Tugas dan fungsi pegawai negeri sipil
Dan jika ditinjau dari sifatnya maka akan dijumpai rahasia jabatan yang sifat kerahasiannya terbatas pada waktu tertentu dan
ada pula rahasia jabatan yang sifat kerahasiannya terus menerus.
Apakah suatu rencana kegiatan atau tindakan bersifat rahasia jabatan, dan dirahasiakan kedalam klasifikasi yang mana harus
ditentukan dengan tegas oleh pimpinan instansi yang bersangkutan. Biasanya seorang pegawai negeri karena jabatan atau karena
pekerjaannya dapat mengetahui jabatan. Bocornya suatu rahasia jabatan dapat menimbulkan kerugian atau bahaya terhadap negara.
Pada umunya kebocoran rahasia jabatan disebabkan oleh dua hal yaitu: sengaja dibocorkan kepada orang lain atau karena
kelalaian atau kurang hati-hatinya pejabat yang bersangkutan, keduanya memberikan akibat yang sama buruknya terhadap negara.
Inilah yang memotivasi kenapa seorang pegawai diwajibkan menyimpan rahasia jabatan dengan sebaik-baiknya. Seorang pegawai
negeri hanya dapat mengemukakan rahasia jabatan kepada dan atas pejabat yang berwajib atas kuasa undang-undang, demikian juga
terhadap bekas pegawai negeri, misalnya atas perintah petugas penyidik dalam rangka penyidikan dan penuntutan tindak pidana
korupsi.
Disamping kewajiban-kewajiban seperti tersebut di atas, dalam UU No.43 Tahun 1999 juga disebutkan hak-hak pegawai negeri
yaitu, menurut Pasal 7 Undang-Undang No.43 Tahun 1999 Tentang
Pokok-Pokok Kepegawaian, setiap pegawai negeri berhak memperoleh gaji yang layak sesuai dengan beban pekerjaan dan
tanggung jawab.
Pada dasarnya setiap pegawai negeri beserta keluarganya harus hidup layak dari gajinya, sehingga dengan demikian ia dapat
memusatkan perhatian dan kegiatannya melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya. Gaji adalah sebagai balas jasa atau
penghargaan atau hasil karya seseorang dalam menunaikan tugas
sesuai dengan bidang pekerjaannya masing-masing.
Dewasa ini sistem penggajian terhadap pegawai negeri sipil diatur dalam Peraturan Pemerintah No.15 Tahun 1985 Tentang
Pengaturan Gaji Pegawai Negeri Sipil. Sistem penggajian yang dapat mendorong kegirahan bekerja untuk mencapai prestasi kerja yang
optimal adalah sistem skala ganda, yaitu pemberian gaji kepada seorang pegawai negeri bukan saja didasarkan pada pangkat, tapi
juga didasarkan pada besarnya tanggung jawab yang dipikul dan prestasi kerja yang dicapai. Disamping itu dalam menentukan
besarnya gaji tergantung dari pada faktor kemampuan keuangan negara. Sebab walau sudah diperkirakan standard hidup pegawai
negeri tidak dapat dilaksanakan kelau kemampuan keuangan negara tidak memadai. Hal lain yang patut diperhatikan adalah
keadaantempat dimana pegawai negeri itu diperlukan.
Dalam rangka penegakan disiplin di kalangan pegawai negeri masalah gaji dipandang sebagai faktor yang paling berpengaruh.
Karena jika gaji yang diterima oleh seorang pegawai negeri dirasakan
tidak mampu
memenuhi kebutuhankesejahteraan
keluarganya ini akan mendorong pegawai tersebut untuk mencari sampingan, yang lama kelamaan menjadi satu kebiasaan, sehingga
memberi dampak negatif.
Dalam UU No.43 Tahun 1999 Tentang Pokok-Pokok Kepegawaian dikatakan setiap pegawai negeri berhak atas cuti. Cuti
adalah tidak masuk kerja yang diberikan dalam jangka waktu tertentu, dalam rangka untuk menjamin kesegaran jasmani dan
rohani serta untuk kepentingan pegawai negeri perlu diatur pemberian cuti. Ketentuan tentang cuti ada diatur dalam Peraturan
Pemerintah No.24 Tahun 1976 Tentang Cuti Pegawai Negeri Sipil.
Cuti yang diatur di dalam Peraturan Pemerintah ini kecuali cuti diluar tanggungan negara adalah hak Pegawai Negeri Sipil, oleh
sebab itu pelaksanaan cuti hanya dapat ditunda dalam jangka waktu tertentu apabila kepentingan dinas mendesak. Setiap pimpinan
haruslah mengatur pemberian cuti sedemikian rupa sehingga dapat terjamin kelancaran pelaksanaan pekerjaan. Menurut perhitungan
pemberian cuti dalam waktu yang sama terhadap 5 dari jumlah kekuatan masih tetap dapat menjamin kelancaran pekerjaan. Pegawai
Negeri Sipil yang hendak menggunakan hak cutinya wajib
mengajukan permintaan secara tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan cuti melalui hirarkhi, kecuali untuk cuti
sakit. ecara mendalam tentang Pancasila, UUD 1945, Hukum Negara
dan Politik Pemerintahan.
Hak seorang pegawai negeri sipil yang lain adalah hak atas pensiun sesuai dengan Pasal 10 Undang-Undang No.8 Tahun 1974
Tentang Pokok- Pokok Kepegawaian “Setiap Pegawai Negeri Sipil
yang telah memenuhi syarat-syarat yang diberikan berhak atas
pensiun.”
Jaminan pensiun adalah jaminan hari tua dan sebagai balas jasa terhadap pegawai negeri yang telah bertahun-tahun mengabdikan
dirinya kepada negara. Pada pokoknya adalah menjadi kewajiban dari setiap orang untuk berusaha menjamin hari tuanya, dan untuk itu
setiap pegawai negeri wajib menjadi peserta dari suatu badan asuransi sosial yang dibentuk oleh pemerintah karena pensiun bukan
saja sebagai jaminan hari tua, tapi juga adalah sebagai balas jasa, maka pemerintah memberikan sumbangannya kepada pegawai
negeri.
BAB IV TINJAUAN YURIDIS SK PNS SEBAGAI OBJEK JAMINAN KREDIT
PERBANKAN.
Pada dasarnya dalam setiap pemberian kredit harus berpedoman pada 3 tiga hal pokok, yaitu aman, terarah, dan menghasilkan. Aman dalam arti legal
risk, bahwa setiap kredit yang diberikan telah terbebas dari segala kekurangan, baik mengenai kewenangan subjek hukum, objek hukum, maupun mengenai
jaminan. Apabila dikemudian hari terjadi kredit bermasalah, bank telah mempunyai alat bukti yang sempurna dan kuat untuk menjalankan suatu tindakan
hukum bila dianggap perlu. Terarah dalam arti setiap kredit yang diberikan harus sesuai dengan peruntukkannya, baik dari segi siapa penerima kreditnya maupun
dari segi kegunaannya, terutama bila dihubungkan dengan kebijaksanaan pemerintah dalam rangka memajukan sektor usaha. Menghasilkan dalam arti
setiap pelepasan kredit akan memberikan keuntungan kepada bank ataupun penerima kredit, dan meningkatkan kesejahteraan hidup rakyat banyak.
Untuk mencegah terjadinya kredit bermasalah, maka setiap bank yang bersangkutan perlu melakukan pengelolaan maupun pembinaan kredit sesuai
dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Hal tersebut dikarenakan pengelolaan resiko atau manajemen kredit bank yang kurang baik, akan
menjadikan tingkat kredit bermasalah menjadi tinggi. Oleh sebab itu asas atau prinsip kehati-hatian prudential banking adalah penting, sebagai asas yang
menyatakan bahwa bank dalam menjalankan fungsi serta kegiatan usahanya, harus menempuh cara-cara yang tidak merugikan bank dan juga nasabah. Tujuan
diberlakukannya prinsip kehati-hatian prudential banking adalah agar bank selalu dalam keadaan sehat.
30
Adapun prinsip kehati-hatian dalam praktek perjanjian jaminan terdapat pada surat al-baqarah ayat 282 yang berbunyi:
لا ّد يْلف اضْعب ْمكضْعب مأ ْ ف ض ْقم اه ف ا تاك ا دجت ْمل فس لع ْمتْ ك ْ تْؤا
هت امأ ل ْعت ا ب ه ه ْلق مثاء ه ف ا ْ تْكي ْ م دا شلا ا تْكت ا ه ب ه ق تيْل
ميلع “Jika kamu dalam perjalanan dan bermu`amalah tidak secara tunai sedang
kamu tidak memperoleh seorang penulis, maka hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang oleh yang berpiutang. Akan tetapi jika sebagian
kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya hutangnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya; dan janganlah kamu para saksi menyembunyikan persaksian. Dan barangsiapa yang menyembunyikannya, maka sesungguhnya ia adalah orang
yang berdosa hatinya; dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. Qs.2:283
Ayat ini memberikan bimbingan tentang etika utang piutang seperti: 1.
Tercatat
2. Ada saksi
3. Jangka waktu yang ditetapkan
4. bagaimana pula jika terjadi perselisihan antara kedua belah pihak.
Dari ayat diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan pinjam meminjam dengan menyertakan jaminan sudah ada sejak dahulu kala. Ayat tersebut menjelaskan
30
Johannes Ibrahim, Cross Default Dan Cross Collateral Sebagai Upaya Penyelesaian Kredit Bermasalah. Bandung : Refika Aditama, 2004, hal. 56
bahwa dalam setiap transaksi jual beli dengan utang-piutang wajib dicatatkan secara jujur dan menghadirkan saksi.
A. MEKANISME JAMINAN BERUPA SURAT KEPUTUSAN
PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL.
Penyaluran kredit kepada masyarakat oleh bank sering terbentur kepada ketiadaan jaminan berupa agunan yang dimiliki oleh calon debitor.
Menghadapi kendala ketiadaan jaminan tersebut, bank sebagai penyalur dana menyikapi dengan mengadakan penawaran kepada pegawai negeri sipil
berupa penawaran kredit dengan tanpa penyertaan agunan. Selanjutnya
mengenai jaminan kredit dilihat dari fungsinya dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Jaminan yang didasarkan atas keyakinan bank terhadap karakter dan
kemampuan nasabah debitor untuk membayar kembali kreditnya, dengan dana yang berasal dari usaha yanng dibiayai kredit, yang
tercermin dalam cash low nasabah debitor atau yang lebih dikenal dengan first way out. Untuk memperoleh keyakinan tersebut, bank harus
melakukan analisis dan evaluasi atas watak karakter, kemampuan,
modal serta prospek debitor;
2. Jaminan yang didasarkan atas likuiditas agunan second way out apabila
dikemudian hari first way out tidak dapat digunakan sebagai alat pembayaran
kembali kredit.
Sedangkan berdasarkan
sumber pendanaannya, agunan kredit dibedakan menjadi agunan pokok dan
agunan tambahan, yaitu :
a. Agunan Pokok
Sesuai penjelasan Pasal 8 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, tersirat bahwa agunan pokok adalah agunan yang pengadaannya
bersumber dibiayai dari dana kredit bank. Agunan ini dapat berupa barang, proyek tanah dan bangunan, mesin-mesin, persediaan
daganghak tagih, dan lain-lain. Agunan kredit dapat hanya berupa agunan pokok tersebut apabila berdasarkan aspek-aspek lain dalam
jaminan utama watak, kemampuan, modal dan prospek, diperoleh
keyakinan atas kemampuan debitor untuk mengembalikan hutangnya.
b. Agunan Tambahan
Adalah agunan yang tidak termasuk di dalam batasan agunan pokok tersebut diatas. Misalnya surat berharga, surat rekta, garansi risiko,
jaminan pemerintah, lembaga penjamin dan lain-lain.
Bank lebih menekankan unsur kepercayaan untuk memberikan kredit dengan jaminan Surat Keputusan Pegawai Negeri Sipil. Dari unsur tersebut
dapat diketahui bahwa pihak bank tetap memakai prinsip kehatihatian dan prinsip mengenal nasabah, dimana juga debitor sebagai Pegawai Negeri Sipil
selalu menjaga dan tidak merusak kredibilitasnya. Berdasarkan ketentuan tersebut, dapat diketahui bahwa setiap bank
umum dapat menetapkan kebijakan yang akan ditetapkannya dalam prinsip mengenal nasabah asalkan dari kebijakan yang ditetapkannya tersebut dapat
diperoleh keyakinan terhadap kemampuan nasabah untuk melunasi hutangnya. Prinsip bank dapat dilakukan dengan sistem penilaian terhadap
watak, kemampuan, modal, dan prospek usaha dari nasabah tersebut yang
dikenal dengan istilah The 5C’s of Credit Analysis yang merupakan ukuran
kemampuan penerima kredit debitor untuk mengembalikan pinjamannya, yaitu :
a. Watak Character
Yang dimaksud dengan watak disini adalah kepribadian, moral, dan kejujuran pemohon kredit. Apakah ia dapat memenuhi kewajibannya
dengan baik, yang timbul dari persetujuan kredit yang akan diadakan. Hal ini menyangkut sampai sejauh mana kebenaran dari keteranganketerangan
yang diberikan pemohon tentang data-data kepribadian, seperti asal usul kehidupan pribadi, apakah pemohon seorang yang royal, keadaan masa
lalunya, apakah pernah terlibat didalam black list dan sebagaimana informasi dan referensi antara bank, juga dibutukan.
b. Kemampuan Capacity
Yang dimaksud kemampuan adalah kemampuan mengendalikan, memimpin, menguasai bidang usahanya, kesungguhan dan melihat
perspektif masa depan, sehingga pada akhirnya akan terlihat kemampuan dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.
c. Modal Capital
Pemohon disyaratkan wajib memiliki modal sendiri dan kredit dari bank berfungsi sebagai tambahan. Untuk melihat penggunaan modal apakah
efektif, dolihat laporan keuangan dengan melakukan pengukuran seperti dari segi likuiditas, solvaliditas, rentabilitas dan juga harus dilihat dari
sumber mana saja modal yang ada sekarang ini.
d. Jaminan Collateral
Merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun non fisik. Jaminan hendaknya melebihi jumlah kredit yang
diberikan dan juga harus diteliti keabsahannya sehingga jika terjadi suatu masalah, maka jaminan yang dititipkan akan dapat dipergunakan secepat
mungkin. e.
Kondisi Ekonomi Condition of Economy Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi dan politik
sekarang dan masa yang akan datang sesuai sektor masing-masing, serta prospek usaha dari sektor yang ia jalankan. Penilaian prospek bidang
usaha yang dibiayai hendaknya benar-benar memiliki prospek yang baik, sehingga kemungkinan kredit tersebut bermasalah relatif kecil.
Adapun contoh dalam pengajuan kedit oleh Pegawai Negeri Sipil di Bank BRI adalah program BRIguna dimana sebagai kredit yang diberikan
kepada calon debitur dengan sumber pembayaran yang berasal dari sumber penghasilan tetapfixed income gajiuang pensiun. Program ini ditjukan
untuk menunjang kehidupan pegawai dalam meningkatkan kesejhteraan hidupnya yang dapat digunakan untuk pembiayaan keperluan produktif dan
non produktif misalnya; pembelian barang bergeraktidak bergerak, perbaikan rumah, keperluan kuliahsekolah, pengobatan, pernikahan dan lain-
lain.
31
31
Bank Rakyat Indonesia, melalui http:www.bri.co.idarticles41
pada tanggal 15 Agustus 2014 pukul 23.09 WIB.
Fasilitas yang ditawarkan dalam program BRIguna ini bisa dibilang cukup mempermudah para Pegawai Negei Sipil untuk mewujudkan
kesejahteraannya. Kemudahan yang akan diterima oleh calon debitur antara lain adalah:
a. Permohonan pinjaman dapat diajukan ke Kantor Cabang BRI dan
Kantor Cabang Pembantu BRI serta Kantor BRI Unit di Seluruh Indonesia yang memiliki kerjasama dengan intansi tempat pegawai
bekerja. b.
Angsuran bersifat tetap. c.
Jangka waktu maksimal 10 tahun. d.
Nasabah diikutsertakan asuransi jiwa kredit.
Syarat Pengajuan Kredit BRIguna :
DOKUMEN PEGAWAI
PENSIUN
Copy identitas diri V
V Copy KK
V V
Asli SK Pengangkatan Pertama SK terakhir
V -
Asli SKI Pensiun -
V Daftar Pembayaran PensiunDapem
- V
Copy Karip -
V Buku Pensiun
- V
Perincian Gaji Terakhir V
-
Surat Pernyataan Debitur V
V Surat Rekomendasi dari Atasan
V -
Surat Kuasa Potong GajiPensiun V
V Surat Kuasa Debet Rekening
V V
Copy buku tabungan BRI V
V
Dari penjelasan dan syarat pengajuan kredit di PT Bank BRI diatas maka yang ditonjolkan dari 5C tersebut adalah Character dan Capacity to
Repay. Itulah sebabnya dalam hal ini, bank meminta persyaratan Surat Keputusan Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil untuk mengetahui pekerjaan
dari calon debitor, dan dari surat tersebut kemudian dapat dinilai kemampuan untuk membayar kembali berdasar jumlah kredit yang akan dikucurkan dan
pokok gaji dari calon debitor tersebut berdasarkan golongan dan kepangkatan terakhir.
B. LANGKAH-LANGKAH YANG DILAKUKAN JIKA TERJADI
KREDIT MACET. 1.
Kredit Macet Disebabkan Debitur Tidak Mampu Membayar.
Seorang debitur tidak akan melakukan wanprestasi jika tidak ada sebab-sebabnya, untuk mengetahui sebab-sebab tersebut diperlukan suatu
pengamatan yang mendalam. Penyebab dari kemacetan kredit bank
terutama karena kesulitan keuangan yang dialami debitur.
32
Kesulitan keuangan ini menyebabkan debitur tidak dapat mengembalikan
pinjamanya tepat pada waktunya. Kesulitan keuangan yang dialami itu bisa disebabkan karena faktor intern dan faktor ekstern. Dalam hal ini
debitur bisa menjadi dua macam, diantaranya debitur yang memang mengandalkan gaji atau upah yang ia dapatkan dalam pekerjaannya, ada
juga debitur yang mengandalkan perusahaan atau usaha yang dijalankannya sebagai pemasukan untuk membayar kredit.
Faktor intern pada debitur yang mengandalkan upah kerja adalah faktor yang muncul dari diri sendiri, dimana debitur lalai dalam bekerja
yang menyebabkan debitur diberhentikan dari tempat ia bekerja sehingga debitur tidak mendapatkan upah atau pemasukan uang lagi yang dengan
kata lain tidak dapat membayar kredit pada pihak bank diantaranya :