Ciri-Ciri Interaksi Sosial Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi

lxxix 3 Pertentangan atau Konflik Konflik adalah suatu proses sosial, dimana orang perorangan atau kelompok manusia berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan. Sebab-sebab pertentangn itu meliputi perbedaan antar individu, perbedaan kebudayaan, perkembangan kepentingan dan perubahan sosial.

3. Ciri-Ciri Interaksi Sosial

Adapun ciri-ciri interaksi sosial, sebagai berikut : 36 a Jumlah Pelaku Lebih Dari Satu Orang Didalam berinteraksi, manusia tidak akan dapat berinteraksi dengan baik hanya dengan sendiri saja. Hal ini merupakan penghambat bagi terlaksananya berinteraksi sosial, dengan demikian bahwa didalam berinteraksi sosial harus lebih dari satu orang. b Terjadinya Komunikasi di Antara Pelaku Melalui Kontak Sosial Manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain didalam kehidupan, sehingga setiap manusia atau kelompok masyarakat didalam menjalankan kehidupannya sangat membutuhkan pendamping atau orang lain. Didalam berinteraksi, manusia melakukan komunikasi antara satu dengan yang lain sehingga menimbulkan kontak sosial yang harmonis, karena didalam komunikasi itu terdapat perasaan saling mengerti dan saling menghargai satu sama lain. 36 Taufik Rahman Dhohiri. Sosiologi Jakarta:Yudistira. 2000 Cet. Ke-1, h. 23 lxxx c Memiliki Maksud atau Tujuan yang Jelas Dalam rangka memenuhi hidup, manusia memiliki suatu tujuan untuk mencapai hidupnya itu. Tidak mungkin manusia tahu masyarakat berinteraksi tanpa adanya tujuan. Dan tujuan dari tiap-tiap manusia itu selalu berbeda, jadi tujuan yang harus dimiliki dalam rangka memenuhi hidup manusia itu mutlak ada, namun berbeda pada tiap manusia sesuai dengan kebutuhan yang diperlukannya. 37 d Ada dimensi waktu masa lampau, masa kini, dan masa mendatang Dimensi waktu ini yang akan menentukan sikap aksi yang sedang berlangsung.

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi interaksi

sosial Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terciptanya proses interaksi sosial, yaitu imitasi, sugesti, simpati, empati dan motivasi. 38 Faktor-faktor ini mendasari terjadinya interaksi secara tunggal dan ada kalanya beberapa faktor memicu tingkah laku ini secara bersamaan. a Imitasi Dalam proses interaksi sosial, imitasi memiliki peranan yang penting. Bagi anak kecil, imitasi merupakan modal dasar untuk berhubungan dengan orang lain. Bahasa yang menjadi media dalam proses komunikasi antar sesama manusia dipelajarinya melalui mekanisme ini. Dengan cara mengingat dan menirukan kata 37 Ibid, h.24 38 W. A Gerungan, h. 58 lxxxi yang diucapkan ibunya, seorang anak dapat mengkomunikasikan keinginan dan mengekspresikan dirinya kepada orang lain. Seiring dengan bertambahnya usia dan pengalaman, partisipasi seseorang kontak sosial dalam masyarakat meningkat. Ia menjalin hubungan persahabatan dengan orang lain, kerjasama dan melakukan aktifitas sosial lainnya. untuk memperlancar hal ini, individu berupaya mengembangkan pola-pola tingkah lakunya. Salah satu faktor yang berperan dalam proses ini adalah imitasi. Dengan memahami aspek imitasi dalam proses interaksi maka dapat diketahui penyebab keseragaman dalam pandangn dan tingkah laku orang banyak dalam suatu kelompok sosial. Dari sini dapat disimpulkan bahwa imitasi merupakan hasil dari proses belajar. b Sugesti Gerungan mendefinisikan sugesti sebagai suatu proses dimana seseorang menerima pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa disertai sikap kritis. 39 Dari defini ini, terdapat kesamaan antara sugesti dan imitasi yang merupakan suatu mekanisme paniruan tingkah laku orang lain. Perbedaan di antara keduanya terletak pada sikap orangyang pandangan dan tingkah lakunya ditiru. Dalam proses sugesti, seseorang secara aktif memberikan uraian dan arahan dan pandangan dan tingkah lakunya pada orang lain, ia berharap hal tersebut diterima dan diikuti. Berbeda halnya dengan imitasi, seseorang meniru atau mengikuti tingkah laku orang lain tanpa adanya peran aktif dari orang yang ditiru. Subjek yang bersangkutan tidak mengarahkan orang lain agar mengikuti 39 Ibid, h. 64 lxxxii tingkah lakunya, bahkan ia kadang kala tidak menyadari tingkah lakunya diikuti orang lain. Orang yang terkena sugesti umumnya menerima apa saja yang dianjurkan orang lain. Hal ini mudah ketika cara berfikir orang tersebut umumnya terhambat karena kelelahan yang disebabkan terlalu banyak berfikir dan berkurangnya daya berfikir karena mengalami rangsangan emosional. c Simpati Dalam kehidupan sosial didalam diri individu sering timbul kekaguman terhadap penampilan, gaya hidup atau tingkah laku dari orang lain, yang kemudian memicu keinginan untuk mengikuti pola tingkah laku orang tersebut. Dorongan utama simpati adalah keinginan untuk mengerti bekerja sama dengan orang lain. 40 Posisi orang yang tingkah lakunya diikuti dan yang mengikuti adalah sejajar, artinya posisi subjek pertama tidak lebih rendah dari yang kedua. Oleh karena itu, peranan simpati cukup nyata dalam hubungan persahabatan. Kemunculan simpati tidak didasarkan atas pertimbangan yang logis dan rasional, melainkan atas pertimbangan perasaan. Proses kemunculannya berjalan secara perlahan-lahan dan didasari oleh individu yang mengalaminya, sehingga timbullah keinginan untuk mengerti dan bekerja sama dengan orang yang bersangkutan. Apabila proses ini berjalan lancar, orang yang dituju menyambut keinginan individu, maka terjadilah hubungan saling mengerti mutual understanding yang mendalam diantara keduanya 40 Ibid, h. 70 lxxxiii d Empati Empati mirip perasaan simpati, akan tetapi tidak semata-mata perasaan kejiwaan saja. Empati dibarengi perasaan organisme tubuh yang sangat dalam. Contohnya kalau kita melihat orang celaka sampai luka berat dan orang itu kerabat atau teman dekat kita, maka perasaan empati menempatkan kita seolah- olah ikut celaka. Kita tidak hanya merasa kasihan terhadap musibah itu, tetapi, kita ikut merasakan penderitaannya. e Motivasi Bila dibandingkan dengan sugesti yang lebih bersifat negative karena mampu mendorong orang berperilaku atau bertindak irasional, maka motivasi lebih bersifat positif. Motivasi merupakan dorongan, rangsangan, pengaruh atau stimulas yang diberikan seorang individu lainnya sedemikian rupa, sehingga orang yang diberi motivasi tersebut menuruti atau melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional, dan penuh tanggung jawab. lxxxiv

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. PENDEKATAN PENELITIAN

Untuk menyelesaikan skripsi ini, penulis telah melakukan penelitian yang menggunakan Pendekatan Kualitatif. Pendekatan Kualitatif adalah pendekatan yang mengacu pada prosedur penelitian yang menghasilkan penelitian deskriptif, seperti perkataan orang dan perilaku yang dapat diamati. 41 Dengan pendekatan kualitatif diharapkan fakta-fakta yang ada di lapangan dapat digali lebih dalam, guna mendapatkan gambaran yang lengkap tentang program kegiatan di SLB Dharma Asih dalam meningkatkan interaksi sosial anak penyandang down syndrome serta untuk mengetahui hasil yang telah dicapai dan faktor penghambat yang telah di lalui dalam melaksanakan program ini. Karena isu penelitian ini mengenai program kegiatan dalam meningkatkan hubungan interaksi sosial bagi anak penyandang down syndrome, maka informan diantaranya adalah para guru, orang tua klien dan juga anak penyandang down syndrome klien. Oleh karena itu, penulis akan menggunakan pendekatan kualitatif agar dapat mengambil informasi secara lebih mendalam, detail dan dapat membuat informan merasa nyaman dengan wawancara yang berjalan. Untuk memahami istilah penelitian kualitatif perlu kiranya dikemukakan beberapa definisi tentang Metodologi Kualitatif, sebagai berikut : 41 Lexy. J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosda Karya, 2000, h. 12 39