pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan masyarakat.
16
3. Prinsip Penilaian terhadap Pemberian Kredit Perbankan
Prinsip penilaian atau analisis kredit dilakukan secara cermat dan teliti dengan senantiasa memerhatikan atau berpedoman pada
ketentuan yang berlaku yang mencakup analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. Penilaian setiap permohonan kredit sangat
tergantung pada faktor-faktor pokok mengenai kredit, seperti jenis usaha, sektor ekonomi, tujuan penggunaan kredit, jumlah kredit, dan
faktor lain sejenisnya. Pada praktik perbankan nasional, prinsip dasar dalam menganalisis kredit dengan mengacu pada faktor-faktor
tersebut di atas lazim dikenal dengan “Prinsip 5C The 5C’s Principles
”. Pentingnya penerapan prinsip-prinsip inilah yang menjadikan keenam prinsip ini sebagai „jaminan awal‟ debitur untuk
dipertimbangkan agar
memeroleh kredit
yang sebagaimana
dimohonkan kepada pihak bank. Dalam undang-undang perbankan 1967 jenis bank dapat
dibedakan dari segi fungsi dan segi kepemilikannya. Dari segi fungsi ada 4 jenis bank yaitu Bank Sentral, Bank Umum, Bank Tabungan
dan Bank Pembangunan. Sedangkan dilihat dari kepemilikannya
16
Rahmadi Halim , “Pelaksanaan Perjanjian Kredit Dengan Jaminan Surat Keputusan
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Studi Penelitian di PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk, Cabang Lumajang
”, Tesis 2006.
terdapat 3 macam, yaitu Bank Milik Negara, Bank Koperasi dan Bank Swasta.
Namun pada Undang-undang yang baru, Undang-undang Perbankan tahun 1992, jenis bank hanya dilihat dari segi fungsinya
saja. Dimana hal ini diatur dalam pasal 5 ayat 1, yang terdiri dari :
17
a. Bank Umum, yaitu bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu
lintas pembayaran pasal 1 butir 2. b.
Bank Perkreditan Rakyat, yaitu bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan danatau
bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu pasal 1 butir 3.
4. Dasar Hukum Kredit Bank
Pengaturan perbankan pada masa awal kemerdekaan Republik Indonesia, dimulai ketika dilakukan nasionalisasi perusahaan
perbankan kolonial yang dilakukan oleh Pemerintah terhadap De Javasche Bank N.V., yang mana bank ini merupakan bank sentral
yang bersifat pertikelir dan merupakan milik pemerintahan kolonial Hindia Belanda sebagai pemodal. Nasionalisasi ini dilakukan oleh
Pemerintah dengan mengundangkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1951 tentang Nasionalisasi De Javasche Bank N.V. pada
tanggal 15 Desember 1951. Pengundangan UU ini menjadi sejarah terhadap pengambilalihan bank sentral dari tangan pemerintahan
kolonial Hindia Belanda ke tangan Pemerintah Republik Indonesia
17
Supramono, Gatot “Perbankan dan Masalah Kredit” Jakarta:Djambatan, 1996 hal.2