g. Tidak berada dalam waktu tunggu bagi calon mempelai wanita yang
janda. h.
Tidak lewat waktu 10 hari sejak pelaporan kehendak kawin. i.
Tidak ada pihak yang mengajukan pencegahan perkawinan. j.
Tidak ada larangan perkawinan. Rukun dan syarat perkawinan wajib dipenuhi, bila tidak maka tidak sah.
Dalam kitab al-fiqih ‘ala al-mazhib al-arabah’ah disebutkan bahwa nikah fasid yaitu nikah yang tidak memenuhi syarat-syaratnya, sedang nikah batil adalah
nikah yang tidak memenuhi rukunnya dan hukum nikah fasid dan nikah batil adalah sama yaitu tidak sah.
18
C. Tujuan Perkawinan
Tujuan perkawinan menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1 adalah membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan
Ketuhanan Yang Maha Esa , artinya bahwa perkawinan itu haruslah berlangsung seumur hidup dan tidak boleh diputuskan begitu saja.
Tujuan perkawinan menurut Kompilasi Hukum Islam diatur dalam Pasal 3 yaitu perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang
sakinah, mawaddah, dan ramah. Menurut Hukum Islam, tujuan perkawinan adalah untuk memenuhi
tuntutan hajat tabiat kemanusiaan, menghalalkan hubungan kelamin antara pria dan wanita dalam rangka mewujudkan suatu keluarga yang bahagia dengan dasar
cinta dan kasih sayang, untuk memperoleh keturunan yang sah, dalam masyarakat dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh Syar’iyah Islam.
19
Ada lima tujan Perkawinan yaitu : 1.
Memperoleh kehidupan sakiinah, mawaddah, dan rahmah
Sakiinah artinya tenang dan tentram. Mawaddah artinya cinta dan harapan. Rahmah artinya kasih saying.
18
Abdurahman al-Jaziry, kitab al-fiqih ‘ala al-mazahib al-arba’ah, maktabah al-tijariyah kurba jaz IV, hal. 118
19
Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan, Liberty, yogyakarta, 1982, hal. 12.
Tiga kata utama tersebut sejatinya merupakan istilah khas Arab-Islam yang dirujuk dari QS. Ar-Rum ayat 21 yang artinya berbunyi
20
“Di antara tanda-tanda kemahaan-Nya adalah Dia telah menciptakan dari jenismu manusia pasangan-pasangan agar kamu memperoleh sakiinah
disisinya, dan dijadikannya di antara kamu mawaddah dan rahmah. Sesungguhnya dalam hal yang demikian itu terdapat tanda-tanda
kemahaan-Nya bagi kaum yang berpikir.” QS. Ar-Rum:21 :
Dalam perkembangannya, kata sakiinah diadopsi ke dalam Bahasa Indonesia dengan ejaan yang disesuaikan menjadi sakinah yang berarti
kedamaian, ketentraman, ketenangan, kebahagiaan. Kata mawaddah juga sudah diadopsi ke Bahasa Indonesia menjadi mawadah yang berarti kasih sayang.
Mawaddah mengandung pengertian filosofis adanya dorongan batin yang kuat dalam diri sang pencinta untuk senantiasa berharap dan berusaha menghindarkan
orang yang dicintainya dari segala hal yang buruk, dibenci dan menyakitinya. Mawaddah adalah kelapangan dada dan kehendak jiwa dari kehendak buruk.
Adapun kata rahmah, setelah diadopsi dalam Bahasa Indonesia ejaannya disesuaikan menjadi rahmat yang berarti kelembutan hati dan perasaan empati
yang mendorong seseorang melakukan kebaikan kepada pihak lain yang patut dikasihi dan disayangi.
21
2. Reproduksi atau regenerasi
Tujuan ini adalah tujuan untuk memperoleh atau menghasilkan keturunan, yaitu anak yang sah. Memperoleh anak dalam perkawinan adalah tujuan untuk
20
Op.Cit, Al-Qur’an dan Terjemahannya, hal 899
21
http:ariana-myjourney.blogspot.com200904sakinah-mawadah-wa-rahmah.html diakses pada tanggal 20 Agustus 2013
mengembangbiakan ummat manusia reproduksi di muka bumi ini, dapat dilihat dalam beberapa ayat yaitu :
a. Surat Asy-Syura ayat 11 yang artinya berbunyi
22
“Dia Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasang-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan-pasangan
pula, dijadikan-Nya kamu berkembang baik dengan jalan itu. Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar
lagi Maha Melihat.” :
b. Surat An-Nahl ayat 72 yang artinya berbunyi
23
“Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu dari istri-istri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan
memberimu rezeki dari yang baik-baik. Maka mengapakah mereka beriman kepada yang batil dan mengingkari ni’mat Allah”
:
Suami istri yang hidup berumah tangga tanpa kehadiran seorang anak, tentu akan terasa sepi dan hampa. Walaupun keadaan rumah tangga serba berkecukupan
harta, berpangkat dan berkedudukan tinggi, semua itu tidak akan ada artinya apabila dalam rumah tangga tersebut tidak memiliki anak atau yang disebut
keturunan. Kehadiran anak atau keturunan akan senantiasa memberikan arti tersendiri bagi setiap pasangan suami istri, karenanya kehadiran anak merupakan
kesempurnaan dalam sebuah rumah tangga yang bahagia.
3. Pemenuhan kebutuhan biologis
Tujuan ketiga, pemenuhan biologis seksual dapat dilihat dalam beberapa ayat di dalam Al-Qur’an yaitu :
a. Surat Al-Baqarah ayat 187 yang artinya berbunyi
24
“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan istri-istri kamu; mereka itu adalah pakaian bagimu, dan kamu pun adalah
pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasannya kamu tidak dapat menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi
ma’af padamu. Maka sekarang campurilah mereka dan carilah apa yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang
bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai malam, tetapi janganlah kamu campuri
mereka itu, sedang kamu beri’tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, :
22
Op.Cit, Al-Qur’an dan Terjemahannya, hal 1078
23
Ibid, hal 587
24
Ibid, hal 62
maka jangan lah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa”
b. Surat Al-Baqarah ayat 223 yang artinya berbunyi
25
“Istri-istri mu adalah seperti tanah tempat kamu bercocok-tanam, maka datangilah tanah tempat bercocoktanammu itu bagaimana saja kamu
kehendaki, dan kerjakanlah amal yang baik untuk dirimu, dan bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa kamu kelak akan
menemui-Nya. Dan berilah kabar gembira orang-orang yang beriman.” :
c. Surat An-Nur ayat 33 yang artinya berbunyi
26
“Dan orang-orang yang tidak mampu kawin hendaklah menjaga kesucian dirinya, sehingga Allah memapukan mereka dengan karunia-Nya. Dan
budak-budak yang kamu miliki yang menginginkan perjanjian, hendaklah kamu buat perjanjian, dengan mereka, jika kamu mengetahui ada kebaikan
pada mereka, dan berikanlah kepada mereka sebahagian dari harta Allah yang dikaruniakan-Nya kepada mu. Dan jangan lah kamu paksa budak-
budak wanitamu untuk melakukan pelacuran, sedangkan mereka sendiri ingin kesucian, karena kamu hendak mencari keuntungan duniawi. Dan
barang siapa yang memaksa mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang kepada mereka sesudah mereka
dipaksa itu” :
4. Menjaga Kehormatan
Tujuan dari perkawinan ialah menjaga kehormatan, dimaksud dengan kehormatan ialah seorang suami atau istri menjaga kehormatan dirinya sendiri,
anak, dan keluarga. Menjaga kehormatan harus menjadi kesatuan dengan tujuan pemenuhan biologis. Artinya di samping untuk memenuhi kebutuhan biologis,
perkawinan juga bertujuan untuk menjaga kehormatan. Apabila hanya untuk memenuhi kebutuhan biologis, seorang laki-laki atau perempuan dapat saja
mencari pasangan lawan jenisnya, lalu melakukan hubungan badan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya. Tetapi dengan itu ia akan kehilangan
kehormatannya. Sebaliknya dengan perkawinan dua kebutuhan tersebut dapat
25
Ibid, hal 76
26
Ibid, hal 773-774
terpenuhi kepada Allah, yakni kebutuhan seksualnya terpenuhi, demikan juga kehormatan terjaga.
27
5. Ibadah
Tujuan perkawinan ini ialah untuk mengabdi dan beribadah kepada Allah, Ini sangat tegas menyebut bahwa melakukan perkawinan adalah bagian dari
melakukan agama. Melakukan perintah dan ajaran agama tentu bagian dari ibadah. Dengan demikian maka menjadi jelas bahwa melakukan perkawinan
adalah bagian dari ibadah.
28
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan perkawinan adalah tujuan yang menyatu dan terpadu. Artinya semua tujuan itu harus diletakan menjadi satu
kesatuan yang utuh saling berkaitan. Tujuan reproduksi tidak bisa dipisahkan dari tujuan pemenuhan kebutuhan biologis, tujuan memperoleh kehidupan yang
tentram penuh cinta dan kasih sayang, tujuan menjaga kehormatan dan tujuan ibadah.
D. Perjanjian Perkawinan