BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian
sebagian besar penduduknya menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Sebagian besar penggunaan lahan di wilayah Indonesia diperuntukkan sebagai lahan pertanian
serta hampir 50 dari total angkatan kerja masih menggantungkan nasibnya bekerja di sektor ini Dillon, 2004:25
Banyak peluang yang bisa ditangkap dari bidang pertanian, inilah potensi besar yang bisa dipakai untuk membangun negeri ini. Persoalannya, sadarkah bangsa
ini akan potensi yang dimilikinya ?. Maukah mengakui bahwa dari pertanian akan bisa meraih kemajuan dan kesejahteraan..
Impian untuk membangun perekonomian seperti negara-negara Barat membuat negeri ini benar-benar melupakan pembangunan pertaniannya. Kebijakan di
bidang moneter yang ditandai dengan liberalisasi perbankan membuat pembangunan pertanian seperti tidak lagi dipandang. Padahal pengalaman banyak negara
menunjukkan bahwa pertanian bukanlah bidang yang tidak terhormat. Dengan ditopang pembangunan pertaniannya, banyak negara bisa maju. dan bisa ikut
terlibat menikmati pembangunan. Bidang pertanian sebagai dasar perekonomian kerakyatan yang pada awalnya
sangat diandalkan dalam menopang sendi-sendi pembangunan bangsa,pada akhirnya
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
mengalami berbagai gejolak permasalahan. Penyebabnya adalah berbagai kebijakan yang justru menciptakan keadaan yang tidak menguntungkan bagi para petani ,
misalnya saja kebijakan pangan nasional. Kebijakan-kebijakan yang ditempuh oleh pemerintah dan diharapkan mampu mengatasi berbagai persoalan pertanian malah
bermuara pada permasalahan yang sangat kompleks. Kebijakan-kebijakan tersebut memberatkan para petani sebagai mayoritas pelaku di bidang pertanian. Upaya-upaya
yang ditempuh dalam mensejahterakan kehidupan para petani dianggap belum berhasil, karena dalam mengambil keputusan, pemerintah kurang berpihak kepada
kaum petani dan cenderung merugikan. Realitas kehidupan sosial ekonomi petani di Indonesia hendaknya perlu
dipikirkan sebagai wacana dalam mewujudkan suatu pola pembangunan yang berkeadilan dan bertanggung jawab. Kenyataan objektif yang senantiasa harus
diperhatikan ialah: 1.
Sekitar 70 rakyat kita hidup di pedesaan. 2.
Hamper 50 dari total angkatan kerja nasional, rakyat kita menggantungkan nasibnya bekerja di sektor pertanian Dillon, 2004:25..
Proses-proses pembangunan hendaknya tidak mengabaikan realitas sosial ekonomi yang telah diuraikan di atas dalam menciptakan pemerataan pembangunan
di semua wilayah. Paradigma yang mengandalkan tricle down effect telah terbukti
gagal dalam mewujudkan pemerataan hasil-hasil pembangunan. Hendaknya pembangunan ke depan diletakkan dalam bingkai growth through equality, yakni
suatu pertumbuhan yang didahului oleh pemerataan.
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Usaha-usaha pemerintah dalam meningkatkan pendapatan petani, seperti menaikkan harga dasar gabah HDG disambut pesimistis oleh para petani padi. Hal
ini disebabkan oleh masalah klasik, setiap kenaikan HDG diikuti oleh lonjakan harga kebutuhan pokok petani, seperti pupuk dan sarana produksi lainnya. Di sinilah
sesungguhnya salah satu akar penyebab terus merosotnya nilai tukar term of trade hasil pertanian Indonesia selama ini. Sudah banyak diketahui bahwa merosotnya
pendapatan petani padi adalah karena kita menganut pola kebijakan pangan murah untuk mendukung industrialisasi tanpa akar yang kukuh. Desakan Dana Moneter
Internasional IMF untuk membebaskan impor beras di Tanah Air yang semakin memperparah keadaan petani padi kita, sebenarnya mempunyai dua tujuan ganda.
Pada satu sisi hal ini memungkinkan industrialis menekan upah riil. Di sisi lainnya, kebijakan ini akan membuka pasar bagi ekspor biji-bijian negara maju.
Sektor pertanian mempunyai 4 empat fungsi yang sangat fundamental bagi pembangunan suatu bangsa, yaitu :
1. Mencukupi pangan dalam negeri
2. Penyediaan lapangan kerja dan berusaha
3. Penyediaan bahan baku untuk industri, dan
4. Sebagai penghasil devisa bagi negara
Di samping hal tersebut pembangunan pertanian mengandung aspek mikro, makro dan global. Aspek mikro pertanian diharapkan sebagai proses mewujudkan
kesejahteraan masyarakat tani melalui pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usaha
taninya. Aspek makro, pembangunan pertanian diharapkan dapat menyediakan
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
pangan bagi masyarakat dan menyediakan input bagi kegiatan sosial ekonomi
masyarakat secara berkesinambungan. Sedangkan dari aspek global pembangunan
pertanian diharapkan dapat menghasilkan devisa negara dengan tetap menjaga stabilitas pangan dan kebutuhan produk pertanian lain di dalam negeri tanpa harus
mengurangi kesejahteraan riil masyarakat tani. Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan
oleh negara kita karena sektor pertanian mampu memberikan pemulihan dalam mengatasi krisis yang pernah terjadi. Keadaan inilah yang menampakkan sektor
pertanian sebagai salah satu sektor yang handal dan mempunyai potensi besar untuk berperan sebagai pemicu pemulihan ekonomi nasional. Hal ini terbukti bahwa di
tengah prahara krisis yang memporakporandakan perekonomian nasional, sektor ini masih memperelihatkan pertumbuhan yang positif, yaitu sebsar 0,26 . Sementara
sektor-sektor lainnya, seperti industri pengolahan, perdagangan dan jasa memperlihatkan pertumbuhan yang negatife masing-masing sebesar -12,-24, dan-
5,7. Angka sementara Sakernas mengungkapkan bahwa diantara Agustus 1997
hingga Agustus 1998 telah tercipta sekitar lima juta kesempatan kerja baru dalam
sector pertanian. Hal ini diperkuat lagi dengan penelitian terhadap beberapa komoditas pertanian yang dilaksanakan oleh Asia Foundation pada tahun 1998
terhadap usaha tani produk perkebunan kopi di Lampung dan Lada di Bangka. Hasilnya memperlihatkan bahwa keuntungan usaha tani kedua komoditas ini
mengalami kenaikan pada saat krisis dibandingkan sebelum krisis. Keuntungan total
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
rata-rata pertahun usaha tani kopi meningkat sebesar 2,658, demikian pula halnya dengan lada, yaitu meningkat sekitar 1,134. Dillon, 2004:27.
Kejayaan agribisnis di saat ini tidak hanya terlihat pada tingkat usaha tani. Keunggulan sektor pertanian sebagai peredam gejolak ekonomi dapat dilihat dari
sumbangan sektor ini pada neraca perdagangan luar negeri. Di balik menurunnya nilai total ekspor kita, surplus perdagangan luar negeri Indonesia telah meningkat
dari 6,22 miliar dollar AS pada tahun 1996 menjadi 10,64 miliar doillar AS pada tahun 1997. Meningkatnya surplus ini bersumber dari beberapa hal. Di satu pihak,
defisit neraca perdagangan luar negeri sektor non agroindustri dan non-migas menurun dari 12,38 miliar dollar AS pada tahun 1996 menjadi 9,53 miliar dollar AS
pada tahun 1997 . Dillon: 2004:27. Perkembangan yang baik ini hendaknya dapat kita manfaatkan dengan baik dalam
membantu petani dan peningkatan produktivitas pertaniannya. Kita tidak ingin tergelincir untuk yang kedua kalinya sebagai akibat meninggalkan sebagian besar
warga bangsa kita pada tingkat produktivitas yang demikian rendah. Untuk itu upaya membangun fondasi ekonomi yang kuat seharusnya dititikberatkan pada
pemberdayaan petani dan buruh tani di pedesaan. Tahapan-tahapan pembangunan pertanian yang selama ini dilakukan belum
mengalami kemajuan yang pesat. Untuk itu dibutuhkan terobosan-terobosan baru serta keberanian untuk melakukan reformasi agraria agrarian reform dan bukan
hanya reformasi lahan Land reform. Di masa mendatang penghampiran approach pembangunan sudah seyogianya mengacu pada kaidah people driven jika kita ingin
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
mewujudkan suatu pola pembangunan yang berkeadilan dan bertanggungjawab,artinya politik pembangunan nasional benar-benar berpijak pada
realitas bangsa saat ini dengan melakukan perubahan seluruh tatanan menuju konsep people driven menggerakkan orang dengan cara membuat petani berminat untuk
meningkatkan produktivitasnya. Hal ini terkait dengan bagaimana kita mengubah struktur insentif dan dukungan kepada petani. Apabila tahapan-tahapan
pembangunan pertanian dilakukan dengan benar maka akan terjadi peningkatan dari hanya sekedar negara agraris menjadi negara yang dapat menyediakan jasa bernilai
tinggi, dengan melewati tahapan manufacturing. Itu artinya semakin lama jumlah petani semakin sedikit, tetapi produktivitasnya semakin tinggi. Oleh karenanya,
dengan menciptakan kesempatan kerja di luar sektor pertanian dapat menjadi mata pencaharian guna meningkatkan pendapatan petani dan upah buruh yang pada
akhirnya akan terjadi peningkatan kesejahteraan petani. Dengan demikian, proses pembangunan benar-benar menjunjung tinggi dimensi keadilan, pemerataan dan
kemanusiaan demi meningkatkan kemandirian , harkat, martabat dan kesejahteraan rakyat Indonesia secara keseluruhan.
Krisis ekonomi yang telah melanda bangsa Indonesia berdampak pada keadaan perekonomian yang semakin sulit. Tingginya laju inflasi serta kondisi
ekonomi yang tidak menguntungkan itu akhirnya mendorong kenaikan tingkat bunga nominal dan mengimbus langsung terhadap kegiatan investasi di sektor pertanian.
Investasi di sektor ini tentu kian sulit karena butuh waktu yang lama untuk menghasilkan produk yang bisa dijual, disamping adanya faktor ketidak pastian di
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
sektor ini yang senantiasa diterpa oleh iklim yang kurang bersahabat. Satu hal yang perlu dicatat, beberapa waktu yang lalu, tepatnya pada saat kita dilanda krisis
moneter, dan pada saat yang sama kita tidak mampu mengatasi dampak kekeringan telah memicu timbulnya dampak negatif terhadap kondisi ketahanan pangan nasional.
Dalam pengadaan beras misalnya, untuk tahun 19981999 saja, pemerintah harus mengimpor beras sebanyak 2,85 juta ton. Itu belum termasuk kebutuhan kedelai dan
bungkil kedelai yang mencapai 1,3 juta ton. Untuk pengadaan beras saja pemerintah harus mengeluarkan dana sebesar 912 juta dollar AS. Dapat dibayangkan seandainya
pengadaan pangan impor ini dapat kita penuhi sendiri, setidaknya kita akan dapat menghemat devisa lebih dari 1 miliar dollar AS. Kondisi ini merupakan tantangan
bagi kita untuk mencari jalan keluar yang dapat diandalkan guna memulihkan perekonomian kita Dillon, 2004:29.
Beberapa langkah kebijakan yang perlu ditempuh segera adalah sebagai berikut : 1.
Kebijakan peningkatan produksi pangan melalui pemberian subsisi input produksi danjaminan harga outputnya.
2. Kebijakan stoknasional antara lain dilakukan dengan mengadakan stok
pemerintah yang berasal dari pembelian dalam negeri dan impor. 3.
Kebijakan stabilitas harga. 4.
Kebijakan pengadaan dan penyaluran 5.
Kebijakan impor dan perdagangan melalui sistem tarifikasi yang mempunyai dampak memperbaiki efisiensi produksi dalam negeri tanpa mengorbankan
sektor pertanian.
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
6. Kebijakan yang benar-benar dapat menjamin peningkatan pendapatan
manusia petani Indonesia. Jika investasi di bidang agroindustri dilakukan, yang jelas akan membawa
dampak positif ganda dalam perekonomian nasional. Pertama, peningkatan produk subtitusi impor . Pada saat pendapatan riil masyarakat menurun, mereka akan
mengalihkan konsumsinya kepada barang-barang subsitusi yang harganya lebih murah dan terjangkau. Saat ini merupakan waktu yang tepat untuk mengembangkan
produk-produk subtitusi impor. Pengembangan produk ini jelas akan meningkatkan produktivitas petani,
sekaligus juga akan menghemat devisa, mendorong pertumbuhan yang merata, serta membantu pengendalian harga pangan dalam negeri. Kedua melalui peningkatan
pangsa ekspor produk pertanian dan agroindustri, kita akan dapat meraih devisa dalam jumlah yang jauh lebih besar lagi.
Peluang pasar yang begitu besar, baik di dalam negerfi maupun di luar negeri, hendaknya dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi terutama di
pedesaan. Sementara itu, peluang pasar internasional cukup besar untuk komoditas perkebunan, perikanan dan sebagian produk hortikultura.
Produk-produk agroindustri kita sejauh ini punya peluang cukup besar untuk memasuki kawasan Eropa, Amerika Serikat, Jepang. India dan sebagainya, salah
satunya adalah produk gambir. Indonesia menjadi pemasok utama kebutuhan gambir dengan memasok sedikitnya 80 dari total kebutuhan akan gambir dunia, dengan
negara tujuan India, Bangladesh, Pakistan, Singapura, Malaysia, Jepang, Jerman dan
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
beberapa negara Eropa lainnya. Volume ekspor gambir Indonesia meningkat dari
tahun ke tahun.. Walaupun Indonesia merupakan eksportir gambir utama dunia , namun posisi tawar
petani gambir di Indonesia masih lemah, harga gambir yang
dinikmati petani jauh lebih kecil dari harga yang berlaku di pasaran dunia Internasional BPEN, httpwww.Nafid,go.idberitaindex.Phpartc=3243,
03232006. Sebagai pemasok utama, Indonesia berharap gambir menjadi komoditas
andalan. Gambir juga merupakan komoditas ekspor tradisional spesifik Sumatera Utara. Permintaan terhadap gambir selalu meningkat sehingga dapat diperkirakan
bahwa tanaman gambir mempunyai prospek masa depan yang cerah, namun pengusahaannya menemui kendala-kendala, diantaranya terjadi kendala dalam proses
pemasaran di dalam negeri sebelum menjadi komoditas ekspor. Belum ada rantai distribusi yang jelas dari petani sampai industri berbahan baku gambir. Sementara itu,
hasil panenan hanya ditampung oleh pedagang perantara saja yang nantinya akan memperdagangkan gambir keluar wilayah Kabupaten Pakpak Bharat..
Selanjutnya mengenai kendala produksi penyebab utamanya adalah sempitnya lahan yang dimiliki oleh para petani. Lahan pertanian di Pakpak Bharat jika dirata-
ratakan hanya seluas 1hektar dan itupun ditanami dengan berbagai jenis tanaman, kemudian hanya dikerjakan sebagai usaha sampingan.
Di Pulau Sumatera hanya terdapat tiga daerah yang produksi gambirnya besar, yaitu :Kabupaten Lima Puluh Koto, Kabupaten Pakpak Bharat dan Kabupaten Dairi.
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
seluruh perkebunan gambir merupakan perkebunan rakyat, belum ada investor yang mencoba mengelola potensi ini.
Tanaman gambir merupakan bahan baku industri obat-obatan, cat, batik dan penyamakan kulit, obat luka bakar, obat sakit kepala, obat diare, obat disentri, obat
kumur-kumur, obat sariawan, obat sakit kulit, bahan pewarna tekstil, selain itu tanaman gambir pada umunya digunakan untuk menyirih.
Kabupaten Pakpak Bharat merupakan pemekaran dari Kabupaten Dairi, sesuai dengan UU Nomor 9 Tahun 2003 dan diresmikan menjadi Kabupaten pada tanggal
28 Juli 2003 oleh Menteri Dalam Negeri R.I.. Luas keseluruhan Kabupaten Pakpak Bharat adalah 1.221,3 km2, ketinggian 700-1500 M diatas permukaan laut, kondisi
geografis berbukit-bukit, tergolong beriklim sedang, suhu rata-rata 28 derjat celcius dengan curah hujan pertahun 337 mm
Tabel : 1 Luas dan Produksi Tanaman Gambir menurut kecamatan di Kabupaten
Pakpak Bharat Tahun 2006.. N
o K
ec 1 Salak
40,50 112,50
S. 3 Kerajaan
234,30 532,50
4 Pagindar 30
Tahap Penanaman
5 S. Tali Urang Julu
40 Tahap Penanaman
6 P..Getteng Sengkut
50 125
7 Tinada 30
85 8
Si Empat Rube 30
Tahap Penanaman JumlahTotal
826,80 1.680
Sumber : Pakpak Bharat Dalam Angka 2006
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Daerah Kabupaten Pakpak Bharat tergolong daerah agraris dimana sektor pertanian lebih dominan dari sektor lainnya, oleh karenanya kabupaten Pakpak Bharat
menggenjot potensi sektor pertanian terutama gambir dan kemenyan sebagai pilar perekonomiannya. Kabupaten Pakpak Bharat termasuk dalam rencana pemerintah
Sumatera Utara untuk pengembangan kawasan agropolitan dataran tinggi bukit barisan bekerja sama dengan delapan kabupaten di sekitar danau toba, diantaranya
kabupaten Dairi, Karo, Humbang Hasundutan, Tapanuli Utara, Samosir dan Simalungun.
Daerah-daerah ini akan dikembangkan potensinya di bidang agropolitan sesuai dengan produk pertanian dan perkebunan masing-masing daerah. Untuk itu
harus ditingkatkan sarana dan prasarana seperti infrastruktur jalan untuk distribusi hasil, saluran pengairan dan untuk pengolahan hasil.
Selain menghasilkan gambir dan kemenyan Pakpak Bharat juga punya potensi kopi arabica, karet, kelapa sawit dan kayu manis. Tanaman buah seperti nenas dan
jeruk, juga tumbuh subur dan bisa dioptimalkan. Dengan ketinggian 250-1400 meter diatas permukaan laut dan didukung tanah subur rasanya tanaman apapun bisa
tumbuh. Potensi gambir sangat mungkin untuk dikembangkan karena gambir terdapat
hampir di seluruh wilayah Pakpak Bharat. Gambir bisa tumbuh di lahan kritis dan tak perlu perawatan khusus meski tak
berarti bisa dibiarkan. Gambir hanya memerlukan pupuk kandang atau urea bagi
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
daunnya yang akan diambil sebagai bahan baku cat, pewarna pakaian dan obat sakit perut diare.
Luas lahan gambir di Kabupaten Pakpak Bharat 646,8 hektar dengan produksi 1.470 ton tahun 2005, rata-rata petani punya satu hektar. Dua kali
pengolahan dalam satu hari, cukup untuk kehidupan sehari-hari petani gambir. Gambir dijual dalam bentuk kering dari endapatan daun gambir yang dimasak
dan harganya Rp. 17.000 perkilogramnya dijual ke Sidikalang Kabupaten Dairi dan Medan. Sayang hasilnya belum maksimal, banyak petani masih
menanam,memelihara dan mengolah hasil produksinya secara tradisional. Petani gambir hanya mendapat setengah dari seharusnya. Kurangnya Petugas
Penyuluh Lapangan dan kondisi tofogragis yang terjal membuat pendampingan petani tak intens. Penulis tertarik meneliti masalah pertanian gambir karena gambir
ini memiliki banyak kegunaan tentu saja mempunyai prospek yang cerah dimasa yang akan datang, kurangnya perhatian Pemerintah di sektor gambir sehingga
penting untuk diteliti disamping itu masih langka yang menelitinya.
1.2. Perumusan Masalah :