18
2.1.5 Leverage
Leverage merupakan rasio antara total kewajiban dengan total asset. Semakin besar rasio leverage, berarti semakin tinggi nilai utang perusahaan.
Sejalan dengan yang dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman dalam Sulistyanto, 2008, dalam hipotesis debt covenant bahwa motivasi debt covenant
disebabkan oleh munculnya perjanjian kontrak antara manajer dengan perusahaan yang berbasis kompensasi manajerial. Dengan demikian, perusahaan yang
mempunyai rasio leverage yang tinggi, berarti proporsi hutangnya lebih tinggi dibandingkan dengan proporsi aktivanya akan cenderung melakukan manipulasi
dalam bentuk manajemen laba. Kebijakan hutang merupakan salah satu alternatif pendanaan perusahaan
selain menjual saham di pasar modal. Hutang yang dipergunakan secara efektif dan efisien akan meningkatkan nilai perusahaan. Herry dan Hamin dalam Tarjo,
2008 menunjukkan bahwa leverage menyebabkan peningkatan nilai
perusahaan.Tetapi bila dilakukan dengan dalih menarik perhatian para kreditur, maka justru akan memicu manajer untuk melakukan manajemen laba Achmad et
al., 2007. Perusahaan yang memiliki hutang tinggi akan memilih kebijakan akuntansi dengan menggeser laba masa depan ke masa sekarang. Pernyataan ini
juga dibuktikan oleh penelitian Herawati dan Baridwan 2007 yang memberikan bukti empiris tentang adanya tingkat manajemen laba yang lebih besar pada
perusahaan yang terikat perjanjian hutang daripada perusahaan yang tidak terikat
perjanjian hutang.
Universitas sumatera Utara
19
2.1.6 Manajemen laba 2.1.6.1 Pengertian manajeman laba
Menurut Schipper 1989 manajemen laba adalah campur tangan dalam proses penyusunan pelaporan keuangan eksternal dengan tujuan untuk
mendapatkan keuntungan-keuntungan pribadi sedangkan menurut Fisher dan Rosenzweig 1995, manajemen laba adalah tindakan-tindakan manajer untuk
menaikkan menurunkan laba periode berjalan dari sebuah perusahaan yang dikelolanya tanpa menyebabkan kenaikan penurunan keuntungan ekonomi
perusahaan jangka panjang.
2.1.6.2 Motivasi manajemen laba
Manajemen laba didorong oleh beberapa motivasi. Scott 1997 dalam Sukartha 2007 berpendapat bahwa ada beberapa faktor yang dapat memotivasi
manajer melakukan manajemen laba, yaitu: 1. Bonus scheme rencana bonus
Para manajer yang bekerja pada perusahaan yang menerapkan rencana bonus akan berusaha mengatur laba yang dilaporkannya
dengan tujuan dapat memaksimalkan jumlah bonus yang akan diterimanya.
2. Debt covenant kontrak utang jangka panjang Menyatakan bahwa semakin dekat suatu perusahaan kepada waktu
pelanggaran perjanjian utang maka para manajer akan cenderung untuk memilih metoda akuntansi yang dapat memindahkan laba
periode mendatang ke periode berjalan dengan harapan dapat mengurangi kemungkinan perusahaan mengalami pelanggaran
kontrak utang. 3. Political motivations motivasi politik
Menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan dengan skala besar dan industri strategis cenderung untuk menurunkan laba terutama pada
saat periode kemakmuran yang tinggi. Upaya ini dilakukan dengan harapan memperoleh kemudahan serta fasilitas dari pemerintah.
4. Taxation motivations motivasi perpajakan Menyatakan bahwa perpajakan merupakan salah satu motivasi
mengapa perusahaan mengurangi laba yang dilaporkan. Tujuannya adalah dapat meminimalkan jumlah pajak yang harus dibayar.
5. Pergantian CEO chief executive officer
Universitas sumatera Utara
20 Biasanya CEO yang mendekati masa pensiun atau masa kontraknya
menjelang berakhir akan melakukan strategi memaksimalkan jumlah pelaporan laba guna meningkatkan jumlah bonus yang akan mereka
terima. Hal yang sama akan dilakukan oleh manajer dengan kinerja yang buruk. Tujuannya adalah menghindarkan diri dari pemecatan
sehingga mereka cenderung untuk menaikkan jumlah laba yang dilaporkan.
6. Initital public offering Penawaran Saham Perdana Menyatakan bahwa pada awal perusahaan menjual sahamnya kepada
publik, informasi keuangan yang dipublikasikan dalam prospektus merupakan sumber informasi yang sangat penting. Informasi ini
penting karena dapat dimanfaatkan sebagai sinyal kepada investor potensial terkait dengan nilai perusahaan. Guna mempengaruhi
keputusan yang dibuat oleh para investor maka manajer akan berusaha untuk menaikkan jumlah laba yang dilaporkan.
Hendriksen 1988 menyebutkan pada dasarnya, pihak manajemen melakukan manajemen laba didorong oleh adanya:
1. Kelemahan yang melekat dalam akuntansi itu sendiri Fleksibilitas dalam menghitung angka laba dapat disebabkan oleh
metode akuntansi yang memberikan peluang bagi manajemen untuk mencatat suatu fakta tertentu dengan cara berbeda.
2. Informasi asimetri antara manajer dengan pihak luar Faktor informasi juga menyebabkan timbulnya manajemen laba.
Asimetri informasi terjadi ketika manajer memiliki informasi internal perusahaan relatif lebih banyak dan lebih cepat dibanding
pihak eksternal. Dalam kondisi yang demikian, manajer dapat menggunakan
informasi yang diketahuinya untuk memanipulasi pelaporan keuangan dalam usaha memaksimalkan kemakmurannya.
2.1.6.3 Pola manajemen laba
Ada empat pola manajemen laba yang dikemukakan oleh Scott,2000 yaitu :
1. Taking a Bath
Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan
ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang.
2. Income Minimization
Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabilitas yang tinggi sehingga jika laba pada periode mendatang
diperkirakan turun drastis dapat diatasi dengan mengambil laba periode sebelumnya.
Universitas sumatera Utara
21 3.
Income Maximization Dilakukan pada saat laba menurun. Tindakan atas income
maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan bonus yang lebih besar. Pola ini dilakukan oleh
perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian hutang.
4. Income Smoothing
Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena
pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
2.1.6.4 Faktor-faktor manajemen laba
Faktor-faktor manajemen laba yang diajukan Watt dan Zimmerman, 1996 adalah:
1. Bonus Plan Hypothesis Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan
utilitasnya yaitu bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus terbesar berdasarkan earnings lebih banyak
menggunakan metode akuntansi yang meningkatkan laba yang dilaporkan.
2. Debt to Equity Hypothesis
Manajer perusahaan yang melakukan pelanggaran perjanjian kredit cenderung memilih metode akuntansi yang memiliki dampak
meningkatkan laba Sweeney, 1994. Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak eksternal. Perusahaan
yang mempunyai rasio debt to equity cukup tinggi akan mendorong manajer perusahaan untuk menggunakan metode akuntansi yang
dapat meningkatkan pendapatan atau laba, menyebabkan perusahaan kesulitan dalam memperoleh dana tambahan dari pihak
kreditor bahkan perusahaan terancam melanggar perjanjian hutang.
3. Political Cost Hypothesis Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan
perusahaan tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut dikarenakan laba yang tinggi membuat
pemerintah akan segera mengambil tindakan seperti: mengenakan peraturan antitrust, menaikkan pajak pendapatan perusahaan, dan
lain-lain.
2.2 Penelitian terdahulu
Beberapa penelitian mengenai pengaruh corporate governance terhadap manajemen laba telah banyak dilakukan oleh peneliti seperti Deni Darmawati
Universitas sumatera Utara
22 2003 meneliti corporate governance dan manajemen laba : Suatu Studi Empiris,
dengan variabel mekanisme GCG pelaksanaan RUPS, kualitas dewan komisaris, kualitas komite audit, kualitas hubungan stakeholders, transparansi dan
akuntabilitas, kepemilikan saham oleh investor institusional. Hasilnya hanya satu variabel dalam mekanisme GCG, yaitu kualitas hubungan perusahaan dengan
stakeholders yang berhubungan negatif dengan praktik manajemen laba. Wedari 2004 meneliti pengaruh proporsi dewan komisaris dan keberadaan komite audit
terhadap manajemen laba dengan variabel komite audit, proporsi dewan komisaris, akuntan publik big 4, kepemilikan manajerial dan institusional,
hasilnya komite audit dan dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba sedangkan kepemilikan manajerial dan institusional berpengaruh
positif terhadap manajemen laba. Siregar dan Utama 2005 meneliti pengaruh Struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan praktek corporate governance
terhadap pengelolaan laba Earnings Management dengan variabel kepemilikan keluarga, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan, praktek corporate
governance ukuran KAP, proporsi dewan komisaris, keberadaan komite audit. Hasilnya kepemilikan keluarga dan ukuran perusahaan berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba sedangkan kepemilikan institusional dan tiga variabel praktek GCG tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Halima Sathila Palestin 2006 meneliti Analis struktur Kepemilikan, Praktik corporate governance dan kompensasi bonus terhadap manajemen laba
dengan variabel Struktur kepemilikan, komposisi dewan komisaris, komite audit, dan auditor independen dengan proksi ukuran auditor, kompensasi bonus dan
Universitas sumatera Utara
23 hasilnya struktur kepemilikan, proporsi dewan komisaris independen dan
kompensasi bonus berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba sedangkan komite audit dan ukuran KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen
laba. Nasution dan Setiawan 2007 meneliti pengaruh corporate governance
terhadap manajemen laba di industri perbankan Indonesia dengan variabel komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, komite audit, ukuran
perusahaan. Hasilnya komposisi dewan komisaris dan ukuran perusahaan berpengaruh tidak signifikan terhadap manajemen laba komite audit berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba sedangkan komite audit berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Nuryaman 2008 meneliti konsentrasi
kepemilikan, ukuran perusahaan, dan mekanisme corporate governance terhadap manajemen laba dengan menggunakan variabel konsentrasi kepemilikan, ukuran
perusahaan, dan mekanisme GCG komposisi dewan komisaris dan spesialisai industri KAP, hasilnya konsentrasi kepemilikan dan ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba sedangkan komposisi dewan komisaris dan spesialisasi industri KAP tidak berpengaruh signifikan terhadap
manajemen laba. Tuti Sriwedari 2009 meneliti mekanisme good corporate govenance, manajeman laba dan kinerja keuangan perusahaan manufaktur di
Indonesia di Bursa Efek Indonesia dengan variabel dependen : manajemen laba, kinerja keuangan variabel Independen :Kepemilikan manajerial, kepemilikan
Institusional, komite audit, dewan komisaris. Hasilnya mekanisme good corporate governance mempengaruhi manajemen laba dan manajemen laba, berpengaruh
Universitas sumatera Utara
24 terhadap kinerja keuangan. Mekanisme good
corporate governance
mempengaruhi manajemen laba dan manajemen laba, berpengaruh terhadap kinerja keuangan.
Suryani 2010 meneliti pengaruh mekanisme corporate governance dan ukuran perusahaan terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI dengan variabel independen dalam kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris,
jumlah rapat komite audit dan ukuran perusahaan. Sedangkan variabel dependennya adalah manajemen laba dan hasilnya konsentrasi kepemilikan
berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba; sedangkan komposisi komite audit, komposisi dewan komisaris dan ukuran dewan komisaris tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Yohana 2010 meneliti tentang pengaruh kualitas auditor, corporate
governance, leverage dan kinerja keuangan terhadap manajemen laba. Objek penelitiannya adalah perusahaan perbankan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia
2006-2008 yang terdiri dari 66 sampel. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa kualitas auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap manajemen laba.
Kepemilikan manajerial berpengaruh negatif dan signifikan terhadap manajemen laba. Kepemilikan institusional berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
manajemen laba. Proporsi dewan komisaris independen tidak berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba. Leverage tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap manajemen laba. CAR sebagai proksi dari kinerja keuangan memiliki pengaruh yang signifikan dan berhubungan negatif.
Universitas sumatera Utara
25
Rahmi Mardhatilla 2011 meneliti tentang pengaruh penerapan good
corporate governance terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. Objek penelitian
adalah perusahaan manufaktur barang konsumsi yang terdapat di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2011. Proporsi komisaris independen, ukuran dewan
komisaris, leverage dan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan manufaktur sektor barang konsumsi yang
terdaftar di BEI. Beberapa hasil pengujian dari para penelitian terdahulu dapat dilihat dari
Tabel 2.2 sebagai berikut:
Tabel 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
No Peneliti
Judul Variabel
Hasil 1.
Deni Darmawati
2003 Corporate
governance dan Manajemen laba:
Suatu Studi Empiris
Mekanisme GCG Pelaksanaan
RUPS,kualitas dewan komisaris,
kualitas komite audit, kualitas
hubungan stakeholders,
transparansi dan, akuntabilitas,
kepemilikan saham oleh
investor institusional
Hanya satu variabel dalam
mekanisme GCG, yaitu kualitas
hubungan perusahaan
dengan stakeholders yang
berhubungan negatif dengan
praktik manajemen laba
2. Wedari
2004
Analisis Pengaruh Proporsi dewan
komisaris dan Keberadaan Komite
audit terhadap Manajemen laba
Komite audit, proporsi dewan
komisaris, akuntan publik big 4,
kepemilikan manajerial dan
institusional 1 Komite audit
dan dewan komisaris
berpengaruh signifikan
terhadap manajemen
laba
Universitas sumatera Utara
26 2 Kepemilikan
manajerial dan institusional
berpengaruh positif terhadap
manajemen laba.
3. Siregar dan
Utama 2005
Pengaruh Struktur Kepemilikan,Ukuran
Perusahaan,dan Praktek Corporate
governance terhadap Pengelolaan Laba
Earnings Management
Kepemilikan keluarga,
kepemilikan institusional,ukuran
perusahaan,praktek Corporate
governance ukuran KAP, proporsi
dewan komisaris, keberadaan komite
audit
1
Kepemilikan keluarga dan
ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba.
2Kepemilikan institusional dan
tiga variabel praktek GCG
tidak berpengaruh
signifikan terhadap
manajemen laba.
4. Halima
Sathila Palestin
2006 Analis struktur
Kepemilikan, Praktik Corporate
governance dan Kompensasi
Bonus terhadap Manajemen laba
Struktur kepemilikan,
komposisi dewan komisaris, komite
audit, dan auditor independen
dengan proksi ukuran auditor,
kompensasi bonus 1Struktur
kepemilikan, proporsi dewan
komisaris independen dan
kompensasi bonus
berpengaruh signifikan
terhadap manajemen
laba
2Komite audit dan ukuran
KAP tidak berpengaruh
signifikan terhadap
manajemen laba
5. Nasution
dan Setiawan
Pengaruh Corporate
governance Komposisi dewan
komisaris,ukuran dewan komisaris,
1Komposisi dewan
komisaris dan
Universitas sumatera Utara
27 2007
terhadap Manajemen laba di
Industri Perbankan Indonesia
komite audit, ukuran perusahaan
ukuran perusahaan
berpengaruh tidak signifikan
terhadap manajemen
laba
2Komite audit berpengaruh
signifikan terhadap
manajemen laba
6. Nuryaman
2008 Konsentrasi
Kepemilikan,Ukur an Perusahaan,dan
Mekanisme Corporate
governance terhadap
Manajemen laba Konsentrasi
kepemilikan, ukuran
perusahaan, dan mekanisme GCG
komposisi dewan komisaris dan
spesialisai industri KAP
1Konsentrasi kepemilikan
dan ukuran perusahaan
berpengaruh signifikan
terhadap manajemen
laba
2 Komposisi dewan
komisaris dan spesialisasi
industri KAP tidak
berpengaruh signifikan
terhadap manajemen
laba.
7. Tuti
Sriwedari 2009
Mekanisme good corporate
governance, Manajemen laba
dan kinerja Keuangan
Perusahaan Manufaktur di
Indonesia di Bursa Efek Indonesia
Variabel Dependen:
Manajemen laba,Kinerja
Keuangan Variabel
Independen:Kepe milikan
manajerial, kepemilikan
Institusional, Komite audit,
Dewan Komisaris Mekanisme good
corporate governance
mempengaruhi manajemen laba
dan manajemen laba, berpengaruh
terhadap kinerja keuangan
Universitas sumatera Utara
28 8.
Suryani 2010
Pengaruh mekanisme
Corporate governance dan
ukuran perusahaan terhadap manajemen
laba pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI
Variabel independen:
kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, ukuran
dewan komisaris, komposisi dewan
komisaris, jumlah rapat komite audit
dan ukuran perusahaan.Sedangk
an variabel dependen adalah
manajemen laba Kosentrasi
kepemilikan berpengaruh negatif
signifikan terhadap manajemen laba;
sedangkan komposisi komite
audit, komposisi dewan komisaris
dan ukuran dewan komisaris tidak
berpengaruh terhadap manajemen
laba
9 Yohanna
2010
Pengaruh Kualitas Auditor,Corporate
governance, Leverage dan
Kinerja Keuangan terhadap Manajemen
laba Studi pada Perusahaan
Perbankan yang Terdaftar di Bursa
Efek Indonesia BEI Tahun 2006-
2008 Variabel Dependen:
Kualitas auditor,kepemilikan
manajerial,kepemili kan
instusional,Proporsi dewan komisaris
independen,Leverag e,kinerja keuangan
perbankan.Sedangka n variabel
Independen adalah manajemen laba
Kualitas auditor berpengaruh positif
dan signifikan terhadap manajemen
laba. Kepemilikan
manajerial berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap manajemen
laba. Kepemilikan
institusional berpengaruh negatif
dan signifikan terhadap manajemen
laba. Proporsi dewan
komisaris independen tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap
manajemen laba. Leverage tidak
memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap manajemen laba.
CAR sebagai proksi dari kinerja
keuangan memiliki pengaruh yang
signifikan dan berhubungan
Universitas sumatera Utara
29
negatif.
10
Rahmi Marthila
2011 Pengaruh Penerapan
good corporate governance terhadap
Manajemen laba pada perusahaan
manufaktur sektor barang konsumsi
yang terdapat di Bursa Efek
Indonesia Variabel Independen
: Proporsi dewan komisaris,ukuran
dewan komisaris, leverage dan Return
On Asset ROA. Sedangkan Variabel
Dependen : Manajemen laba
Proporsi komisaris independen, ukuran
dewan komisaris, leverage dan
profitabilitas tidak berpengaruh
terhadap praktik manajemen laba
pada perusahaan manufaktur sektor
barang konsumsi yang terdaftar di
BEI
2.3. Kerangka Konseptual
Manajemen laba merupakan salah satu bentuk akibat asimetri informasi dalam teori agensi. Hal ini dikarenakan manajer lebih mengetahui informasi
tentang perusahaan yang dikelolanya. Kehadiran mekanisme corporate governance diharapkan dapat menciptakan iklim tata kelola yang baik dan lebih
transparan. Menurut Barnhart dan Rosenstein 1998, mekanisme corporate
governance meliputi mekanisme internal, seperti adanya struktur dewan direksi, kepemilikan manajerial dan kompensasi eksekutif, dan mekanisme eksternal,
seperti pasar untuk kontrol perusahaan, kepemilikan institusional dan tingkat pendanaan dengan hutang debt financing. Sedangkan menurut Veronica dan
Bachtiar 2004, beberapa mekanisme corporate governance antara lain diwujudkan dengan adanya dewan direksi, komite audit, kualitas audit, dan
kepemilikan institusional.
Universitas sumatera Utara
30 Tindakan manajemen laba mengakibatkan laporan keuangan yang tidak
sesuai dengan keadaan sebenarnya perusahaan. Hasil kinerja perusahaan menjadi tidak diketahui dengan pasti oleh investor sehingga menyebabkan investor
menyalah artikan laporan keuangan tersebut. Kontrak hutang leverage yang tinggi juga dapat menyebabkan manajer melakukan tindakan manajemen laba. Hal
ini sesuai dengan hipotesis yang dikemukakan oleh Watts dan Zimmerman dalam Sulistyanto, 2008 yang mengelompokkan leverage dalam debt covenant
hypothesis. Berdasarkan penjelasan singkat di atas maka peneliti merumuskan
kerangka pemikiran penelitian ini.
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Penelitian Variabel Independen
Variabel Dependen
Ukuran Dewan Direksi X1
Manajemen laba Y Komite Audit X3
Kepemilikan Manajerial X4
Ukuran Dewan Komisaris X2
Leverage X5
Universitas sumatera Utara
31
2.4. Hipotesis Penelitian 2.4.1 Ukuran dewan direksi
Dewan direksi mempunyai peran dan tanggung jawab yang penting dalam menentukan kebijakan yang akan dijalankan oleh perusahaan, baik dalam jangka
waktu yang pendek maupun jangka panjang. Ukuran dewan direksi juga sebagai salah satu komponen good corporate governance yang sangat berperan penting
dalam mengatasi manajemen laba. Keberadaan dewan direksi tersebut sebagai mekanisme pengendali internal utama untuk memonitor para manajer perusahaan
Subhan, 2011. Dengan adanya kebutuhan yang besar akan jumlah dewan direksi mengakibatkan munculnya permasalahan antara pihak principal dengan agent,
karena perusahaan dengan jumlah dewan direksi yang besar tidak dapat melakukan koordinasi, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang lebih baik
dibanding dengan perusahaan yang memiliki jumlah dewan direksi yang lebih kecil Wardhani, 2007. Ukuran direksi yang besar mengakibatkan proses
pengawasan kurang efektif dan dapat meningkatkan praktek manajemen laba oleh manajemen. Apabila jumlah dewan direksi sedikit, maka praktik manajemen laba
dapat dikurangi karena komunikasi dan koordinasi pada ukuran dewan direksi yang kecil dalam aktivitas tersebut lebih efektif dibandingkan dengan ukuran
direksi yang besar sehingga dapat meningkatkan pengawasan terhadap manajemen Purwandari, 2011. Berdasarkan uraian diatas, maka dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :
Universitas sumatera Utara
32
H1: ukuran dewan direksi berpengaruh positif terhadap manajemen laba
2.4.2. Ukuran dewan komisaris
Ukuran dewan komisaris mempengaruhi praktik manajemen laba pada perusahaan. Nasution dan Setyawan 2007 menemukan pengaruh positif
signifikan terhadap praktik manajemen laba pada perusahaan perbankan. Semakin besar ukuran dewan komisaris, maka semakin besar pula manajemen laba yang
dilakukan perusahaan. Hal ini mengindikasikan bahwa ukuran dewan komisaris yang besar tidak efektif dalam mengurangi praktik manajemen laba. Dari hasil
tersebut, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah: H2: Ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap praktik
manajemen laba.
2.4.3 Komite audit