BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Islam merupakan agama universal yang memiliki misi dakwah bagi seluruh umat manusia, yaitu mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan
hidup didunia dan diakhirat yang diridahi Allah SWT. Tugas ini wajib dilaksanakan oleh setiap muslim yang disesuaikan dengan kemampuan
individu itu sendiri dan kewajiban itu dinamakan dakwah. Dakwah, ajakan atau seruan kepada Allah yang dilakukan seorang
da’i kepada orang lain secara perorangan dan bersama-sama dengan tidak merubah mad’u pada keadaan yang lebih baik.
1
Dakwah Islam adalah suatu proses yang tidak pernah mengenal kata selesai, selama dunia masih ada dan dihuni oleh manusia dengan berbagai
permasalahan mereka. Maka selama itu pula proses dakwah masih dibutuhkan dan bahkan harus ditingkatkan. Dalam pelaksanaanya dakwah
harus dinamis dan sesuai dengan perkembangan zaman, terlebih lagi ketika masyarakat dihadapkan pada persoalan keterbatasan waktu, maka dakwah
tidak sebatas diatas mimbar, tapi bisa dilakukan dengan bantuan teknologi komunikasi baik itu melalui media tulis seperti surat kabar, majalah atau
pun media audio visual, seperti radio, televisi dan internet.
1
Ali Abdul Hakim Mahmud, Dakwah Fardhiyah, Metode Membentuk Pribadi Muslim
,Jakarta: Gema Insani Pres, 1995,cet ke-2,hal.29
Seiring dengan kemajuan teknologi, cara berdakwah pun mengalami perkembangan. Dakwah tidak dilakukan secara sederhana, tetapi mulai
memanfaatkan kemajuan teknologi. Hal ini dilakukan agar segmen dakwah menjadi lebih meluas dan dakwah bisa menjadi lebih intensif.
Diantara sekian banyak media saat ini televisi merupakan media massa elektronik yang paling diminati masyarakat, karena media televisi
dianggap media yang paling efektif dalam pembangunan. Televisi merupakan gabungan media dengar audio dan media gambar visual yang
bersifat informatif, hiburan, dan pendidikan. Dengan layar yang relatif kecil terbesar kurang dari 49 inci, mudah
meletakkannya, dengan suasana yang santai maka penyampaian pesan seolah-olah langsung antara komunikator pembawa acara, artis maupun
pembawa berita dengan komunikannya pemirsa. Informasi yang disampaikan mudah dimengerti karena jelas terdengar suara audio dan
terlihat jelas karena terlibat secara visual
2
. Dalam hal ini televisi memiliki daya tarik yang dapat merubah pola-
pola rutinitas kehidupan manusia. Jalalludin Rahmat mengatakan bahwa televisi sudah menjadi agama masyarakat industri, ini artinya bahwa
masyarakat sekarang sudah belajar hidup dari televisi. Bahkan negara Amerika pun sudah menganggap televisi sebagai second God, itu terjadi
karena masyarakat disan lebih suka menyaksikan siaran Tv dari pada pergi kegereja. Sekarang televisi bukan tidak mungkin sudah menjadi first God.
3 2
Wawan Kuswandi,Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media Televisi,cp.cit.h.8
3
Jalaluddin Rahmat, catatan kang Jalal visi media, Politik dan Pendidikan, Bandung Rosda Karya,1998,cet.ke-2,h.26
Televisi merupakan media informasi yang hampir semua masyarakat memilikinya. Pada umumnya mereka menjadikan televisi sebagai sarana
hiburan saja, maka dari itu sudah sepantasnya kalau dakwah Islam memanfaatkan media sebagai sarana dakwah. Adapun acara atau tanyangan
yang tampil ditelevisi umumnya dikenal dengan pentas drama televisi atau istilah lain sinetron sinema elektronik. Aspek strategi dakwah
menggunakan sinetron sebagai media dakwah terlihat jelas adanya penekanan pada pesan-pesan yang dikemas secara apik dan menarik
sehingga menyentuh hati para pemirsa. Sinetron otomatis salah satu hiburan masyarakat dan sangat potensial sekali memasukkan misi-misi dakwah
Islam. Masyarakat sekarang tergila-gila dengan namanya drama televisi atau sinetron oleh sebab itu kita harus membawa sinetron dengan tema-tema
Islami, sehingga dengan tergila-gilanya masyarakat dengan sinetron secara tidak langsung mereka mengkonsumsi dakwah Islam. Maka dengan
mudahnya dakwah Islam akan berkembang seiring dengan berkembangnya zaman. Selain itu muatan dalam sinetron dakwah berisi tentang keteladanan
dalam bentuk contoh perilaku dan tidak terkesan menggurui, dari segi pesan yang disampaikan dengan mudah dipahami oleh masyarakat luas dengan
tema-tema yang diangkat dalam sinetron religi Para Pencari Tuhan berkisar tentang permasalahan humanis dan jauh dari permasalahan khilafiyah.
Peneliti tertarik untuk meneliti sinetron religi para pencari Tuhan, karena sinetron religi tersebut merupakan bagian dari dakwah Islam karena
isi ceritanya menceritakan tiga orang pemuda yang sangat minim sekali pengetahuan agamanya, namun tanpa sengaja mereka menemukan musholla
dan dimusholla itulah mereka mendapatkan ilmu agama dari seorang pengurus musholla. Karena sinetron ini bersifat religi maka peneliti
mencoba meneliti dengan cara ingin mengetahui respon mahasiswa komunikasi penyiaran Islam KPI Universitas Islam Negeri Syarif
hidayatullah Jakarta. Alasan peneliti menunjuk mahasiswa jurusan KPI, karena mahasiswa KPI merupakan salah satu jurusan perkuliahan yang
menjadi cikal bakal penerus dakwah modern yang tidak terlepas dari sebuah media khususnya media televisi.
B. Batasan dan Rumusan Masalah