meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Didalam akta perjanjian kredit bank yang pada umumnya mengatur mengenai hak dan kewajiban bank
namun didalam kenyataan yang lebih menonjol adalah ketentuan mengenai hak dibanding dengan ketentuan mengenai kewajiban dari
bank, karena dalam hal ini perjanjian hanya ditentukan secara sepihak oleh pemberi kredit.
b. Pihak Penerima Kredit
Dalam Undang-undang No. 10 tahun 1998 pasal l ayat 18 terdapat adanya pengertian penerima kreditnasabah debitur adalah nasabah
yang memperoleh fasilitas kredit atau pembiayaan berdasarkan prinsip syariah atau yang dipersamakan dengan itu berdasarkan perjanjian bank
dengan nasabah yang bersangkutan. Dalam Pasal 1 ayat 12 Undang- undang No. 10 tahun 1998 menyatakan bahwa penerima kredit
mempunyai kewajiban pokok melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu, dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil
keuntungan.
F. Syarat Sahnya Perjanjian kredit
Untuk syahnya perjanjian harus memenuhi 4 empat unsur seperti yang diatur dalam pasal 1320 KUH Perdata, yaitu :
1. Sepakat mereka yang mengikatkan diri,
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan,
3. Suatu hal tertentu,
4. Suatu sebab yang halal.
Syarat pertama dan kedua adalah mengenai subyektif atau pihak- pihak dalam perjanjian sehingga disebut sebagai syarat subyektif,
sedangkan syarat ketiga dan keempat disebut syarat obyektif karena mengenai syarat obyek perjanjian. Dalam hal ini harus dibedakan antara
syarat subyektif dan syarat obyektif, sebab dalam syarat obyektif jika syarat ini tidak terpenuhi, maka perjanjian ini batal demi hukum artinya
dari semula tidak pernah dilahirkan suatu perjanjian dan tidak pernah ada suatu perikatan, jika syarat ini tidak terpenuhi maka perjanjian bukan batal
demi hukum tetapi salah satu pihak mempunyai hak untuk meminta supaya perjanjian itu dibatalkan. Pihak yang dapat meminta pembatalan
adalah pihak yang tidak cakap atau pihak yang memberikan sepakatnya tidak bebas. Perjanjian demikian dinamakan Voidable.
G. Kredit Macet
Dalam prosesnya nasabah-nasabah yang memperoleh kredit dari bank tidak seluruhnya dapat mengembalikan dengan baik tepat pada
waktuya, sebagian nasabah tidak bisa mengembalikan kredit kepada bank yang telah meminjamnya. Akibat nasabah tidak dapat membayar lunas
utangnya, maka perjalanan kredit terhenti atau macet. Keadaan yang demikian dalam hukum perdata disebut wanprestasi
atau ingkar janji. Sebagaimana telah diketahui bahwa kredit merupakan
perjanjian pinjam uang, maka debitur yang tidak dapat membayar lunas utangnya setelah jangka waktunya habis, adalah wanprestasi.
21
Dalam kredit macet ada beberapa faktor yang mempengaruhinya, antara lain :
1. Berasal dari nasabah
a. Nasabah menyalahgunakan kredit yang diperolehnya.
Dimana nasabah memperjanjikan tujuan kreditnya namun nasabah menyimpang. Misalnya kredit nasabah diperuntukan untuk jasa
pengangkutan, tetapi dipergunakan untuk usaha pertanian. b.
Nasabah kurang mampu mengelola usahanya. Hal ini terjadi kepada nasabah yang tidak memiliki cukup
kemampuan dibidang usahanya namun nasabah mampu meyakinkan pihak bank untuk memberikan kredit. Oleh karena itu usaha yang
dijalankan menghasilkan produksi yang kualitasnya rendah sehingga tidak mampu bersaing.
c. Nasabah tidak beritikad baik.
Dimana nasabah ini dari awal sudah mempunyai itikad buruk, dengan menghindari pembayaran kredit sebelum jatuh tempo dengan
cara melarikan diri atau menghindari tanggung jawab dengan segala daya dan upaya.
2. Berasal dari bank
a. Persaingan antar bank.
21
Supramono, Gatot “Perbankan dan Masalah Kredit” Jakarta:Djambatan, 1996
hal.131