Jumlah bank yang beroperasi terus meningkat menyebabkan persaingan antar bank kian ketat. Dalam melakukan persaingan
tersebut bank selalu memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat agar mendapatkan nasabah yang banyak dan nasabah
yang sudah ada tidak berpaling ke bank lainnya. Dalam kondisi seperti ini banyak bank yang bertindak spekulatip, dengan
memberikan fasilitas yang mudah untuk nasabahnya dengan mengabaikan prinsip-prinsip perbankan yang sehat.
b. Hubungan ke dalam.
Hubungan ini banyak terjadi dilingkungan bank swasta. Hubungan yang dimaksud adalah hubungan bank dengan perusahaan
perusahaan yang tergabung dalam kelompoknya dan juga hubungan dengan para pengurus serta pemegang saham. Dari hubungan
tersebut bank cenderung setia melayani nasabah yang mempunyai hubungan dalam ini dengan segala kemudahan walaupun proyek
yang dibiayai kurang menguntungkan. Itulah yang menjadi salah satu faktor jatuhnya usaha bank.
c. Pengawasan.
Pengawasan dilakukan baik oleh bank itu sendiri melalui bagian pengawasan kredit maupun oleh Bank Indonesia. Terlepas dari
pengawasan yang dilakukan, apabila pengawasan lemah maka prinsip-prinsip perbankan tidak dapat dijalankan dengan baik.
BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN KERJA DAN SURAT
KEPUTUSAN PENGANGKATAN PEGAWAI NEGERI SIPIL SK PNS A.
PENGERTIAN PERJANJIAN KERJA.
Perjanjian kerja mempunyai manfaat yang sangat besar bagi para pihak yang membuat perjanjian kerja tersebut, karena dengan perjanjian
kerja yang dibuat dan di taati dengan itikad baik dapat menciptakan suatu ketenangan dalam bekerja serta menjadi jaminan akan kepastian hak dan
kewajiban para pihak yang terkait. Dengan demikian produktivitas dapat meningkat
sehingga para
pengusaha dapat
mengembangkan perusahaannya menjadi lebih luas dan membuka lapangan kerja yang baru,
maka berarti pula ikut dalam berpartisipasi dalam pembangunan nasional. Perjanjian kerja yang baik memiliki sifat-sifat khusus sebagai berikut:
22
1. Menerbitkan suatu hubungan yang diperatas, yaitu hubungan antar
pekerja dan atasan. Dimana pihak yang satu berhak memberikan perintah
– perintah kepada pihak yang lain bagaimana pekerja harus melakukan pekerjaannya.
2. Selalu diperjanjikan suatu gaji atau upah, yang lazimnya berupa
uang, tetapi ada juga sebagian berupa pengobatan dengan percuma, kendaraan, makanan, penginapan, pakaian, dan
sebagainya.
22
Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja: Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubugan Kerja, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, hal. 23.
3. Dibuat untuk suatu waktu tertentu atau sampai diakhiri oleh salah
satu pihak. Dalam undang-undang ketenagakerjaan memang tidak dijumpai
syarat-syarat seorang pengusaha berhak atau tidak membuat perjanjian kerja, dan tidak ada tentang syarat seseorang berhak atau tidak menjadi
pengusaha. Oleh karena itu untuk meninjau hal ini harus kembali melihat ketentuan KUH perdata di dalam pasal 1330 KUH perdata dimana orang
yang belum dewasa, orang yang dalam pengampuan dan orang gila tidak berhak membuat suatu persetujuan, terlebih lagi menjadi seorang
pengusaha.
B. SYARAT SAHNYA PERJANJIAN KERJA.
Setiap perjanjian kerja dapat dibuat secara tertulis dan lisan. Dalam perjanjian kerja tertulis maupun lisan, harus dilaksanakan sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Berikut ini adalah syarat syarat dalam membuat perjanjian kerja:
23
1. Kesepakatan kedua belah pihak
2. Kemempuan atau kecakapan dalam melakukan perbuatan hukum.
3. Adanya pekerjaan yang dijanjikan
4. Pekerjaan yang dijanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban
umum, kesusilaan, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
23
Repubik Indonesia, Undang-Undang Tentang Ketenagakerjaan, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, pasal 52.
Perjanjian kerja tanpa adanya kesepakatan para pihak ataupun salah satu pihak tidak mampu atau tidak cakap melakukan perbuatan
hukum, maka perjanjian tersebut bisa dibatalkan. Sedangkan jika perjanjian tersebut dibuat tanpa adanya pekerjaan yang diperjanjikan
ataupun pekerjaan yang diperjanjikan melanggar ketertiban hukum, kesusilaan, dan undang-undang yang berlaku, maka perjanjian tersebut
batal demi hukum. Perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis sekurang- kurangnya memuat:
24
1. Nama, alamat perusahaan, dan jenis usaha.
2. Nama, jenis kelamin, umur, dan alamat pekerja.
3. Jabatan atau jenis pekerjaan.
4. Tempat pekerjaan.
5. Besarnya upah dan cara pembayarannya.
6. Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha
dan pekerja. 7.
Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja. 8.
Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat. 9.
Tanda tangan para pihak dalam perjanjian kerja. Perjanjian kerja harus dibuat sekurang-kurangnya rankap dua, yang
mempunyai kekuatan hukum yang sama, serta pekerja maupun pengusaha masing-masing mendapat satu perjanjian kerja.
24
Repubik Indonesia, Undang-Undang Tentang Ketenagakerjaan, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003, pasal 54.
C. JENIS-JENIS PERJANJIAN KERJA.
1. Perjanjian kerja untuk waktu tertentu.
Perjanjian kerja waktu tertentu harus dibuat secara tertulis dengan menggunakan bahasa indonesia dan huruf latin serta harus
memenuhi syarat-syarat, antara lain: a.
Harus mempunyai jangka waktu tertentu. b.
Adanya suatu pekerjaan yang selesai dalam kurun waktu tertentu. c.
Tidak mempunyai syarat-syarat masa percobaan. Jika perjanjian kerja untuk waktu tertentu bertentangan dengan
ketentuan diatas maka perjanjian tersebut akan dianggap sebagai perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu. Perjanjian kerja untuk
waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan pekerjaan akan selesai dalam
waktu tertentu, yaitu: a.
Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya. b.
Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama dan paling lama tiga tahun.
c. Pekerjaan yang bersifat musiman.
d. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru,
atau produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan. Perjanjian kerja waktu tertentu yang didasarkan atas jangka
waktu tertentu dapat diadakan untuk paling lama dua tahun dan boleh diperpanjang satu kali untuk jangka waktu paling lama satu tahun.
Untuk perusahaan yang ingin memperpanjang jangka waktu paling lambat tujuh hari sebelum perjanjian kerja waktu tertentu berakhir
memberitahukan secara tertulis kepada pekerja yang bersangkutan.
2. Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu.
Perjanjian untuk waktu tidak tertentu adalah suatu perjanjian kerja yang umum dijumpai dalam suatu perusahaan, yang tidak memiliki
jangka waktu berlakunya. Dengan demikian maka perjanjian kerja waktu tidak tertentu akan berlaku terus sampai:
a. Pihak pekerja memasuki usia pensiun.
b. Pihak pekerja diputuskan hubungan kerjanya oleh perusahaan karena
membuat kesalahan. c.
Pekerja meninggal dunia. d.
Adanya putusan pengadilan yang menyatakan pekerja telah melakukan tidak pidana sehingga perjanjian kerja tidak dapat
dilanjutkan. Perjanjian kerja untuk waktu tidak tertentu tidak akan berakhir
dikarenakan pengusaha atau pemilik perusahaan meninggal atau beralihnya hak atas perusahaan yang disebabkan oleh penjualan
perusahaan, pewarisan perusahaan ataupun dihibahkannya perusahaan tersebut. Apabila hal itu terjadi maka hak para pekerja beralih menjadi
tanggung jawab pengusaha yang baru, kecuali ditentukan lain dalam perjanjian peralihan yang tidak mengurangi hak-hak para pekerja.
Namun apabila
pengusaha meninggal
dunia dan
mewarisi
perusahaannya ahli waris dapat mengakhiri perjanjian kerja setelah melakukan perundingan kepada pekerja yang bersangkutan.
Tidak seperti perjanjian kerja waktu tertentu, perjanjian kerja waktu tidak tertentu dapat dibuat secara tertulias maupun lisan. Namun
apabila perjanjian dibuat secara lisan, pengusaha harus membuat surat pengangkatan bagi para pekerja, dengan sekurang kurangnya memuat
tentang:
25
a. Nama dan alamat pekerja.
b. Tanggal mulai bekerja.
c. Jenis pekerjaan.
d. Besarnya upah.
D. KEWAJIBAN PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN KERJA
1. Kewajiban pekerja.
Dalam KUH perdata pasal 1603d dinyatakan bahwa pekerja yang baik adalah :
“pekerja yang menjalankan kewajiban-kewajibannya dengan baik, yang dallam hal ini kewajiban untuk elakukan atau tidak
melakukan segala sesuatu yang dalam keadaan sama, seharusnya dilakukan atau tidak dilakukan”
Selanjutnya dalam KUH perdata yang sampai sekarang
dipakai sebagai pedoman dirinci kewajiban pekerja sebagai berikut :
25
Zaeni Asyhadie, Hukum Kerja: Hukum Ketenagakerjaan Bidang Hubugan Kerja, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, hal. 74.
a. Pekerja berkewajiban untuk melakukan pekerjaan yang dijanjikan
menurut kemampuannya dengan sebaik-baiknya. b.
Pekerja atau buruh berkewajiban melakukan sendiri pekerjaannya, hanya dengan seijin pengusaha pekerja bisa menyuruh orang ketiga
untuk menggantikannya. c.
Pekerja wajib taat terhadap peraturan mengenai hal melakukan pekerjaannya.
d. Pekerja yang tinggal pada pengusaha, wajib berkelakuan baik
menurut tata tertib rumah tangga pengusaha. Selain itu pekerja berkewajiban melakukan tugas-tugas antara
lain sebagai berikut:
Melakukan pekerjaan.
Pengertian pekerjaan dan seperti apa pekerjaan yang haru dikerjakan oleh pekerja atau buruh tidak dijumpai dalam peraturan
ketenagakerjaanUndang-undang No.13 Tahun 2003. Pekerjaan yang diperjanjikan oleh pekerja atau buruh harus dikerjakan sendiri
oleh pekerja tersebut, apalagi kalau pekerjaan itu adalah pekerjaan yang
memerlukan keahlian
tertentu akan
menimbulkan ketidakmungkinan untuk diganti oleh orang lain, tidak bisa pula
pekerja tersebut menyuruh salah seorang keluarganya untuk menggantikannya masuk bekerja apabila pekerja berhalangan masuk.
Petunjuk pengusaha.
Petunjuk pengusaha adalah petunjuk-petunjuk yang harus diperhatikan oleh pekerja dalam menjalankan pekerjaannya.
Petunjuk petunjuk inidiberikan oleh penguasa atau oleh orang yang dikuasakan untuk itu selama pekerja tersebut melaksanakan
pekerjaannya. Sebetulnya ketentuan tentang adanya petunjuk pengusaha dalam melaksanakan pekerjaan ini didasarkan atas
ketentuan KUH perdata, khususnya pasal 1603b yang menentukan bahwa : “buruh wajib menaati aturan tentang hal melaksanakan
pekerjaan dan aturan yang ditujukan kepada perbaikan tata tertib dalam perusahaan majikan yang diberikan kepadanya oleh orang
atau atas nama majikan dalam batas-batas aturan perundang- undangan, atau bila tidak ada, menurut kebiasaan.”
26
Namun kita mempunyai pancasila sebagai pandangan hidup dan dasar falsafah
negara. Pancasila itu harus diwujudkan dalam kehidupan nyata, termasuk dalam kehidupan ketenagakerjaan, maka ketentuan pasal
1603b khususnya dan ketentuan KUH perdata bab 7a umumnya harus diserasikan dengan pancasila.
Dengan adanya hubungan pancasila ini, jelaslah bagaimana kedudukan KUH perdata sekarang di dalam dunia ketenagakerjaan
kita. KUH perdata sekarang hanya dapat dipakai sebagai pedoman, itupun bagi ketentuan yang serasi dengan hubungan pancasila,
26
Repubik Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, pasal 1603b.