perkawinan dan penelantaran keluarga. Hal ini akan diturunkan kepada anak perempuannya karena diduga berasal dari gen yang sama, dimana anak
perempuannya cenderung mendapat menarke lebih dini serta aktifitas seksual sebelum waktunya Comings, 2002 dalam Papalia, et al., 2008.
Sebuah analisis genetik terhadap 121 pria dan 164 wanita yang tidak saling memiliki hubungan, yang difokuskan kepada variasi androgen reseptor AR
terkait jenis kelamin, yang membawa kromosom x dari ayah yang dapat ditransisikan kepada anak perempuan, tetapi tidak kepada anak laki-laki karena
anak laki laki hanya mewarisi kromosom y dari ayah, diperoleh bahwa pria dengan alel tersebut cenderung agresif, impulsif, dan matang secara seksual
sebelum waktunya, sedangkan wanita dengan alel yang sama cenderung memiliki menarke dini Comings, 2002 dalam Papalia, et al., 2008.
2.4.3 Status sosial ekonomi
Lingkungan sosial berpengaruh terhadap waktu terjadinya menarke. Salah satunya yaitu lingkungan keluarga yang harmonis dan adanya keluarga besar yang
baik dapat memperlambat terjadinya menarke dini, sedangkan anak yang tinggal ditengah-tengah keluarga yang tidak harmonis dapat mengakibatkan terjadinya
menarke dini. Selain itu ketidakhadiran seorang ayah ketika ia masih kecil berusia 7 tahun, adanya tindakan kekerasan seksual pada anak dan adanya
konflik pada keluarga merupakan faktor yang berperan penting pada terjadinya menarke dini Proverowati Misaroh. 2009.
Bagi anak perempuan, lemahnya atau ketidakhadiran sosok ayah dalam hidupnya akan mendorong munculnya rasa tidak aman karena persepsi terhadap
Universitas Sumatera Utara
tidak adanya perlindungan dalam kesehariannya. Hal ini mempengaruhi pandangannya terhadap lawan jenis, diri sendiri, dan dunia sekitarnya dan
memacu anak mengalami pubertas yang lebih cepat, khususnya menarke. Ellis 2002 menyatakan bahwa seorang ayah yang secara emosional
memiliki hubungan positif dengan anak perempuannya sejak usia 5-7 tahun, anak nya akan lebih lambat mengalami pubertas serta menstruasi. Hal ini disebabkan
anak tersebut terlatih dengan sosok laki-laki yang diisi oleh ayahnya. Secara ilmiah dapat dijelaskan bahwa anak perempuan terlatih menerima sensasi
pheromones, yakni hormon yang dihasilkan oleh kelenjar manusia yang member respon seksual terhadap lawan jenis. Hormone ini lah yang menimbulkan rasa
suka, cinta dan membangkitkan gairah seksual terhadap lawan jenis. Studi longitudinal menyatakan bahwa hubungan dengan ayah bisa jadi
merupakan kunci dari penentuan waktu terjadinya puber. Anak perempuan yang memiliki relasi yang dekat dan suportif dengan orang tua mereka terutama dengan
ayah, menunjukkan perkembangan pubertas yang lebih lamban dibandingkan anak perempuan dengan hubungan yang dingin atau berjarak, atau mereka yang
dibesarkan oleh ibu tunggal Ellis, 1999 dalam Papalia, et al., 2008. Anak perempuan yang dekat dengan ayah lebih lambat mengalami
pubertas dan menstruasi. Masa pubertas banyak disokong oleh kematangan organ seksual anak. Seorang anak yang tidak begitu dekat dengan ayah, tidak akan
terbiasa dengan sosok laki-laki. Sehingga ketika ada teman laki-laki yang dekat, ia merasakan sensasi yang tidak sewajarnya. Ia akan memberikan sinyal kewanitaan
dengan sikap genit kepada lawan jenis. Kondisi tersebut mempermudah
Universitas Sumatera Utara
kematangan organ seksual anak, sehingga ia cepat mengalami menstruasi Ellis, 2002.
Efek psikologis masa terjadinya pubertas tergantung kepada bagaimana remaja tersebut dan orang disekitarnya menginterprestasikan perubahan yang
menyertai hal tersebut. Namun menarke dini sering dengan dihubungkan dengan depresi dan perilaku kekerasan pada anak Stice, Presnell Bearman, 2001 dalam
papalia, et al., 2008. Status sosial ekonomi berhubungan dengan penghasilan orang tua
perbulan. Penghasilan orang tua dapat digolongkan menjadi rendah dan tinggi sesuai dengan upah minimum yang telah ditetapkan diprovinsi. Berdasarkan
keputusan Gubernur Sumatera Utara maka Upah Minimum Provinsi UMP yang telah ditetapkan ialah Rp 1.650.000.
Penghasilan orang tua berhubungan dengan gaya hidup dan kondisi psikologis remaja, dengan penghasil orang tua yang lebih tinggi akan meningkat
daya beli dan gaya hidup keseharian. Remaja dalam kondisi keadaan sosial ekonomi orang tua yang tinggi akan di penuhi kebutuhan keseharian seperti
fasilitas akses informasi dari media massa elektronik dan cetak sehingga remaja memperoleh informasi yang lebih terbuka, kebutuhan akan makanan bergizi,
kecendrungan mengkonsumsi fast food dan soft drink Rofiatul 2013. Studi di India mengatakan bahwa remaja putri dengan status sosial
ekonomi tinggi lebih awal 3 tahun untuk mencapai menarke dari remaja putri dengan status sosial ekonomi rendah Proverowati Misaroh, 2009.
Universitas Sumatera Utara
Nyoman, Bakri, dan Fajar 2001 mengemukakan bahwa faktor sosial ekonomi ikut mempengaruhi pertumbuhan anak. Faktor sosial ekonomi tersebut
meliputi pendidikan, pekerjaan, dan pendapatan keluarga. Faktor ini akan berinteraksi satu dengan yang lainnya sehingga mempengaruhi masukan zat gizi
anak yang pada akhirnya ketersediaan zat gizi pada tingkat seluler rendah akan mengakibatkan pertumbuhan anak terganggu.
2.4.4 Keterpaparan terhadap media informasi orang dewasa