Faktor pendukung dan Penghambat Sinetron Para Pencari Tuhan Lain-lain Pendapat

8. Faktor pendukung dan Penghambat Sinetron Para Pencari Tuhan

Faktor Pendukung a. Pemain berbakat atau pengalaman sehingga proses produksi tidak ada syuting ulang b. Pemain sudah terkenal, ganteng dan cantik c. Alur cerita membumi potret masyarakat Indonesia sehari hari, sehingga mudah dicerna dan pemirsa bisa ikut terlibat secara emosi d. Berani tampil beda, alur cerita unik, menarik, bernafaskan religi sementara televisi swasta lain masih memproduksi dan menayangkan format acara yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya yaitu acara lawakan sementara masyarakat sudah jenuh dengan tayangan semacam itu Faktor Penghambat Faktor penghambat sinetron Para Pencari Tuhan antara lain terlihat selama proses produksi, yakni ketidak sesuaian jadwal para pemain, disamping kendala cuaca hujan. Sering terjadi, para pemain tidak bisa hadir pada hari yang sama padahal pada adegan di skenario mengharuskan demikian. Hal ini memaksa jadwal syuting diundurkan hingga tercapainya kesesuaian jadwal. yang juga menjadi penghambat pelaksanaan produksi adalah penulisan skenario yang melewati deadline tidak sesuai jadwal. Hal ini membuat proses produksi sempat mengalami keterlambatan.

9. Lain-lain Pendapat

a. Pendapat Wahyu HS

Beberapa rekan penulis bertanya kepada saya, bagaimana dan dari mana saya bisa menuliskan adegan dan dialog-dialog yang, menurut mereka, kuat dan memorable dalam serial Para Pencari Tuhan. Dengan bercanda saya jawab, Ya harus bisa, dong. Saya kan penulis. Saya buru- buru minta maaf karena ternyata mereka serius dengan pertanyaan itu. Saya terpaksa mengingat-ingat kembali, bagaimana semuanya itu tertulis di dalam komputer saya. Sebagian besar saya sudah lupa prosesnya, tapi sebagian lagi saya masih ingat. Untuk pemilihan tema dan topik, biasanya merupakan hasil diskusi dengan tim kreatif saya Bang Diding Jacob, HAMBA, Kang Arief, Albert Hakim, Farrel M. Rizqy, Amiruddin Olland, dan Veronica Grensilia, sebagian lagi dari diskusi informal dengan istri, teman, supir taksi, atau kru sinetron, yang bukan bagian dari tim kreatif, sebagian lagi hasil diskusi dengan diri saya sendiri. Misalnya, pada episode yang memunculkan tokoh Asrul untuk pertama kalinya. Tokoh ini cukup terpelajar tapi tidak trampil mencari uang hingga kesarjanaannya hanya menghasilkan ijazah, bukan uang. Untuk menggambarkan betapa miskinnya tokoh ini, ada beberapa pilihan: banyak hutang, menjadi peminta-minta, atau dilanda kelaparan yang amat sangat. Pilihan-pilihan tersebut menurut saya sangat klise dan tidak menyengat. Lalu, saya tanya, jika kalian jadi orang miskin yang jobless dan nggak punya apa-apa lagi, mau jual apa? Ada yang jawab, jual anak. Menarik, tapi terlalu kejam. Tim kreatif saya mulai capek dan kesal, lalu ada yang nyeletuk, Jual genteng aja. Saya langsung pilih itu. Maka, jadilah tokoh Asrul yang sudah frustrasi itu menjual dua potong genteng rumahnya sendiri untuk makan keluarganya. Pada momen ini, saya menemukan bahwa tokoh Asrul adalah orang yang tidak kreatif dan cenderung bersikap ekstrim. Tokoh Bonte merupakan ketidaksengajaan ketika harus diperpanjang episodenya. Awalnya saya hanya ingin menampilkannya satu episode saja untuk memberi efek tekanan emosional kepada tokoh Asrul dan Hansip dengan ledekannya Cieee, ciee, cieee. Ternyata, banyak penonton yang menyukai tokoh Bonte. Ya sudahlah, kami perpanjang saja kemunculannya menjadi beberapa episode. Salah satu plot yang menjadi favorit saya dalam serial Para Pencari Tuhan adalah percintaan tokoh Aya dan Azzam. Mereka adalah dua orang yang saling mencintai. Jika mereka berpacaran dengan penuh kasih sayang dan saling pengertian, maka saya akan sangat bosan menulisnya dan mungkin plot mereka hanya bertahan dua-tiga episode saja. Saya harus mendapatkan formula tertentu yang membuat hubungan mereka menjadi unik dan tidak membosankan, khususnya untuk saya sendiri. Apa yang bisa menyatukan mereka? Cinta? Semua orang berpikiran seperti itu dan tidak unik lagi. Hingga suatu saat, tak sengaja saya melihat foto Presiden Cuba, Fidel Castro, di sebuah majalah bekas. Castro adalah musuh bebuyutan para presiden Amerika, begitu pula sebaliknya. Kedua pihak senantiasa bertemu dalam konflik-konflik yang seakan tak berujung. Mereka dipertemukan, bersilaturakhim secara buruk, melalui kebencian, dari jaman ke jaman. Mereka saling serang, saling provokasi, saling benci, dan saling terobsesi. Tak penting lagi siapa yang akan muncul sebagai pemenang, tapi kisah Castro dan para presiden Amerika selalu menarik untuk dinikmati. Lalu, saya teringat pada PR saya tentang plot Aya dan Azzam. Begitulah ... kedua tokoh dalam Para Pencari Tuhan ini tampil sebagai dua pecinta yang selalu bertemu untuk saling menyerang, saling menyakiti. Aya dan Azzam dipersatukan bukan oleh cinta, melainkan oleh kebutuhan untuk membenci. Mereka adalah dua pecinta yang berpacaran dengan cara yang aneh. Wawasan agama, kekuatan kepribadian, dan intelektual merekalah yang kemudian membuat hubungan itu menjadi indah. Sesekali tokoh Aya harus menampar Azzam yang kurang ajar, itu hanyalah alternatif kontak fisik untuk menggantikan adegan berciuman, yang tidak mungkin saya tulis di dalam sinetron-sinetron saya. Level agama dan intelektual yang sama dari kedua tokoh ini membuat mereka seimbang dalam perang dialog. Suatu saat Azzam menang, di saat lain Aya di atas angin. Kalaupun Aya harus membuka rahasia kecil hatinya dengan menangis, dia harus menangis dengan sangat indah. Dia kalah dengan kecantikan yang bertambah. Dalam konsep kreatif saya, tokoh- tokoh pria boleh tunggang-langgang berkubang lumpur porak-poranda dan menjadi sangat jelek, tapi tokoh-tokoh perempuannya harus tetap indah meski terpuruk sama dalamnya. Menjelang episode-episode terakhir, saya berpikir keras mencarikan cara bagi tokoh Azzam untuk melakukan pukulan telak kepada Aya, yang sulit sekali ditaklukkan. Kedua tokoh ini terlanjur kuat dan nyaris sulit saya kendalikan. Jika tokoh Aya dan Azzam tak bisa dikendalikan lagi, maka saya sebagai penulis skenarionya akan tampak sangat tolol. Lewat tengah malam saya pulang kantor dengan tubuh letih dan pikiran kusut. Plot Aya dan Azzam macet dan terancam hambar justru di episode terakhir. Saya tahu, hanya butuh satu dialog kuat untuk mengakhiri plot mereka dengan manis hingga Aya mau mengalah. Tapi, dialog itu sedang jual mahal. Makin dicari, makin ngumpet. Saya jengkel sendiri dan menyandarkan jidat ke kaca jendela taksi dan berpikir iseng. Saya tersentak dan buru-buru menyuruh sopir taksi menghentikan mobil. Dengan perasaan heboh, saya tulis di buku catatan saya dialog terakhir untuk Azzam , yang akan menunjukkan kepada Aya bahwa Azzam sudah melakukan semua yang bisa dilakukan untuk menebus kesalahannya. Tidak layak lagi jika Aya belum mau memaafkan dan melupakan. Maka, dialog itu adalah, Apalagi yang bisa kulakukan untuk memuaskanmu? Jika syariat membolehkan, akan kupakai airmatamu untuk berwudlu. Malam itu saya bisa tidur nyenyak dan keesokan harinya selesailah skenario Para Pencari Tuhan episode terakhir. Ternyata, belum benar- benar berakhir. Tokoh Bang Jack jadi masalah. Bagaimanapun, Bang Jack adalah tokoh utama. Dialah yang harus mengakhiri serial ini dan saya sudah memutuskan untuk menghindari a total happy end. Pertemuan harus diakhiri dengan perpisahan, cerita harus dikembalikan kepada plot utama: Bang Jack dan ketiga muridnya yang mantan narapidana itu: Chelsea, Barong, dan Juki. Maka, Chelsea dijemput oleh utusan mantan istrinya untuk datang dan mendengarkan sebuah keputusan penting. Barong dikabari oleh Linda tentang abangnya yang ditembak polisi. Ia harus pergi menjenguknya ke rumah sakit. Hanya Juki yang berakhir lebih menyenangkan. Dia dipanggil pulang oleh emaknya yang sudah bisa menerimanya. Kepergian ketiga orang ini, bagi Bang Jack, menimbulkan rasa gamang. Ketidakpastian. Akankah mereka kembali setelah menemukan hal yang lebih berarti di luar sana? Mana pula seharian tadi mereka ngambek karena Bang Jack, yang sudah dianggap sebagai aba, tak bisa menyediakan hidangan khas lebaran seperti di keluarga normal. Bang Jack tertinggal seorang diri di mushola kecilnya, menata makanan yang sudah seharian tadi diimpikan dan diributkan oleh ketiga muridnya. Lalu lelaki tua itu melangkah ke teras memandang langit malam dan bergumam, Anak-anak gue pulang nggak, ya? Deddy Mizwar menambahkan alunan takbir dan membuat ending itu terasa meresap dan syahdu. Alhamdulillah ....Seminggu telah berlalu dari episode terakhir, saya harus mulai menulis sekuel Para Pencari Tuhan 2. Deg-degan sih, tapi dengan bismillah saya harap bisa menyelesaikannya dengan baik. Insya Allah.

b. Pendapat Pemirsa SCTV

Dulu kalo bangun sahur susah banget, sambil ngantuk2 nonton tv yang acaranya itu melulu, ngga pernah ganti dari tahun ke tahun. Ternyata puasa tahun ini acaranya agak beda. Ada acaranya fauzi badilla yang isinya jalan-jalan. Ada yang lihat rumah artis. Lihat rumah artis biasanya ditayangkan bukan waktu sahur. Yang terakhir dan paling aku suka yaitu sinetron Para Pencari Tuhan. Sinetron yang produsernya istrinya Kang Deddy Mizwar ini, bisa buat mata melek sepanjang sahur. Formatnya tidak beda jaduh dengan sinetron kang Deddy lainnya seperti Lorong Waktu, Kiamat Sudah Dekat. Bedanya Kiamat sudah Dekat diputar pagi hari, Lorong Waktu diputar sore hari dan Para Pencari Tuhan diputar waktu sahur. Sinetron ini berisi kehidupan sehari-hari ustadz Bang Jack dan tiga anak asuhnya beserta orang-orang di sekitar mereka. Bang Jack, nama kerennya Muhammad Zakaria, pekerjaan sehari-harinya merawat musholla kecil miliknya dibantu Chelsea, Juki, Barong, ketiga anak asuhnya. Selain itu ada ustadz Ferry dan istrinya. Tinggal bersama mereka, adik ipar ustadz Ferry yaitu Aya. Ada juga Mang Udin sang hansip desa. Temanya sendiri benar-benar “down to earth” alias masalah-masalah seperti yang kita alami. Contohnya Mang Udin yang pusing karena kurang bayaran sebagai hansip. Juki yang selalu ditolak ibunya karena dulu nakal suka mencopet. Atau Aya yang selalu sebal dengan Azam, cowo yang rajin mengejar dia. Selain itu ceritanya banyak disisipi ilmu agama seperti bagaimana cara menguburkan mayat, cara berkhotbah yang baik, sholat berjamaah yang benar, dsb. Sinetron ini juga mengingatkan kita agar jangan memikirkan diri sendiri melainkan juga peduli terhadap kesusahan orang lain dan lingkungan sekitar kita. Para tokohnya punya karakter menonjol berbeda satu sama lain. Bang Jack, ustadz yang tampaknya galak dan nyleneh tapi sebenarnya baik dan peduli. Ustad Ferry yang berwibawa tapi tetap mendengarkan nasehat istri. Aya yang baik tapi bisa judes. Chelsea, duda cerai yang hampir bunuh diri. Juki mantan copet dan selalu ditolak ibunya. Mang Udin, hansip desa yang kocak tapi naif. Azam, laki-laki kaya namun selalu ditolak Aya lamarannya. Pintarnya waktu tayang sinetron juga diselingi kuis yang dipandu ketiga pemain anak asuh Bang Jack. Mereka pembawa acara kuis yang handal dan kocak. Pemirsa yang sudah mengirimkan sms diminta memilih piring tertutup berisi makanan yang nantinya harus dimakan oleh Mr. I, si pemeran Juki. Isi piringnya macam-macam mulai dari puding, jengkol, buah naga sampai cabe merah. Seandainya sinetron di Indonesia banyak yang mendidik seperti sinetron PPT ini. Bukan melulu menampilkan dandanan, kecantikan, mobil rumah mewah, drama percintaan yang ngga habis-habis, menakut-nakuti dan tema-tema ngawur lainnya. Para Pencari Tuhan Saatnya karya mendikte rating Oleh DAHONO FITRIANTO Akhirnya, sebuah sinetron dengan kemasan sederhana tetapi bernas muncul juga di televisi nasional. Dan terbukti, sinetron yang menyempal dari kelaziman tren sinetron masa kini itu berhasil merebut hati penonton. Sinekuis Para Pencari Tuhan PPT ditayangkan bukan di jam tayang utama, melainkan menjadi salah satu acara khusus bulan Ramadhan yang ditayangkan setiap waktu sahur, pukul 03.00-04.30, di SCTV. Disebut sinekuis karena di antara alur cerita sinetron terdapat selingan kuis-kuis dengan pertanyaan seputar isi cerita. Dari sudut pandang rating dan share—dua panutan utama stasiun televisi, yang disurvei lembaga AGB Nielsen—sinekuis ini mencatat rekor luar biasa. Dari awal ditayangkan 16 September lalu, share-nya sudah berada di atas 20 persen dan terus naik hingga pada 23 September telah mencapai 40,1 persen di tiga kota besar, yakni Jakarta, Bandung, dan Surabaya. Artinya, 40,1 persen hampir separuh penonton TV pada jam yang sama memilih nonton PPT daripada acara-acara khusus sahur lain. Menurut Direktur Program SCTV Budi Sutjiawan, minggu ini PPT telah masuk urutan lima besar acara TV yang paling banyak ditonton. Sementara acara spesial sahur lainnya, yang masih berkisar pada kuis-kuis dan acara komedi, dikabarkan hanya mampu menghuni urutan 20-an. Dengan kecenderungan minat penonton yang terus meningkat, Budi memperkirakan minggu depan sinekuis produksi rumah produksi PT Demi Gisela Citra Utama itu sudah masuk tiga besar. Ini pertama kali dalam sejarah pertelevisian Indonesia sebuah acara sahur bisa masuk tiga besar, ungkapnya. Kekuatan PPT terletak pada kesederhanaannya. Berbeda dari sinetron-sinetron populer lain yang terbiasa mengangkat kehidupan keluarga kaya kota besar, berisi kisah melodramatis atau mistik yang tidak realistis, PPT mengangkat dinamika kehidupan keseharian rakyat jelata di pinggir kota. Pusat cerita sinetron tersebut adalah musala kecil bernama At-Taufik yang dijaga dan diurus Bang Jack diperankan Deddy Mizwar, mantan tukang jagal. Suatu hari, Bang Jack didatangi tiga mantan narapidana yang ingin tobat, yakni Barong, Juki, dan Chelsea berturut-turut diperankan trio lawak Bajaj: Aden, Isa, dan Melky. Dengan bekal ilmu agama yang pas-pasan, Bang Jack bersedia membimbing mereka dengan bantuan Aya Zaskia Adia Mecca, adik ipar Ustadz Ferry Akrie Patrio. Berbagai kisah kehidupan kemudian berputar di sekitar musala ini, seperti kisah cinta Aya dan Azam Agus Kuncoro yang alot, perselisihan antara Ustadz Ferry dan istrinya, Haifa Anissa Suci, tentang siapa yang lebih pantas ikut shooting acara keagamaan di TV, dan hubungan antara masyarakat dengan Pak Jalal Jarwo Kwat, orang terkaya di kampung. Berbagai pesan bijak Islami yang sifatnya universal, seperti kesabaran, ketabahan, ketulusan, kejujuran, dan kerja keras, disampaikan tanpa kesan menggurui dan bahkan dalam kemasan komedi yang mudah dicerna dan dinikmati. Komedi yang ditampilkan pun jauh dari kesan slapstick, tetapi lebih berupa komedi situasi. Sengaja ditampilkan dalam format komedi supaya penonton tidak apriori duluan karena sudah bertahun-tahun penonton terbiasa dengan acara komedi di saat sahur. Tetap lucu, tetapi isi kami perbaiki, kata Deddy Mizwar yang juga menjadi produser dan sutradara PPT. Deddy mengakui, dari segi format dan isi cerita, tak ada yang baru dari PPT dibanding dua sinetron produksinya yang lebih dulu sukses, yakni Kiamat Sudah Dekat dan Lorong Waktu. Dengan materi pemain yang hampir sama, tahun ini Kiamat Sudah Dekat bahkan sudah memasuki musimketiga dan ditayangkan pada acara spesial Ramadhan sore hari di SCTV.Jadi, tiap hari kami membuat dua sinetron, ujar Deddy. Kesuksesan PPT membalikkan tesis para pelaku industri pertelevisian selama ini yang menuduh masyarakat hanya menggemari sinetron-sinetron pop yang hanya mengumbar kemewahan, kekerasan, dan mistik yang dibuktikan dengan rating dan share tinggi sinetron bertema tersebut. Apa yang kami lakukan adalah memberi alternatif tontonan bagi pemirsa. Selama ini penonton terlihat menyukai acara- acara tersebut karena tidak diberi pilihan. Orang akhirnya menyukai acara tersebut karena telanjur terbiasa, tutur Deddy. Aktor dan sutradara yang melambung namanya melalui film Nagabonar itu juga mengingatkan, pemirsa TV bukanlah kumpulan orang bodoh yang tak bisa memilih tontonan berkualitas. Industri sih industri, tetapi tetap harus direncanakan dan disiapkan dengan lebih matang, ungkapnya. Ia menambahkan, meski ia menggarap dua sinetron stripping tayang tiap hari pada waktu bersamaan, tetapi tidak dikerjakan secara instan. PPT, misalnya, sudah direncanakan dan dipersiapkan sejak tiga tahun lalu. Saya tidak bisa dengan sistem instan, karena sebuah karya yang masuk ke ruang publik harus bisa dipertanggungjawabk an secara karya dan moral, tandasnya. Dan terbukti, rating dan share pun akhirnya bisa mengikuti kreativitas. Penonton pada akhirnya juga terbukti bisa memilih antara acara bermutu dan tidak. Rating harusnya mengikuti karya, bukan karya yang mengekor rating, tegas Deddy.

c. Forum Pembaca Kompas Mengenai Sinetron Para Pencari Tuhan

Oleh Anton Sinetron paling bermutu tahun ini layak diberikan pada : Para Pencari Tuhan. Bahkan dibandingkan dengan produksi Deddy Mizwar lainnya yang juga tayang di sore hari : Kiamat Sudah Dekat KSD, mutu Sinetron PPT jauh diatas KSD yang sesungguhnya sudah memasuki titik jenuh. Ada yang menarik dalam PPT ini dari gerak pikir Deddy Mizwar, pertama judulnya. Kedua, karakterisasi tokoh-tokohnya dan ketiga, susunan masyarakat yang dibangun dalam setting sinetron itu. Dalam judul Para Pencari Tuhan Deddy Mizwar tampaknya secara pemahaman sedang mengalami lompatan transendensi dalam memahami proses pencarian Tuhannya. Pada judul `Kiamat Sudah Dekat, nama judul itu mengandung makna spekulatif tapi juga ending dari seorang yang sudah paham spiritual. Disini Deddy sebagai figur utama ada pada puncak pemahaman Islam : Ikhlas. Landasan Ikhlas dalam terminologi Islam bisa dikatakan sebagai landasan keseluruhan dalam menjalankan disiplin- disiplin beragama. Ikhlas bukan berarti titik henti tapi merupakan pelepasan dari sesuatu yang bermakna duniawi. Keikhlasan sering dimaknai dalam konsepsi tasawuf sebagai sebuah puncak penglihatan yang tidak terhijab. Atau `terbukanya hati seseorang ketika melihat sesuatu yang dianggap beban. Dititik inilah kemudian pikiran dilepaskan dan mulai digunakannya hati nurani sebagai alat bertindak. Dalam Sinetron KSD, keikhlasan menjadi sebuah alur cerita yang menarik dimana seorang Bapak yang begitu membanggakan produknya –seorang puteri yang cantik dan tahu etika menurut standar si Bapak harus berjodoh dengan lelaki yang sama sekali di luar himpunan etika si Bapak – disinilah kemudian bertarung antara idealisme dengan realitas. Kedua, adalah karakterisasi tokoh. Deddy Mizwar adalah generasi emas Produksi film tahun 80-an. Ia dibesarkan oleh Asrul Sani lewat Nagabonarnya dan kenal dengan sutradara-sutradara jempolan seperti Nyak Abbas Akup atau Wiem Umboh, walaupun secara intelektualitas sinematografi-nya ia jauh dari ruang Teguh Karya yang cenderung kontemplatif. Inilah kenapa lingkar dalam artis-artis Teguh Karya selalu bernada serius Deddy tidak, ia adalah murid terbaik Asrul Sani sutradara drop-dropan jaman Revolusi 1945. Asrul Sani adalah seniman berkarakter borjuis, cerdas, dan mampu memahami realitas masyarakatnya ke dalam situasi satire. Sinetron Asrul Sani di TVRI tahun 80-an seperti : `Monumen, `apa yang kau cari Palupi merupakan pendongkelan pelan- pelan sistem masyarakat Indonesia yang sudah dibohongi oleh Orde Baru. Dalam sinetron PPT, pembangunan karakter sangat sempurna bahkan boleh dibilang revolusioner bila dibandingkan dengan sebarisan sinetron dungu Indonesia yang masih saja berkibar-kibar dengan orang-orang Bollywood sebagai tokoh utama konspiratornya. Deddy berhasil menjadi penyelamat sinetron Indonesia yang didesak ke pinggir jurang kebodohan demi rating. Sinteron-sinetron kita saat ini bukan saja rendah pembentukan karakternya tapi memang tidak diperhatikan. Tapi Deddy tidak, ia mampu membentuk karakter masing-masing orang bahkan dengan memperkuat karakter kepribadian orang itu. Deddy adalah jenis sutradara yang tidak menjadikan aktornya tersiksa dalam karakter orang lain. Lihatlah karakter Udin, si Udin Ngaga ini kemungkinan dalam sehari-harinya memang berkarakter asal njeplak, cerewet dan kritis. Di tangan Deddy Mizwar aktor Udin ini diperkuat, dari seluruh pemeran PPT karakter Udin-lah yang terbaik dia menjadi penterjemah pikiran Deddy Mizwar tentang pembumian agama, penghubungan relasi-relasi antara mistifikasi agama dengan realitas kemasyarakatan. Karakter Udin adalah tendensi sekuler dalam masyarakat. Sedikit dibawah Udin adalah karakter Asrul Dahlan yang berperan sebagai Asrul, karakter Asrul dengan logat Medan-nya yang khas diperkuat Deddy dengan sikap idealis. Disini sesungguhnya Asrul dikurung oleh Idealisme-nya, Asrul adalah pengejawantahan terbaik dalam cerminan sikap Nabi Ayub dalam melihat kemiskinan, walaupun ia berteriak dengan kemiskinannya, ia masih berpegang pada idealisme-nya karakter ini ditubrukkan pada Udin yang realistis kemudian bukan melahirkan kontra tapi sebuah kolaborator dengan titik : Idealisme atau Realitas semuanya berujung pada kepentingan, `bagaimana gua bisa makan hari ini. Duet Asrul dan Udin merupakan duet menarik yang menggambarkan kebimbangan kaum proletar. Mereka mati-matian untuk bergantung pada orang kaya tapi dalam hati mereka memusuhi. Ketidakberdayaan kaum proletar ini semakin dipaksa ke dalam susunan masyarakat yang sudah ada dimana memang secara ekonomis kaum kapitalis-lah yang memegang kekuasaan dan pendorong agar Udin-Asrul ini agar menerima takdir kemiskinan mereka secara fatalistis adalah Al Ustadz Ferry yang diperankan secara parodikal oleh Akri. Deddy Mizwar tidak salah menarik Akri sebagai parodi Al Ustadz yang doyan duit dan selebritas –sebuah tendensi dakwah jaman kita – Mungkin Deddy mengamati secara serius karakterisasi Akri ketika melawak dengan Patrio, dan harus diakui Deddy adalah orang paling pintar dalam mengambil aktor dengan kesesuaian karakter. Zascia Mecca yang memainkan karakter Ayya, adalah sebuah kecemerlangan Deddy yang secara diam-diam melihat Zascia adalah etalase perempuan berpenampilan muslim, tapi cukup sampai pada batasan etalase belum substansial kemuslimannya. Ini diperlihatkan bagaimana Ayya menjadi wanita pendendam hanya karena dikatakan `bodoh oleh pacarnya. Karakterisasi Ayya ini merupakan sindiran pada kaum muslimah bahwa dengan baju berpenampilan Muslim apa sudah bisa melakukan substansi ke-Islamannya? Atau sekedar menjadi etalase? Yang kemudian membawa ke arah industrialisasi yang ujung-ujungnya adalah akumulasi Kapital. Pelawak Jarwo yang memainkan sebagai Pak Djalal, lelaki kaya yang sinis menjadi semacam klise bahwa menjadi kaya adalah kurang baik dan cenderung kikir. Ini merupakan karakter biasa dimanapun, ya di Amerika ...ya di Indonesia. Kekayaan dalam sinema-sinema selalu digambarkan sebagai orang yang culas dan mencuri dari keringat orang lain. Hanya saja Jarwo disini selalu merasa menang ketika bisa menghina orang lain dengan bandingan kekayaan. Puncak dari karakter PPT ya.. Bang Jek sendiri alias Deddy Mizwar, dia lucu, cerdas namun naif. Puncak kelucuannya saat dia berkhotbah di rumah Pak Djalal tapi nggak konsen pada apa yang dibicarakannya dan bikin malu teman-temannya. Susunan masyarakat dalam PPT digambarkan dengan apik oleh Deddy. Dalam sinetron KSD susunan masyarakat ini tidak terlalu terlihat relasi-relasinya, namun oleh Deddy di PPT diperlihatkan relasi-relasinya termasuk penindasan terselubung si kaya dengan si Miskin yang dengan baik digambarkan pada negosiasi kerja antara Pak Djalal dengan Asrul- Dahlan dan saat Pak Djalal membayar uang dengan membuang uang bukan memberikan baik-baik, inilah kekerasan struktural masyarakat. Dari semua penggambaran susunan struktural masyarakat pesannya singkat, bahwa kita harus menerima susunan masyarakat tanpa harus mengkritisinya dan mungkin bila stress ya... larinya ke doa-doa serta dzikir, bukan begitu Bang Deddy? BAB IV RESPON MAHASISWA JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM TERHADAP SINETRON RELIGI PARA PENCARI TUHAN DI SCTV

A. Prospek Sinetron sebagai Media Dakwah

Dokumen yang terkait

Respon mahasiswa jurusan komunikasi dan penyiaran Islam terhadap film The Message the stiry of Islam

3 17 92

Respon mahasiswa jurusan komunikasi dan penyiaran islam universitas islam negeri syariah Hidayatullah Jakarta terhadap program KICK Andy di Metro TV

0 5 129

Konsentrasi Jurnalistik Jurusan KOmunikasi dan Penyiaran Islam Fakultas Imu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 1436 H/2015 M

0 4 94

Respons mahasiswa komunikasi dan penyiaran Islam angkatan 2009 fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap film sang pencerah

1 16 79

Respon mahasiswa komunikasi dan penyiaran islam fakultas ilmu dakwah dan ilmu komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terhadap program Indonesia mencari bakat di Trans TV

1 9 101

Respon mahasiswa komunikasi dan penyiaran islam uin syarif hidayatullah jakarta terhadap program dakwah hikayat di indosiar

0 20 0

Respon mahasiswa terhadap sensifitas gender pada materi kuliah di jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2 14 98

ASPEK PENDIDIKAN ISLAM DALAM PEMBINAAN MASYARAKAT PADA SINETRON PARA PENCARI TUHAN JILID 6 Aspek Pendidikan Islam Dalam Pembinaan Masyarakat Pada Sinetron Para Pencari Tuhan Jilid 6.

0 1 13

ASPEK PENDIDIKAN ISLAM DALAM PEMBINAAN MASYARAKAT PADA SINETRON PARA PENCARI TUHAN JILID 6 Aspek Pendidikan Islam Dalam Pembinaan Masyarakat Pada Sinetron Para Pencari Tuhan Jilid 6.

0 2 16

SINETRON RELIGI DAN GAYA HIDUP ISLAMI : ANALISIS SEMIOTIK SINETRON PARA PENCARI TUHAN JILID 7 EPISODE 19.

2 15 84