yakni di daerah-daerah pegunungan. Adanya dua musim yaitu musim hujan dan kemarau juga sangat menentukan jenis dan sistim pertanian di Indonesia, perbedaan
karakteristik alam seperti jenis tanah, tingkat kesuburan, curah hujan, suhu dan
lainnya juga mengakibatkan perbedaan dalam jenis dan sistem pertanian yang ada.
2.3. Dilema Petani Kalau kita perhatian dengan cara menganalisis isi dari berbagai tulisan
kepustakaan mengenai deskripsi kehidupan petani di pedesaan, pengungkapan yang telah dibuat para ahli sebagai berikut :
Pertama, Petani adalah juga pelaku ekonomi economic agent dan kepala rumah tangga. Tanahnya adalah salah satu unit ekonomi dan rumah tangga Eric R.
Wolf, 1983:19.. Kedua. Ahli ekonomi Rusia A.V. Chainov dalam Eric R. Wolf, 1983 : 20
berbicara tentang ekonomi petani pedesaan, mengatakan sebagai berikut : Petani adalah merupakan suatu perekonomian keluarga family economy, seluruh
organisasinya .ditentukan oleh ukuran dan komposisi keluarga petani itu dan oleh koordinasi tuntutan-tuntutan konsumsinya dengan jumlah tangan yang bekerja. Itulah
sebabnya mengapa pengertian tentang laba dalam perekonomian petani berbeda dari pengertian di dalam perekonomian kapitalis dan mengapa pengertian kapitalistik
tentang laba tidak dapat diterapkan pada pengertian petani. Laba kapitalistik merupakan laba bersih yang diperoleh dengan jalan mengurangi penghasilan total
dengan semua biaya produksi, cara menghitung laba seperti itu tidak dapat diterapkan pada perekonomian petani, oleh karena di dalam perekonomian petani
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
unsur-unsur biaya produksi dinyatakan dalam unit-unit yang tidak dapat diperbandingkan dengan apa yang terdapat dalam perekonomian kapitalis.
Di dalam perekonomian petani, seperti di dalam perekonomian kapitalis, penghasilan kotor dan pengeluaran-pengeluaran material dapat dinyatakan dalam
rubel, akan tetapi tenaga kerja yang telah dikeluarkan tidak dapat dinyatakan atau diukur dengan banyaknya rubel yang dikeluarkan untuk membayar upah, melainkan
hanya dengan jerih payah yang dilakukan oleh keluarga petani itu sendiri. Jerih payah itu tidak dapat dikurangkan dari atau ditambahkan kepada unit-unit uang, jerih payah
itu hanya dapat dikonfrontasikan dengan rubel. Usaha
untuk memperbandingkan
nilai jerih payah tertentu yang dilakukan
oleh keluarga dengan nilai rubel adalah subyektif; hal itu akan tergantung kepada tingkat pemuasan kebutuhan-kebutuhan keluarga itu dan kepada pengorbanan-
pengorbanan yang terlibat dalam jerih payah itu sendiri. Oleh karena tujuan utama perekonomian petani adalah untuk memenuhi anggaran konsumsi tahunan keluarga,
maka fakta yang yang paling menarik perhatian bukanlah hasil yang diperoleh dari unit kerja hari kerja, melainkan hasil yang diperolah dari seluruh tahun kerja.
2.4. Gambir.