jumlahnya sangat sedikit dan sebagain besar petani yang menanam palawija kebanyakan untuk tujuan diambil; hasilnya untuk kepentingan sendiri atau kalaupun
dijual, proses penjualannya hanya di sekitar pasar pekan yang beroperasi seminggu sekali.
c. Sawit serta tanaman keras lainnya.
Disamping jenis-jenis tanaman di atas sesungguhnya tanaman utama petani di desa ini adalah gambir, oleh beberapa penduduk akhir-akhir ini sawit juga telah
ditanami sebagai usaha pertanian.. Namaun secara garis besar, persentasi petani gambir memang masih lebih besar daripada petani sawit Dari sekitar 200 Ha lahan
kering yang terdapat di desa ini sekitar 100 Ha dimanfaatkan untuk tanaman gambir, baik dengan pola penanaman gambir secara tunggal maupun secara tumpang sari.
4.4. Sistem Produksi 4.4.1. Pembukaan Lahan
Para petani di Desa Mbinalun ini mulai melakukan pertanian gambir dengan sistem pembudidayaan. Lahan yang ditanami gambir oleh para petani adalah lahan
milik petani sendiri yang letaknya berada diatas lereng bukit, tanahnya kurang subur dan sedikit berbatu. Tetapi kondisi lahan seperti ini sangat sesuai dengan syarat
tumbuh gambir menurut Zamarel dan Hadad EA 1991 yang menyatakan tanaman gambir dapat tumbuh baik pada tanah yang kurang subur. Umumnya petani memilih
tanah-tanah, hutan perawan yang letaknya miring dan mudah meresapkan air, karena tanaman ini tidak tahan terhadap air tergenang.
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Proses pembukaan lahan baru di desa Mbinalun disebut dengan nama
Mertembak. Peralatan yang digunakan untuk membuka lahan baru adalah parang
dan kampak. Caranya yaitu dengan membabat semak dan pohon-pohon kecil di sekitar areal. Selanjutnya pohon-pohon yang besar ditebang dan ditumbangkan
dengan menggunakan kampak. Setelah areal tersebut bersih, lahan dibiarkan selama satu bulan sampai semak-semaknya kering. Kemudian pada saat hari panas
dilakukan kegiatan pembakaran. Setelah itu sisa-sisa pembakaran yang belum habis terbakar dikumpulkan pada satu tempat dengan maksud untuk dibakar kembali agar
habis seluruhnya. Selanjutnya setelah proses pembakaran selesai lahan tersebut sudah dapat ditanami tanaman gambir. Proses pembukaan lahan gambir memerlukan waktu
lebih kurang tiga bulan tergantung dari luas lahan yang dibuka oleh petani gambir. Adapun luas lahan gambir di desa Mbinalun bervariasi sekitar 0,5 sampai 2,5 hektar.
Waktu rata-rata yang dibutuhkan untuk pembukaan lahan adalah dua bulan untuk luas lahan 0,5-1,0 hektar. Sementara untuk luas lahan 2 sampai 2,5 hektar sekitar tiga
bulan. Pembukaan lahan biasanya dilakukan pada bulan Januari sampai Juli. Untuk
pembukaan lahan tersebut petani tidak menggunakan tenaga kerja luar keluarga, jadi umumnya petani melakukan pekerjaan pembukaan lahan menggunakan tenaga kerja
keluarga inti, dan ini pun terbatas pada Bapak dan anak laki-laki yang telah berusia minimal 14 tahun., sedangkan ibu bertugas untuk menyediakan makan siang dan
membuat minuman maupun makanan ringan. .
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Kalaupun ada para petani yang menggunakan tenaga kerja luar keluarga dalam hal pembukaan lahan inipun hanya menggunakan tenaga kerja laki –laki dan
sistem pembayaran upah harian maupun borongan. Sedangkan bekerja dengan sistem gotong royong dalam pembukaan lahan sudah hampir punah kalaupun ada hanya
sebatas pada keluarga dekat saja. Banyak sedikitnya tenaga kerja yang dibutuhkan dalam suatu usaha pertanian
tergantung dari jenis tanaman dan luasnya lahan yang diusahakan serta . dana yang tersedia untuk membiayai tenaga luar tersebut.
Ada beberapa hal yang membedakan antara tenaga kerja keluarga dan tenaga luar antara lain adalah komposisi menurut umur, jenis kelamin, kualitas dan kegiatan
kerja prestasi kerja. Kegiatan kerja tenaga luar sangat dipengaruhi sistem upah, lamanya waktu
kerja, kehidupan sehari-hari, kecakapan dan umur tenaga kerja. Umumnya tenaga kerja yang digunakan dalam pertanian gambir di Kabupaten Pakpak Bharat adalah
tenaga kerja keluarga. Kalaupun ada tenaga kerja luar adalah pada waktu pembukaan lahan dan pada waktu pemanenan dan khusus mengenai pemanenan upah yang
diberikan adalah dengan sistem bagi hasil.
4.4.2. Pembibitan
Untuk proses pembibitan gambir menggunakan bibit yang dapat diperoleh dengan cara generatif biji dan vegetatif batang . Adapun bibit gambir yang
digunakan dengan cara vegetatif batang adalah dengan mengambil bibit tanaman
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
gambir yang telah berusia sekitar 6 bulan dan berasal dari hutan-hutan yang ada di sekitar desa Mbinalun. Dengan ukuran panjang bibit adalah lebih kurang 0,5 meter.
Pengambilan bibit dari hutan menggunakan pelepah pisang untuk membungkus bibit tersebut dan direndam dengan air ataupun dengan menempelkan tanah pada akar bibit
gambir yang telah dikumpulkan tersebut. Bibit gambir yang lainnya dapat diperoleh secara vegetatif yaitu dengan
mengambil bagian tanaman gambir yang telah tua, yaitu berusia sekitar empat tahun. Tanaman gambir tersebut kemudian ditanam kembali pada lahan yang telah
disediakan. Adapun bibit yang paling baik dan sering digunakan oleh petani gambir desa Mbinalun adalah bibit yang diperoleh dengan cara generatif. Hal ini disebabkan
bibit tersebut kualitasnya lebih bagus karena umur bibit yang lebih muda dan lebih produktif.
Untuk melakukan penanaman masyarakat tidak pernah melakukannya dengan menanam bibit yang dibeli, tetapi masyarakat melakukannya dengan cara stek
mengambil dari tanaman yang bagus, dipotong dahan yang cukup tua, kemudian dilakukan penanaman langsung pada musim hujan. Hal ini sudah turun temurun
dilakukan masyarakat dan hasilnya cukup memuaskan, sehingga cara tersebut sudah menjadi darah daging bagi petani. Pada lokasi penelitian desa Mbinalun tidak ada
yang membuat pembibitan untuk perbanyakan tanaman gambir, karena menurut mereka pembibitan memerlukan biaya besar dan waktu yang lama untuk membuatnya
serta memerlukan keterampilan yang khusus agar hasil yang didapat cukup baik.
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Adapun alasan masyarakat tidak memakai bibit karena mereka tidak pernah menggunakan bibit untuk perbanyakan tanaman gambir mereka, sehingga mereka
kurang menguasai dalam teknik mengelola tanaman gambir yang berasal dari bibit . Hal ini sesuai dengan pendapat Wudianto, 2000 yang menyatakan bahwa
perbanyakan tanaman dengan cara stek lebih baik dari pada perbanyakan dengan biji, selain itu perbanyakan dengan cara stek lebih mudah tumbuh dan sifat yang
dihasilkan dari perbanyakan stek umumnya menyerupai dengan induknya.
4.4..3. Penanaman dan Pemeliharaan Tanaman
Pada proses penanam gambir tidak memiliki perbedaan yang banyak dengan tanaman lainnya. Lahan yang telah dibersihkan ditanami bibit gambir yang telah
disediakan. Tanah ditugal dengan kedalam sekitar 20 cm. Jarak tanam yang digunakan adalah 2m x 2 m. bibit yang ditanaman dalam keadaan basah. Apabila
bibit yang ditanam kering maka tanamam tersebut akan mati. Jumlah bibit yang digunakan petani sample pada luas lahan 0,5 hektar adalah
sebanyak 500 batang, luas lahan 0,6 hentar adalah 600 batang dan 1000 batang untuk luas lahan 1hektar.
Selama masa pertumbuhan tanaman, petani hanya melakukan beberapa kali penyiangan gulma untuk menjaga kebersihan areal tanaman gambir. Tanaman gambir
merupakan tanaman yang tidak mudah terkena hama penyakit serta tidak membutuhkan perawatan seperti pada tanaman lain. Untuk tanaman gambir yang
menjadi permasalahan utama hanyalah gulma. Pengairan dan pemeliharaan rutin
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
tidak dibutuhkan. Untuk pengairan rutin petani hanya mengandalkan curah hujan yang turun setiap tahunnya.
Sistem pertanian gambir yang berada di desa Mbinalun Kabupaten Pakpak Bharat menggunakan sistem multi kultur yakni petani tidak hanya mengusahakan
tanaman gambir sebagai usahatani utamanya tetapi ada selingan tanaman lainnya di dalam satu lahan pertaniannya..
Masalah utama dalam pemeliharaan tanaman gambir adalah pemberantasan gulma yang selalu .hidup berdampingan dengan tanaman gambir. Gulma tersebut
dapat merusak kualitas pucuk-pucuk daun gambir yang akan dipanen. Oleh sebab itu petani gambir melakukan penyemprotan herbisida yaitu jenis roundup, ploralis dan
spark setiap enam bulan sekali. Disamping itu secara tradisional juga dilakukan yaitu dengan cara pembersihan langsung rerumputan ataupun tumbuhan penggangu
gulma istilah lokal pembersihan tersebut disebut menggogo Tujuannya adalah
untuk mematikan pertumbuhan gulma. Dosis pemakaian herbisida dalam rangka pemberantasan gulma oleh petani
responden ditemukan sebagai berikut : Yang menggunakan herbisida jenis round up dan polaris secara bersamaan ada
sebanyak 5 orang atau sebesar 40 dari total petani sampel. Menggunakan herbisida jenis round up dan spark secara bersamaan ada 1satu
orang atau sebesar 10 . Mnggunakan herbisida jenis polaris dan spark secara bersamaan ada 2 dua orang
atau sebesar 15 .
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Menggunakan 3 tiga jenis herbisida round up, polaris dan spark secara bersamaan sebanyak 3 tiga orang atau 25 dari total petani sampel.
Menggunakan herbisida jenis roun up berjumlah 1satu orang atau sebesar 10 dari total petani sampel.
Selanjutnya pemberantasan hama tanaman seperti hama penggerek tanaman dilakukan dengan cara tradisional yaitu membunuh ataupun meracun hama tersebut.
Adapun anggota keluarga yang terlibat dalam pengelolaan lahan pertanian gambir yang mereka miliki yaitu terdiri dari suami, isteri, biasanya anak-anak mereka
sekolah pada pagi hari sampai siang sehingga jarang ada anak-anak mereka yang ikut ke kebun bersama orang tuanya. Biasanya anak-anak mereka ikut ke ladang pada
saat libur sekolah. Pada setiap harinya biasanya isteri petani tidak ikut ke ladang, karena mereka memasak di rumah serta membersihkan rumah mereka, adapun tugas
dari para isteri petani yaitu pada saat pengolahan hasil gambir, seperti memetikmemotong daunranting gambir yang akan direbus, memasakmerebus daun
gambir, mencetak, menjemur, serta menjualnya pada saat pekan, selebihnya dilakukan oleh suami mereka, seperti membersihkan ladangkebun, mengganti
tanaman yang mati. Jadi pada dasarnya isteri petani jarang sekali ikut ke ladang. Petani di desa Mbinalun biasanya bekerja dari pagi sampai menjelang zuhur,
kemudian pada siang hari sekitar pukul dua mereka pergi lagi ke ladang mereka. Di desa Mbinalun lahan yang dimiliki petani jaraknya tidak terlalu jauh dari rumah
mereka, sehingga untuk makan siang petani tidak perlu membawa nasi ke ladang karena mereka bisa pulang untuk makan siang.
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
4.4.4. Pemanenan Gambir.
Tanaman gambir di lokasi penelitian sudah bisa dipanen sejak umur 2 dua tahun dan bisa terus dipanen sampai umur puluhan tahun. Panen dilakukan secara
rotasi setiap harinya tergantung dari luas lahan yang dimiliki petani. Panen dilakukan pada pagi hari sebaiknya dimulai dari pukul 07.00 sampai dengan pukul 10.00 WIB,
karena apabila lewat dari jam tersebut maka getah yang dihasilkan akan berkurang, hal ini akan merugikan petani, daunranting yang telah dipetik sebaiknya langsung
diolah, apabila tidak langsung diolah maka hasil yang akan didapat kurang baik, hal ini sesuai dengan Annonimous 1996 yang mengatakan apabila pemetikan daun
gambir dilakukan di atas pukul 12.00 WIB akan mengakibatkan jumlah produksi gambir yang diperoleh sedikit dan mutu yang dihasilkan rendah serta apabila
daunranting yang dipetik tidak langsung diolah akan menyebabkan kadar daun gambir tersebut menurun.. Daun-daun gambir yang telah dipanen dimasukkan ke
dalam goni besar dan kemudian di bawa ke tempat pengolahan. Hasil yang akan didapat akan sama apabila perawatan dan pemeliharaannya baik. Pada tanaman
gambir tidak ada istilah tidak produktif lagi, apabila tanaman mati barulah dikatakan tidak produktif . Dengan demikian pendapat Annonymous 1996 yang mengatakan
bahwa tanaman gambir hanya dapat produktif sampai umur 20 tahun tidak sesuai dengan fakta yang ada di lapangan, tepatnya di desa Mbinalun, karena tanaman
gambir yang ada di desa Mbinalun ada yang berumur di atas 20 tahun.
A. Manan : Kehidupan Sosial Ekonomi Petani Gambir di Kabupaten Pakpak Bharat, 2008 USU e-Repository © 2008
Beberapa peralatan yang digunakan masyarakat Desa Mbinalun dalam proses pemanenan gambir, yaitu :
1. Parang
: golok
2. Keranjang
: kirang
3. Goni
: goni
4. Beko : biku
Untuk pengelolaan baik itu tanaman gambir, kopi, jagung dan lain sebagainya masih dilakukan masyarakat dengan cara tradisional, begitu juga untuk pengolahan
hasil yang didapat mereka. Karena masyarakat umumnya hanya mengetahui cara yang rtradisional baik untuk pengelolaan, budidaya maupun untuk pengolahan
hasilnya maka yang digunakan masyarakat yaitu hanya cara tradisional saja. Disamping itu hal ini sesuai dengan Anonimous, 1999 yang mengatakan bahwa
dengan cara tradisional masyarakat lebih menguasai cara tersebut dan lebih mudah serta alat-alat yang dibutuhkan untuk pengolahan umumnya mudah didapat di sekitar
ladang atau tempat tinggal mereka.
4.5. Pengolahan