15 perkembangan kognitif Piaget antara lain: peserta didik hendaknya diberi
kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada peserta didik agar mau berinteraksi
dengan lingkungannya secara aktif, mencari dan menemukan berbagai hal dari lingkungan, bahan yang harus dipelajari anak hendaknya dirasakan baru, tetapi
tidak asing. 4.
Teori David Ausubel Belajar bermakna menurut teori David Ausubel mengandung arti bahwa belajar
yang disertai dengan pengertian akan terjadi apabila informasi yang baru diterima peserta didik mempunyai kaitan erat dengan konsep yang sudah ada atau diterima
sebelumnya dan tersimpan dalam struktur kognitif. Namun, informasi baru dapat saja diterima atau dipelajari siswa tanpa menghubungkannya dengan konsep atau
pengetahuan yang sudah ada. 5.
Discovey Learning dari Jerome Burner Discovey Learning belajar penemuan secara bebas adalah anak mengorganisasi
bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir. Hal ini memberikan arti bahwa pada tingkat permulaan, pengajaran hendaknya diberikan melalui cara-cara yang
bermakna dan makin meningkat ke arah abstrak. Bruner mengemukakan pengembangan program pengajaran yang lebih efektif dengan mengkoordinasikan
metode penyajian bahan, dengan anak dapat mempelajari bahan itu sesuai dengan tingkat kemajuannya sensori-konkret-abstrak.
16 Berdasarkan uraian tentang teori belajar kognitif di atas, dapat dipahami
bahwa yang menjadi dasar dalam penelitian menggunakan teori belajar Cognitive Development dari Piaget. Piaget memandang bahwa proses berpikir sebagai
aktivitas gradual dari konkret menuju abstrak. Keberhasilan dalam belajar matematika penjumlahan pengurangan adalah anak diberi kesempatan untuk
melakukan aktivitas langsung dengan benda konkret saat menghitung dan memberikan banyak rangsangan supaya anak belajar secara aktif dengan
lingkungan sekitar dengan mencari dan menemukan berbagai hal yang bervariasi tetapi tidak asing bagi anak. Misalnya adalah permainan dakon, pada permainan
dakon ini anak diberi kesempatan untuk belajar secara aktif dengan lingkungan yang ada disekitar anak.
C. Kemampuan Matematika Anak Usia Dini
Kemampuan matematika pada anak usia dini adalah kemampuan menghitung, memahami korespondensi satu-satu, dan kemampuan
membandingkan, semua tergantung pada pengalaman anak memanipulasi objek Ahmad Susanto, 2012: 49. Kemampuan menghitung atau operasi bilangan
tersebut yang sangat dasar adalah penjumlahan dan pengurangan. Maka dari itu, kemampuan operasi bilangan yang perlu diperkenalkan terlebih dahulu adalah
penjumlahan dan pengurangan, sebab untuk anak usia dini bisa menambah dan mengurangkan itu sudah baik. Penjumlahan dan pengurangan ini dapat
diperkenalkan setelah anak memahami bilangan dan angka Sudaryanti: 2006. Selain itu, Liebeck 1900 menganjurkan dalam mengajarkan matematika dini
17 dengan memperhatikan prosedur mengajar pengalaman, bahasa, gambar, dan
symbol Fedriyenti, 2012: 2. Sumarmo dalam Novia Rizkyana, 2013: 13 berpendapat bahwa secara
umum indikator matematika anak usia dini meliputi mengenal, memahami, menerapkan konsep, prosedur, dan ide matematika. Dalam belajar matematika
yang paling utama adalah memahamkan dengan mengenalkan terlebih dahulu kepada anak tentang operasi bilangan sederhana yaitu penjumlahan dan
pengurangan sesuai dengan prinsip belajar anak, dengan demikian anak akan paham dan mengerti. Selanjutnya memberi kesempatan terhadap anak untuk
menerapkan atau praktek secara langsung bagaimana prosedur atau cara menghitung yang harus dia lakukan dalam mengerjakan operasi bilangan
sederhana penjumlahan dan pengurangan. Gardner 1999 berpendapat bahwa setiap anak pada dasarnya dianugerahi
kecerdasan matematika logis, sedangkan definisi tentang kecerdasan matematika logis tersebut sebagai kemampuan penalaran ilmiah, perhitungan secara
matematis, berpikir logika, penalaran induktif atau deduktif, dan ketajaman pola-
pola abstrak serta hubungan-hubungan Esha, 2013: 12. Kecerdasan matematika logis dapat diartikan juga sebagai kemampuan menyelesaikan masalah yang
berkaitan dengan kebutuhan matematika sebagai solusinya. Anak dengan kemampuan ini akan senang dengan rumus dan pola-pola abstrak. Tidak hanya
pada bilangan matematika, tetapi juga meningkat pada kegiatan yang bersifat analitis dan konseptual.
18 Kecerdasan matematika anak usia dini membantu anak sejak dini dengan
kehidupan atau lingkungan sekitar anak, sehingga secara alami anak memperoleh kemampuan yang bertahap bahkan sampai bertahun-tahun. Pengetahuan dasar
setiap anak memiliki perkembangan dan tahapan yang berbeda-beda. Belajar matematika dini yang baik adalah terjadi secara alami seperti anak bermain.
P ermainan dalam belajar matematika adalah kegiatan belajar konsep matematika
melalui aktivitas bermain dalam kehidupan sehari-hari. Sujiono 2009: 11 berpendapat bahwa ciri-ciri perkembangan konsep
matematika anak usia dini diantaranya adalah penguasaan konsep menjumlah dan mengurangkan, atau pemahaman konsep menghitung, membedakan angka dengan
menunjuk simbol atau lambang bilangan. Penguasaan konsep dalam menjumlah dan mengurangkan merupakan dasar dimana anak sudah dapat menggunakan
konsep bilangan atau angka dengan penggunaan media benda konkret. Penggunaan media permainan juga disesuaikan dengan perkembangan anak yaitu
berupa benda yang bisa digunakan dalam pembelajaran supaya berlangsung secara teratur, lancar, efektif, efisien, sehingga tujuan belajar dapat tercapai dan
memberikan kesenangan bagi anak Eliyawati, 2005: 62. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa matematika
pada anak usia dini adalah penguasaan konsep menjumlahkan dan mengurangkan, atau pemahaman konsep menghitung, membedakan angka dengan menunjuk
simbol atau lambang bilangan serta kemampuan dalam mengaplikasikan konsep- konsep matematika yaitu; mengenal konsep bilangan, pola dan hubungan,
geometri, pengukuran, pengumpulan data, memecahkan masalah yang