Wagey dan Wantania 2013 yang menyatakan adanya hubungan
bermakna antara IMT dengan usia menarke.
Tidak adanya hubungan bermakna antara status gizi dan usia menarke ini disebabkan karena responden penelitian homogen yaitu kebanyakan responden
yang berada pada status gizi normal, hal ini tentu tidak terlalu berpengaruh terhadap usia yang menarke cepat dan lambat, karena apabila status gizi berada
pada kategori normal tentu usia menarkenya juga normal.
2.2 Hubungan Genetik dengan Usia Menarke responden
1. Hubungan Usia Menarke Ibu dengan Usia Menarke Responden Hasil uji statistik chi-square menyatakan adanya hubungan yang
signifikan antara usia menarke ibu dengan usia menarke responden dengan nilai p 0.005. Berdasarkan teori salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian menarke
pada remaja putri adalah faktor genetik. Bukti untuk pengaruh keturunan didapati bahwa usia menarke ibu cenderung dapat memprediksi usia menarke anak
Karapanou, 2010. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Putri 2009 yang
menyatakan ada hubungan yang bermakna antara status genetik usia menarke ibu dengan usia menarke responden, namun bertentangan dengan hasil penelitian
Karis 2011, Siswianti 2012 dan Rosanti 2013 yang menyatakan tidak ada hubungan yang bermakna antara usia menarke ibu dengan usia menarke
responden.
Universitas Sumatera Utara
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori dimana usia menarke ibu cenderung dapat memprediksi usia menarke anak, responden yang memiliki ibu
dengan usia menarke cepat juga mengalami menarke pada kategori usia cepat. 2. Hubungan Sifat ayah yang agresif dan impulsif dengan Usia Menarke
Responden Hasil uji chi-square terhadap Sifat ayah yang agresif dan impulsif dan usia
menarke responden mendapatkan nilai p sebesar 0,004 α 0,005. Hal ini menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara genetik dari ayah dengan
usia menarke responden. Ayah yang memiliki sifat agresif, impulsif, dan matang secara seksual
sebelum waktunya akan menurunkan gen tersebut kepada anak perempuannya, dimana anak perempuannya menjadi cenderung mendapat menarke lebih dini
serta aktifitas seksual sebelum waktunya Comings, 2002 dalam Papalia, et al., 2008. Peneliti melihat sifat Sifat ayah yang agresif dan impulsif tersebut dari
kondisi keluarga responden. Dimana ayah yang memiliki sifat agresif, impulsif dan matang secara seksual pasti akan cenderung mengalami konflik perkawinan
dan penelantaran dalam keluarganya. Hasilnya penelitian sesuai dengan teori bahwa responden yang ayahnya sering mengalami konflik perkawinan dan
melakukan penelantaran keluarga cenderung mengalami menarke lebih cepat dibandingkan responden yang tidak mengalami hal tersebut.
2.3 Hubungan Status Sosial Ekonomi dan Usia Menarke Responden