cvi
1. INTERAKSI SOSIAL ASOSIATIF a Kegiatan Pramuka
Kegiatan pramuka yang dilaksanakan setiap sabtu ini, tidak hanya sebatas latihan baris-berbaris. Dalam kegiatan ini juga diadakan kegiatan perkemahan
sabtu-minggu persami yang dilaksanakan di areal dalam lingkungan sekolah ataupun diluar sekolah areal perkemahan cibubur. Seluruh warga sekolah turut
serta, tidak terkecuali guru dan kepala sekolah. Tujuan diadakannya perkemahan sabtu-minggu persami ini selain untuk
melatih kemandirian anak down syndrome karena acara ini membuat mereka harus berpisah sementara dengan orang tua, juga untuk meningkatkan interaksi
sosial anak-anak penyandang down syndrome dan anak-anak berkebutuhan khusus lainnya, agar lebih terjalin rasa kebersamaan.
Didalam kegiatan pramuka ini telah terbentuk suatu proses interaksi sosial asosiatif, yaitu kerjasama dan akomodasi. Salah satu bentuk kerjasama antara
anak-anak down syndrome, anak-anak berkebutuhan khusus lainnya serta guru adalah acara lomba mencari jejak, dimana didalam acara lomba mencari jejak di
bagi beberapa kelompok dan setiap 1 kelompok terdiri dari ± 8 orang disertai dengan 2 orang guru pembimbing. Mereka bekerja sama untuk mencari tanda
petunjuk berupa tanda panah atau pita menuju tempat atau sasaran yang telah disiapkan oleh panitia.
Kerjasama yang telah tercipta diantara anak penyandang down syndrome, anak-anak berkebutuhan khusus dan guru juga tidak terlepas dari adanya bentuk
akomodasi, yaitu dimana masing-masing kelompok berlomba untuk terlebih dulu mendapatkan pita atau tanda panah tersebut. Selain lomba mencari mencari jejak,
cvii kerjasama yang terjalin antara anak down syndrome, guru dan anak-anak
berkebutuhan khusus lainnya adalah pada saat mendirikan tenda. Mereka saling bekerja sama agar tenda yang dipergunakan sebagai tempat untuk istirahat mereka
bisa cepat berdiri. Acara lain yang diadakan adalah pawai obor mengelilingi perumahan
kompleks warga. Dimana acara pawai obor ini dilakukan pada malam hari setelah acara lomba mencari jejak selesai. Acara ini diikuti oleh seluruh peserta pramuka
secara bersama-sama dengan obor yang sudah dibawa oleh masing-masing peserta dari rumah.
Acara ini dilakukan agar seluruh anak-anak down syndrome dan anak- anak berkebutuhan khusus lainnya dapat saling mengenal teman mereka lebih
dekat antara satu dengan yang lainnya dan bisa menjalin rasa komunikasi dengan lebih baik.
Selain diadakannya lomba mencari jejak, acara lain yang diadakan adalah kegiatan sholat berjamaah. Dengan diadakannya sholat berjamaah selain lebih
mendekatkan diri mereka kepada Sang Pencipta-Nya, mereka juga dapat mengetahui tentang tata cara sholat yang benar.
Anak-anak down syndrome ikut kegiatan pramuka ini karena keinginan mereka sendiri, tanpa paksaan dari siapapun jadi, tidak begitu sulit bagi guru
pembimbing atau guru untuk mengatur mereka dalam setiap acara yang diadakan. Selain kegiatan persami yang diadakan, SLB Dharma Asih juga
mengikutsertakan beberapa orang anak down syndrome dan anak-anak berkebutuhan khusus lainnya dalam kegiatan pramuka ditingkat kabupaten atau di
tingkat provinsi. Mereka yang dikut sertakan dalam kegiatan pramuka ditingkat
cviii selanjutnya adalah mereka yang dianggap mampu untuk melakukan segala
kegiatan didalam kegiatan pramuka itu dan cukup baik dalam berinteraksi sosial.
2 Kegiatan Olah Raga
Kegiatan olah raga yang dilaksanakan di sekolah ini, bukan hanya pelajaran olah raga pada umumnya. SLB Dharma Asih mengikutsertakan anak-
anak down syndrome dan anak-anak berkebutuhan khusus lainnya dalam bidang olah raga tingkat provinsi SOIna.
Adapun tujuan di ikutsertakannya anak-anak down syndrome dan anak- anak berkebutuhan khusus lainnya di bidang olah raga pada tingkat provinsi
SOIna agar mereka menjadi percaya diri bahwa mereka juga memiliki kemampuan yang sama dengan anak-anak normal lainnya sehingga mereka dapat
bersosialisasi dengan baik tanpa timbul perasaan tidak percaya diri akibat perbedaan fisik yang mereka miliki dan menghapus semua stigma yang mereka
dapatkan dari masyarakat selama ini. ”Olah raga tingkat provinsi SOIna ini dilaksanakan setiap tahun, dengan
olahraga yang dipertandingkan adalah atletik. Tetapi, pada tahun 2008 lalu, SLB Dharma Asih tidak mengirimkan anak-anak down syndrome dan
anak-anak berkebutuhan khusus lainnya dalam kegiatan ini dikarenakan kegiatan ini berbenturan dengan kegiatan-kegiatan sekolah yang lain”.
74
Anak-anak berkebutuhan khusus yang diikut sertakan dalam kegiatan SOIna ini, baik dari SLB Dharma Asih maupun dari sekolah lain disesuaikan
dengan kategori masing-masing. Anak-anak down syndrome yang termasuk kedalam kategori tuna grahita sedang disatukan dengan kelompok anak tuna
74
Wawancara Pribadi dengan Ibu Sudarsih kepala sekolah. Depok, Rabu 10 Desember 2008
cix grahita sedang lainnya, yang memiliki kemampuan olah raga yang hampir sama
dengan mereka. Adapun kegiatan yang dipertandingkan dalam SOIna ini adalah olah raga
yang terdapat dalam cabang atletik, antara lain: Lari jarak jauh 400m, Lari jarak dekat 100 atau 200m , Lempar lembing, Lari estafet dll. Didalam kegiatan yang
melibatkan perwakilan seluruh sekolah luar biasa yang terdapat diprovinsi Jawa Barat ini, telah terjalin peningkatan hubungan interaksi sosial antara anak-anak
down syndrome dari SLB Dharma Asih dengan anak-anak down syndrome atau
anak-anak berkebutuhan khusus dari sekolah lain. Karena anak-anak down syndrome
di SLB Dharma Asih dapat bertemu dan menjalin komunikasi dengan teman-teman sebaya mereka yang baru dikenal.
Interaksi sosial asosiatif yang terbentuk didalam kegiatan ini, hampir sama dengan kegiatan pramuka yaitu kerjasama. Anak-anak down syndrome dan anak-
anak berkebutuhan khusus lainnya yang diikut sertakan dalam kegiatan ini, saling bekerja sama untuk dapat memenangkan setiap olah raga yang dipertandingkan,
agar mereka bisa mengharumkan nama sekolah mereka, yaitu SLB Dharma Asih.
3 Syuting Film Seni Peran
Program kegiatan interaksi sosial SLB Dharma Asih yang baru dilaksanakan adalah diikutsertakannya anak-anak down syndrome dalam
pembuatan film oleh DAAI Tv yang mengangkat kisah nyata tentang seorang guru SLB dan rencananya akan ditayangkan pada bulan Mei 2009.
75
”Anak-anak down syndrome dan anak-anak berkebutuhan khusus lainnya yang ikut dalam pembuatan syuting film ini sangat senang. Mereka tidak
75
Ibid
cx mengenal bosan dan capek. Walaupun syuting dilakukan sampai malam
hari. Mereka yang paling semangat diantara guru dan beberapa orang tua yang terlibat dalam pembuatan film ini. Anak-anak yang sebelumnya
sangat sulit untuk berkomunikasi dengan teman, ditempat syuting ini diharuskan untuk selalu berkomunikasi, bukan hanya dengan teman-teman
yang terlibat dalam film, tapi juga dengan orang-orang yang baru mereka kenal”.
76
Mereka tidak mengenal kata capek dan bosan walaupun daerah untuk tempat lokasi syuting harus selalu brpindah dan pindah dan jarak antara lokasi
yang satu dengan yang lain memiliki jarak yang jauh. Anak-anak down syndrome yang sebelumnya malas berkomunikasi
dengan teman-teman mereka, baik dilingkungan sekolah maupun lingkungan rumah sehingga menyebabkan interaksi sosial diantara mereka tidak terjalin
dengan baik, dilokasi syuting inilah mereka diajarkan untuk selalu melakukan komunikasi dengan teman-teman atau dengan para kru film.
Kegiatan ini selalu menuntut adanya komunikasi yang baik antara satu dengan yang lain karena komunikasi merupakan salah satu syarat terbentuknya
suatu proses interaksi sosial. Pada saat syuting film, anak-anak down syndrome tidak begitu sulit untuk
diatur lagi. Mereka mengikuti apa yang sudah diarahkan oleh sutradara dan para kru film, karena telah tercipta komunikasi yang lebih baik antara para kru film dan
anak-anak down syndrome. Dan dari pihak kru film sendiri juga sudah bisa memahami dan mengerti sifat yang dimiliki anak-anak down syndrome. Kru film
membiarkan anak-anak down syndrome melakukan apa yang mereka ingin lakukan pada saat syuting film asalkan masih berada didalam batas kewajaran.
76
Wawancara Pribadi dengan Orang Tua klien. Depok, Senin 26 Januari 2009
cxi Tetapi, adakalanya perbuatan yang dilakukan oleh anak-anak down
syndrome pada saat syuting berlangsung menjadi sesuatu hal yang bagus untuk dimasukkan ke dalam film, karena itu merupakan sifat yang alami dan natural dari
anak-anak down syndrome. Pada saat break istirahat syuting, hal yang dilakukan oleh kru film agar
lebih terjalin lagi keakraban antara anak-anak down syndrome dengan mereka dan agar anak-anak tidak merasa bosan, anak-anak down syndrome diajak untuk
bercerita tentang apa saja yang ingin mereka ceritakan, apakah tentang pengalaman syuting mereka hari itu atau tentang apa saja. Dan hal itu terbukti bisa
mengakrabkan mereka satu sama lain.
77
Dengan keakraban yang terjalin antara kru film dan anak-anak down syndrome
, secara tidak langsung didalam kegiatan ini telah terbentuk suatu proses interaksi sosial asosiatif, kerjasama. Suatu kerjasama yang membuat proses
syuting film ini terasa menyenangkan baik bagi anak-anak down syndrome dan para kru film.
Walaupun kegiatan interaksi sosial syuting film ini merupakan kegiatan yang baru dilaksanakan tetapi, kegiatan ini telah berhasil meningkatkan hubungan
anak down syndrome dalam berkomunikasi dengan teman-temannya baik dilingkungan sekolah maupun lingkungan rumah. Sebagai contoh, ada seorang
anak down syndrome yang sangat jarang sekali berbicara atau berkomunikasi dengan teman-temannya ataupun dengan gurunya dan jika ditanya jawabannya
cuma 2, ya atau tidak. Apabila jam istirahat pun dia tidak bergaul atau bermain dengan teman-temannya, yang dilakukannya cuma duduk sendiri atau duduk
77
Observasi langsung. Studio Alam, Depok. Desember 2008
cxii didalam mobil. Tetapi, setelah diikutsertakan dalam kegiatan syuting film ini,
hubungan dia dengan teman-temannya menjadi lebih baik. Selain itu, komunikasi dengan teman-temannya dan guru juga mengalami peningkatan yang sangat
baik.
78
2. Interaksi Sosial Disasosiatif a Kegiatan Pramuka