

memiliki keterlibatan yang rendah sebanyak 1 orang (0.8%) dan subjek yang memiliki keterlibatan sedang sebanyak 72 orang (62.1%). Sedangkan pada pengkategorian subjek berdasarkan Standard error of measurement, subjek yang memiliki keterlibatan yang tinggi sebanyak 35 orang (30.17%), subjek yang memiliki keterlibatan yang rendah sebanyak 35 orang (30.17%) dan subjek yang memiliki keterlibatan sedang sebanyak 46 orang (39.66%).

B. Diskusi

Hasil penelitian pada sampel mahasiswa USU menunjukkan bahwa keterlibatan berpengaruh sebesar 42.4 % terhadap proses pengambilan keputusan membeli dengan persamaan garis Y = 76.471 + 0.696 X yang berarti bahwa ketika keterlibatan semakin tinggi maka akan semakin kompleks proses pengambilan keputusan yang dilakukan.

Pranaseta (2004) menyatakan bahwa terdapat empat tahapan penting yang terjadi dalam proses pengambilan keputusan membeli. Kesemua tahapan harus dilalui agar pengambilan keputusan tersebut dapat memuaskan bagi seorang konsumen. Adapun keempat tahapan tersebut juga memiliki langkah-langkah untuk setiap tahapannya (Pranaseta, 2004):

1. Mendefinisikan tujuan; dilakukan dengan:

a. Merumuskan atau menemukan kebutuhan b. Menjelaskan tujuan atau sasaran pembelian 2. Mengumpulkan informasi; dilakukan dengan:

a. Mengumpulkan dan mengatur data

b. Memeriksa fakta-fakta serta pilihan-pilihan c. Mengenali kemungkinan-kemungkinan tindakan. d. Menetapkan batasan waktu dan kriteria lainnya. 3. Mengembangkan pilihan-pilihan; dilakukan dengan:


(56)

a. Membuat daftar tentang tindakan yang mungkin. b. Mencari ide evaluasi dan putusan

c. Membuat daftar mengenai faktor positif dan negatif d. Memeriksa konsekuensinya

e. Menilai terhadap kriteria f. Melakukan percobaan. g. Memilih yang terbaik. 4. Menerapkan; dilakukan dengan:

a. Bertindak untuk menerapkan keputusan. b. Mengevaluasi pelaksanaan keputusan. c. Evaluasi hasil secara menyeluruh.

Dari uraian terlihat betapa kompleksnya proses pengambilan keputusan membeli yang harus dilakukan oleh seorang konsumen untuk mendapatkan pilihan yang terbaik dan memuaskan secara personal, sehingga orang yang memiliki motivasi untuk memproses informasi dan memiliki usaha kognitif yang lebih banyak dalam memahami dan memproses informasi yang dikumpulkan dikatakan memiliki keterlibatan yang tinggi dengan produk tersebut (Andrews dalam Cabanero, 2006). Hal ini dapat terjadi ketika seseorang mempersepsikan adanya hubungan antara kebutuhan, tujuan atau nilai dari produk tersebut dengan dirinya (Solomon, 2004).

C. Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan yang dikemukakan, maka peneliti mengemukakan beberapa saran. Saran–saran ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan kelanjutan studi ilmiah mengenai proses pengambilan keputusan membeli, serta berguna bagi pihak produsen produk, antara lain:


(57)

1. Saran Untuk Pihak Produsen

a. Hendaknya produsen semakin sadar akan pentingnya pemahaman mengenai keterlibatan ketika melakukan suatu pembelian, karena tingkat keterlibatan konsumen inilah yang menjadi salah satu faktor dalam menentukan kompleks atau tidaknya proses pembelian yang dilakukan oleh konsumen.

b. Meningkatkan intensitas iklan produk melalui berbagai media juga dapat menjadi suatu stategi yang dapat membantu agar pihak konsumen dengan keterlibatan rendah akan lebih mengenal produk dan memiliki minat untuk melakukan pembelian.

c. Pengetahuan mengenai tingkat keterlibatan dapat digunakan oleh produsen penghasil produk untuk melakukan inovasi dan sebagai informasi agar produsen produk dapat membuat konsumen merasa terlibat dan tetap menjadi konsumen yang setia dan loyal terhadap produk tersebut.

d. Untuk meningkatkan keterlibatan konsumen pada suatu produk, hendaknya produsen memberi perhatian lebih terhadap kebutuhan hedonis konsumen. Sebagai contoh, iklan yang menggunakan perasaan atau panca indera yang menarik menghasilkan tingkat perhatian yang lebih tinggi.

2. Saran Metodologis

a. Berdasarkan koefisien determinasi diketahui bahwa sumbangan efektif dari hasil penelitian variabel keterlibatan terhadap proses pengambilan keputusan membeli sebesar 42.4%, selebihnya dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Bagi peneliti yang tertarik melakukan penelitian mengenai proses pengambilan keputusan membeli, peneliti menyarankan untuk melihat faktor lain yang turut mempengaruhi proses pengambilan keputusan.


(58)

b. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih lengkap dan akurat dan dapat menggabungkan beberapa faktor seperti kepribadian, budaya, gaya hidup dsb.

c. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk membedakan keterlibatan berdasarkan tipe atau jenis keterlibatan dan pengaruhnya terhadap proses pengambilan keputusan membeli.

d. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk dapat menciptakan aitem yang lebih baik untuk memancing respon jawaban yang lebih akurat.


(59)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Prabu Mangkunegara, A. A., (2002), Perilaku Konsumen, Edisi Revisi, Bandung : PT Refika Aditama.

Azwar, S. (2000). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Algifari.,(2000). Analisis Regresi, Teori, Kasus dan Pembahasan. Edisi kedua, Yogyakarta: BPFE

Berkowitz dkk., (2000)., Marketing, 6th edition., USA: McGrawHill

Cabanero., C. (2006). Consumer Involvement in Goods and Service Purchase. http://findarticles.com/p/articles/mi_qa5321/is_200607/ai_n21393875 [Akses tanggal 5 Maret 2008]

Chaudhuri, A., (2006). Emotion and Reason in Consumer Behavior. Oxford: Elsevier.

Damayanti, H.,(2007). Dampak Penggunaan Telepon Seluler (Hand Phone). http://hild4.files.wordpress.com/2007/08/dpts.doc.

[Akses tanggal 10 februari 2008]

Engel, J. F., Blackwell, R. D., & Miniard, P.W., (1995). Consumer Behavior. Eight edition. Orlando: The Dryden Press.

Fransiska., Merek Ponsel Apa yang Paling Digandrungi Remaja?.

http://www.detikinet.com/index.php/detik.read/tahun/2008/bulan/04/tgl/10/time/1352 41/idnews/921424/idkanal/398

[Akses tanggal 10 februari 2008] Fajar, (2008). Fakta Unik Handphone.

http://pccell.com/magazine/2008/06/18/fakta-unik-handphone/ [Akses tanggal 10 februari 2008]


(1)

a. Membuat daftar tentang tindakan yang mungkin. b. Mencari ide evaluasi dan putusan

c. Membuat daftar mengenai faktor positif dan negatif d. Memeriksa konsekuensinya

e. Menilai terhadap kriteria f. Melakukan percobaan. g. Memilih yang terbaik. 4. Menerapkan; dilakukan dengan:

a. Bertindak untuk menerapkan keputusan. b. Mengevaluasi pelaksanaan keputusan. c. Evaluasi hasil secara menyeluruh.

Dari uraian terlihat betapa kompleksnya proses pengambilan keputusan membeli yang harus dilakukan oleh seorang konsumen untuk mendapatkan pilihan yang terbaik dan memuaskan secara personal, sehingga orang yang memiliki motivasi untuk memproses informasi dan memiliki usaha kognitif yang lebih banyak dalam memahami dan memproses informasi yang dikumpulkan dikatakan memiliki keterlibatan yang tinggi dengan produk tersebut (Andrews dalam Cabanero, 2006). Hal ini dapat terjadi ketika seseorang mempersepsikan adanya hubungan antara kebutuhan, tujuan atau nilai dari produk tersebut dengan dirinya (Solomon, 2004).

C. Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan yang dikemukakan, maka peneliti mengemukakan beberapa saran. Saran–saran ini diharapkan dapat berguna bagi perkembangan kelanjutan studi ilmiah mengenai proses pengambilan keputusan membeli, serta berguna bagi pihak produsen produk, antara lain:


(2)

1. Saran Untuk Pihak Produsen

a. Hendaknya produsen semakin sadar akan pentingnya pemahaman mengenai keterlibatan ketika melakukan suatu pembelian, karena tingkat keterlibatan konsumen inilah yang menjadi salah satu faktor dalam menentukan kompleks atau tidaknya proses pembelian yang dilakukan oleh konsumen.

b. Meningkatkan intensitas iklan produk melalui berbagai media juga dapat menjadi suatu stategi yang dapat membantu agar pihak konsumen dengan keterlibatan rendah akan lebih mengenal produk dan memiliki minat untuk melakukan pembelian.

c. Pengetahuan mengenai tingkat keterlibatan dapat digunakan oleh produsen penghasil produk untuk melakukan inovasi dan sebagai informasi agar produsen produk dapat membuat konsumen merasa terlibat dan tetap menjadi konsumen yang setia dan loyal terhadap produk tersebut.

d. Untuk meningkatkan keterlibatan konsumen pada suatu produk, hendaknya produsen memberi perhatian lebih terhadap kebutuhan hedonis konsumen. Sebagai contoh, iklan yang menggunakan perasaan atau panca indera yang menarik menghasilkan tingkat perhatian yang lebih tinggi.

2. Saran Metodologis

a. Berdasarkan koefisien determinasi diketahui bahwa sumbangan efektif dari hasil penelitian variabel keterlibatan terhadap proses pengambilan keputusan membeli sebesar 42.4%, selebihnya dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Bagi peneliti yang tertarik melakukan penelitian mengenai proses pengambilan keputusan membeli, peneliti menyarankan untuk melihat faktor lain yang turut mempengaruhi proses pengambilan keputusan.


(3)

b. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat memberikan hasil penelitian yang lebih lengkap dan akurat dan dapat menggabungkan beberapa faktor seperti kepribadian, budaya, gaya hidup dsb.

c. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk membedakan keterlibatan berdasarkan tipe atau jenis keterlibatan dan pengaruhnya terhadap proses pengambilan keputusan membeli.

d. Penelitian selanjutnya diharapkan untuk dapat menciptakan aitem yang lebih baik untuk memancing respon jawaban yang lebih akurat.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anwar Prabu Mangkunegara, A. A., (2002), Perilaku Konsumen, Edisi Revisi, Bandung : PT Refika Aditama.

Azwar, S. (2000). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Azwar, S. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Algifari.,(2000). Analisis Regresi, Teori, Kasus dan Pembahasan. Edisi kedua, Yogyakarta: BPFE

Berkowitz dkk., (2000)., Marketing, 6th edition., USA: McGrawHill

Cabanero., C. (2006). Consumer Involvement in Goods and Service Purchase. http://findarticles.com/p/articles/mi_qa5321/is_200607/ai_n21393875 [Akses tanggal 5 Maret 2008]

Chaudhuri, A., (2006). Emotion and Reason in Consumer Behavior. Oxford: Elsevier.

Damayanti, H.,(2007). Dampak Penggunaan Telepon Seluler (Hand Phone). http://hild4.files.wordpress.com/2007/08/dpts.doc.

[Akses tanggal 10 februari 2008]

Engel, J. F., Blackwell, R. D., & Miniard, P.W., (1995). Consumer Behavior. Eight edition. Orlando: The Dryden Press.

Fransiska., Merek Ponsel Apa yang Paling Digandrungi Remaja?.

http://www.detikinet.com/index.php/detik.read/tahun/2008/bulan/04/tgl/10/time/1352 41/idnews/921424/idkanal/398

[Akses tanggal 10 februari 2008] Fajar, (2008). Fakta Unik Handphone.

http://pccell.com/magazine/2008/06/18/fakta-unik-handphone/ [Akses tanggal 10 februari 2008]


(5)

Hadi, S. (2002). Metodologi reserach (jilid I-IV). Yogyakarta : Penerbit Andi.

Hidayat, T., Potret Psikografis The Next Generation.

http://www.swa.co.id/swamajalah/sajian/details.php?cid=1&id=2367 [Akses tanggal 16 Maret 2008]

Loudon, D. L. dan Bitta, A. J. D., (1993). Consumer behavior, Concepts and Applications. Fouth edition. Singapore: McGraw-Hill

Kerlinger, F.N. (2003). Asas-asas penelitian behavioral (3th ed). Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Majalah marketing online.

www.marketing.co.id/Common/File.ashx%3FId%3D4790+ konsumsi+remaja+pembelian&hl=id&ct=clnk&cd=7&gl=id [akses tanggal 10 februari 2008]

Muda, A. N. T.,(2004). Ponsel: Dulu "Sejuta Umat", Sekarang "Sejuta Fitur" http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0304/04/muda/236545.htm [Akses tanggal 5 maret 2008]

Mowen, John C., (2001). Perilaku Konsumen,Perilaku konsumen, Edisi keenam (terjemahan). Jakarta: Gramedia

Pranaseta, I. (2004). Pengambilan keputusan manajerial. Penerbit : Pustaka Panenraya. Jakarta.

Peter, J. P., Olson. J. C., (1999). Perilaku konsumen dan strategi pemasaran, Edisi keempat (terjemahan). Jakarta : Erlangga.

Santrock, J. W., (2003). Perkembangan Remaja. Edisi keenam (terjemahan). Jakarta : Erlangga.

Sarwono, S.W., (2000). Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Schiffman, L & Kanuk, L.L., (2007). Perilaku Konsumen. Edisi ketujuh (terjemahan)., Jakarta: Indeks.


(6)

penelitian pemasaran. Jakarta: Gramedia

Sridhar, G.,(2006). Consumer Involvement in Product Choice - A Demographic Analysis. http://dspace.iimk.ac.in/bitstream/2259/396/1/sridhar+final.pdf. [Akses tanggal 5 maret 2008]

Solomon , M.R (2004). Consumer Behavior, Buying, Having and Being. Sixth edition. New Jersey: Prentice Hall.

Sulaeman, D. (1995). Psikologi Remaja. Mandar Maju: Bandung.

Tambunan, R., Perilaku Konsumtif Remaja.

http://www.e-psikologi.com/remaja/191101.htm [Akses tanggal 10 februari 2008]

Verbeke, W & Vackier, I., (2003). Profile and effect of consumer involvement in fresh meat.

http://smas.chemeng.ntua.gr/miram/files/publ_133_10_2_2005.pdf. [akses tanggal 5 Maret 2008]

Wibowo, AS, Elisawati, V dan Kertajaya, H. (1996). Bermain dengan persepsi; 36 kasus pemasaran asli Indonesia. Jakarta; Gramedia

Wilkie, W. L., (1986). Consumer behavior. John Willey & Sons.

www.seputar-indonesia.com/edisicetak/halaman-utama/jepang-batasi- penggunaan-ponsel-pada-2.html - 29k


Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengetahuan Produk dan Kepercayaan Terhadap Keputusan Membeli Ulang Blackberry Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara

2 52 94

Proses Pengambilan Keputusan Membeli di Department Store Ditinjau dari Citra Department Store

0 43 161

Pengaruh Merek Berbahasa Asing Terhadap Keputusan Membeli Pada Produk Minuman Minute Maid Pulpy Orange Pada Mahasiswa Manajemen Ekstensi Fakultas Ekonomi USU Medan

3 72 72

Peranan Akuntansi Bagi Manajemen Dalam Proses Pengambilan Keputusan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

0 34 55

Tinjauan Teorema Bayes Dalam Pengambilan Keputusan Resiko

37 268 66

Pengaruh Komunikasi Pemasaran Terhadap Keputusan Membeli Kartu AS Dikalangan Mahasiswa FISIP USU

1 51 145

Pengaruh Persepsi Terhadap Resiko Pembelian Personal Computer Pada Proses Pengambilan Keputusan Membeli Konsumen

0 29 78

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMBELI PRODUK SEPATU OLAHRAGA (Studi Deskriptif Kualitatif Terhadap Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Dalam Membeli Sepatu Olahraga New Balance di Kalangan Mahasiswa Yogyakarta).

0 5 10

PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMBELI PRODUK SEPATU OLAHRAGA PROSES PENGAMBILAN KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM MEMBELI PRODUK SEPATU OLAHRAGA (Studi Deskriptif Kualitatif Terhadap Proses Pengambilan Keputusan Konsumen Dalam Membeli Sepatu Olahrag

0 2 16

Kata kunci : iklan Maybeline, keputusan membeli, korelasi, teori advertising, teori AIDDA Abstract - Rosida Zulsufiyani dan Rusni.pdf

0 0 15