1
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa.
Pertumbuhan dan perkembangan remaja sangat pesat baik fisik maupun psikologis. Pada masa ini seorang remaja mulai memiliki rasa ketertarikan
terhadap lawan jenis dan mulai mencapai kematangan organ –organ reproduksi. Salah satu tanda kematangan organ reproduksi pada perempuan adalah terjadinya
menstruasi pertama atau menarke Proverawati Misaroh, 2009. Usia saat seseorang mendapatkan menstruasi bervariasi. Di inggris usia
rata-rata untuk mencapai menarke adalah 13,1 tahun. Sedangkan suku Bundi di Papua Nugini menarke dicapai pada usia 18,8 tahun. Terdapat kecendrungan
bahwa saat ini anak mendapat menstruasi pertama kali menarke pada usia yang lebih muda Proverawati Misaroh, 2009.
Rata-rata kejadian menarke di berbagai negara sejak abad ke-20 ini mengalami perubahan dan mengarah pada usia menarke yang lebih cepat. Usia
rata-rata menarke di Eropa saat ini adalah 12-13 tahun sementara, seabad yang lalu 14-15 tahun Coad Melvyn 2006. Di Sumatera Utara penelitian dilakukan
di kota Medan tepatnya di SMP Shaffiatul Amaliyyah terhadap 82 responden oleh Pebri tahun 2009 dan hasilnya usia menarke rata-rata responden adalah 11,45 ±
0,92 tahun.
Universitas Sumatera Utara
Usia untuk mencapai fase terjadinya menarke dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor gizi, genetik, sosial, ekonomi, keterpaparan media
informasi orang dewasa, suku dan lain-lain proverawati Misaroh, 2009. Status Gizi merupakan hal yang diduga berperan penting dalam
mempengaruhi usia menarke. Dewasa ini standar kehidupan amat berpengaruh terhadap status gizi masyarakat yang pada akhirnya berdampak pada menurunnya
usia menarke Putri, 2009. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Acharya 2006 dalam Putri 2009 yang menyimpulkan bahwa semakin rendah
BMI pada remaja putri, maka usia menarkenya juga semakin lambat. Faktor gizi mempengaruhi kematangan seksual, remaja yang mendapat menarke lebih dini
cenderung lebih berat dan lebih tinggi dibandingkan dengan yang belum menstruasi pada usia yang sama.
Faktor genetik juga diduga mempengaruhi usia menarche seseorang. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Tiwari 2005 dalam Putri 2009
dikatakan bahwa ada hubungan antara usia menarke ibu dengan usia menarke anak.
Faktor sosial dan ekonomi juga dapat memengaruhi terjadinya menarke. Status sosial ekonomi berpengaruh dengan kemampuan atau daya beli keluarga
dalam mencukupi kebutuhan nutrisi makanan. Penghasilan orang tua juga berhubungan dengan gaya hidup dan kondisi psikologis remaja, dengan
penghasilan orang tua yang lebih tinggi akan meningkat daya beli dan gaya hidup dalam keseharian. Remaja dalam kondisi keadaan sosial ekonomi orang tua yang
tinggi akan di penuhi kebutuhan keseharian seperti fasilitas akses informasi dari
Universitas Sumatera Utara
media massa elektronik dan cetak, makanan bergizi, makanan fast food, minuman soft drink sehingga remaja memperoleh informasi yang lebih terbuka
Putri, 2009. Faktor lain yang diduga mempengaruhi tejadinya menarke adalah adanya
rangsangan yang kuat dari luar, salah satunya adalah melalui media masa. Keterpaparan remaja akan media massa orang dewasa pornografi yang meliputi
media cetak, audio, dan audiovisual memengaruhi usia menarke remaja putri karena memacu organ reproduksi dan genital lebih cepat. Penelitian yang
dilakukan Brown 2005 dalam Putri 2009 menyatakan bahwa ada keterkaitan antara paparan media masa dengan percepatan pubertas pada remaja yang secara
tidak langsung menyebabkan percepatan usia menarke pada remaja putri. Survei tersebut menjelaskan bahwa dari media masa yang ada kebanyakan informasinya
berisi dengan seks dan remaja tersebut sering melihat atau mendengarkannya diruangannya sendiri
Usia menarke yang semakin dini mempunyai dampak antara lain resiko terjadinya kehamilan pada usia lebih muda menjadi lebih besar. Pergeseran usia
menarke ke usia yang lebih muda juga akan menyebabkan remaja putri mengalami dampak stress emosional, karena secara mental mereka belum siap.
Menstruasi juga berarti pengeluaran Fe rata-rata pada setiap periode adalah kurang lebih 4 mg yang berarti apabila seorang remaja putri mengalami menarke I
tahun Iebih awal maka dia akan kehilangan Fe sebanyak lebih kurang 48 mg dalam setahun. Perkembangan terakhir menunjukkan bahwa resiko terjadinya
kanker payudara lebih tinggi pada wanita yang mengalami menarke dibawah usia
Universitas Sumatera Utara
12 tahun. Hal ini berkaitan dengan mekanisme hormonal yang mempengaruhi jaringan payudara immatur Ginarhayu, 2002.
Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk meneliti faktor faktor yang berhubungan dengan usia menarke pada remaja yang belakangan cenderung
mengalami penurunan. Faktor-faktor yang akan diteliti adalah status gizi IMT, genetik usia menarke ibu, genetik ayah, status sosial ekonomi kehadiran ayah
semasa kecil, kedekatan dengan ayah, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, pendapatan orang tua, keterpaparan terhadap media informasi orang dewasa. Usia
menarke secara umum terjadi pada usia 12-15 tahun. Pada usia ini jenjang pendidikan yang ditempuh remaja pada umumnya adalah SMP. Oleh karena itu
penelitian akan dilakukan pada siswi SMP Negeri 30 Medan.
2. Rumusan Masalah Apakah faktor-faktor yang mempengaruhi Usia menarke pada remaja Putri di
SMP Negeri 30 Medan?
3. Tujuan Penelitian Penelitian ini betujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi usia
menarke pada remaja putri di SMP Negeri 30 Medan.
Universitas Sumatera Utara
4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Bagi pendidikan keperawatan
Penelitian ini dapat menjadi sumber informasi untuk pendidikan keperawatan dan sebagai bahan bacaan di perpustakaan.
1.4.2. Bagi pelayanan keperawatan Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi perawat untuk
memberikan pemahaman kepada remaja melalui pendidikan kesehatan tentang menarke.
1.4.3.Bagi penelitian keperawatan Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA