wujud perubahan sikap dan perilaku oleh komunikan sesuai dengan apa yang dimaksudkan oleh komunikator.
2.5. Konseling Gizi
Konseling gizi adalah suatu proses komunikasi antara petugas penyuluh gizi konselor atau komunikator dengan klien orang tua balita dalam hal ini ibu balita
yang bertujuan untuk membantu ibu untuk memutuskan apa yang akan dilakukan dalam mengatasi masalah kekurangan gizi yang dialami oleh balita. Dalam proses
konseling ini konselor bukan memberi nasihat tetapi memberikan informasi dan alternatif pemecahan masalah, selanjutnya ibu balita memilih dan memutuskan
sendiri alternatif yang terbaik untuk dirinya Depkes, 2000. Konselor ”Counselor” gizi adalah ahli gizi yang bekerja untuk membantu
orang lain klien mengenali, mengatasi masalah gizi yang dihadapi dan mendorong klien untuk mencari dan memilih cara pemecahan masalah gizi secara mudah
sehingga dapat dilaksanakan oleh klien secara efektif dan efisien. Dalam disertasinya Notoatmodjo 1987, menyatakan bahwa ada suatu bukti bahwa PMT saja tidak akan
menunjukkan perubahan status gizi balita tanpa dibarengi dengan upaya pembekalan pengetahuan ilmu gizi pada ibu. Untuk memperkuat manfaat PMT, dibutuhkan
program konseling yang variatif dan efektif terhadap ibu-ibu dari anak balita gizi kurang yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda.
Berbagai upaya dilakukan untuk penanggulangan masalah gizi salah satunya adalah posyandu sebagai garda terdepan dan terdekat dengan masyarakat memiliki
Universitas Sumatera Utara
peran penting. Namun dibeberapa tempat, berbagai keluhan terhadap layanan kesehatan seperti posyandu masih sering terdengar, terutama dalam hal komunikasi.
Sikap tidak ramah dan kaku, kurang senyum dan cerewet dan sejenisnya adalah sebagian gambaran yang diberikan petugas di tempat pelayanan kesehatan. Termasuk
istilah medis yang sering dikemukakan tanpa penjelasan yang benar pada ahirnya menjadi istilah umum dikalangan masyarakat yang sebenarnya kurang tepat Alven,
2008. Seorang konselor gizi diharapkan mempersiapkan diri dengan pengetahuan,
sikap dan keterampilan dalam memberikan konseling. Adapun syarat sebagai konselor adalah sebagai berikut : Pertama, bahwa materi dan pengetahuan yang
sebaiknya dimiliki dan dikuasai konselor diantaranya pengetahuan tentang bahan makanan yang tersedia di wilayah tersebut lengkap dengan harga dan jenisnya,
kebiasaan mengolah dan cara menyiapkan makanan yang baik. Mereka juga perlu memiliki wawasan tentang ilmu gizi dasar, ilmu bahan pangan, ilmu penyakit, ilmu
sanitasi, ilmu kesehatan masyarakat dan materi tentang masalah gizi di Indonesia, yaitu: gizi buruk,gizi kurang, gizi lebih dan obesitas, anemia gizi besi, kurang vitamin
A, gangguan akibat kekurangan yodium GAKY, dan penyakit degeneratif atau penyakit terkait gizi lainnya.
Hal kedua adalah konselor memiliki sikap dan keterampilan meliputi penampilan rapi, sopan dan sederhana. Menghindari pakaian dan perhiasan yang
dapat menyolok perhatian klien. Selalu tepat waktu dan tidak membuat klien
Universitas Sumatera Utara
menunggu. Terbiasa memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan bertemu klien serta menunjukkan sikap membantu.
Konselor juga perlu bijaksana menjelaskan perkiraan waktu yang diperlukan untuk wawancara dan diskusi. Menggunakan komunikasi verbal maupun non verbal.
Konselor diupayakan dapat bertatap muka langsung dengan klien dengan bahasa verbal yang mudah dimengerti. Menciptakan suasana lingkungan konseling yang
nyaman dan terjalin hubungan yang baik antara klien dan konselor. Menjadi pendengar yang baik dan aktif dalam menerima keluhan klien. Menunjukkan kepada
klien bahwa permasalahannya sudah dimaklumi. Jelaskan bahwa semua informasi yang diberikan klien dijamin kerahasiaannya.
Sasaran konseling adalah pasienorang sakit dan atau keluarganya, mereka yang sedang menjalani rawat jalan di puskesmas, atau mereka yang datang karena
membutuhkan informasi tentang masalah kesehatan atau masalah gizi yang dihadapi. Bagi pasien balita biasanya klien adalah orang tuakeluargaorang yang mengasuh
anak tersebut Depkes dan Kessos RI, 2000. Penyampai pesan pada penelitian ini adalah petugas gizi puskesmas bersama
tim, sementara komunikan adalah ibu yang mempunyai anak balita gizi kurang. Pesan yang diberikan terlebih dahulu ditata supaya mudah dimengerti. Tujuannya untuk
memberi keterangan, dan diharapkan ibu balita menerima pesan, menyikapi dan merubah prilaku mereka seperti yang dipesankan. Tidak semua ibu mudah mengerti
karena berbagai macam alasan atau permasalahan yang dihadapi seperti tingkat pengetahuan, perhatian dan lingkungan ketika berkomunikasi seperti bising atau
Universitas Sumatera Utara
ruangan yang pengap dan sesak. Pada proses konseling berbagai macam respon yang diberikan ibu balita seperti sikap menerima, acuh tak acuh atau bingung karena
mungkin tidak dapat memahami apa yang dipesankan. Petugas penyuluh harus memantau respons dari ibu balita secara langsung,
apakah mereka mau menurut dan merubah prilaku terhadap masalah gizi, atau sama sekali tidak berbuat apa-apa. Semua respons menjadi masukan dan selanjutnya
petugas dapat merubah cara yang lebih efektif dan efisien Liliweri, 2005. Pesan harus dikemas sesuai dengan masalah yang dihadapi hingga memberi
jalan keluar yang baik. Dalam hal ini petugas gizi harus menjelaskan: Pertama, pengertian aneka ragam makanan bergizi seimbang yang meliputi makanan pokok,
lauk pauk, sayur-syuran, buah-buahan dan susu. Manfaat, akibat dan tindakan yang perlu dilakukan bila keluarga belum makan aneka ragam makanan. Kedua, agar
memantau kesehatan dan pertumbuhan anggota keluarganya, akibat dan tindakan yang perlu dilakukan bila hal tersebut belum dilaksanakan Depkes, 2007.
Masa balita adalah masa pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, untuk itu kebutuhan akan zat gizi harus terpenuhi dan masa balita juga merupakan masa
yang rentan mengalami masalah gizi. Adapun manfaat zat gizi bagi balita adalah: 1 untuk proses pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, 2 memelihara
kesehatan dan memulihkan kesehatan bila sakit, 3 melaksanakan berbagai aktivitas dan 4 mendidik kebiasaan makanan yang baik dengan menyukai makanan yang
mengandung gizi yang diperlukan oleh tubuh Lailiyana, dkk, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Setelah anak berumur 1 tahun menu makanan harus bervariasi untuk mencegah kebosanan dan diberi susu. Makanan padat tidak perlu dilumat lagi supaya
anak yang sudah mempunyai gigi dapat belajar mengunyah. Adakalanya anak tidak mau makan makanan padatnya, ibu harus menyikapinya tidak memberi susu sebagai
pengganti. Akan tetapi makanan disimpan dahulu lalu coba lagi jika anak sudah mulai lapar Sibagariang, 2010.
Ada beberapa hal yang perlu dihindari bagi anak agar makannya tidak berkurang, seperti membatasi makanan yang kurang menguntungkan, misalnya
coklat, permen, kue-kue manis, karena dapat membuat kenyang sehingga nafsu makan berkurang. Menghindari makanan yang merangsang seperti yang pedas dan
terlalu panas, menciptakan suasana makan yang tentram dan menyenangkan, memilih makanan dengan nilai gizi tinggi, memperhatikan kebersihan perorangan dan
lingkungan, tidak memaksa anak untuk makan serta tidak menghidangkan porsi makanan yang terlalu banyak Waryanan, 2010.
Agar konseling memberikan hasil yang maksimal sebaiknya menggunakan media komunikasi. Alat bantu ini memudahkan menyampaikan pesan dari sumber
kepada penerima. Yang digunakan sebagai media dalam konseling adalah brosur, leaflet, poster dan lain-lain yang dapat memudahkan petugas kesehatan memberi
penjelasan apa-apa yang harus dilakukan ibu, jenis-jenis atau menu makanan sehat apa yang harus diberikan kepada anak dan perlu juga disampaikan gambar-gambar
anak yang mengalami kurang gizi agar dapat memotivasi ibu untuk mengadakan perubahan perilaku dalam pengasuhan anak.
Universitas Sumatera Utara
Tahap awal respon ibu dapat langsung dilihat dari sikapnya pada saat konseling berlangsung apakah ibu antusias dalam mengikuti proses konseling atau
bahkan memperlihatkan sikap acuh tak acuh. Disini sangat diperlukan sikap cermat dari petugas bagaimana agar tercipta suasana konseling yang dapat membangkitkan
semangat si ibu atau merubah suasana konseling yang tadinya tegang menjadi kekeluargaan dengan memberi kesempatan bagi ibu untuk menceritakan keluhan atau
masalah yang dihadapinya selama ini. Keberhasilan proses konseling sangat tergantung pada sikap petugas dalam
memberikan penjelasan pada ibu. Untuk itu diperlukan pengetahuan dan pengalaman petugas agar hasil yang diharapkan dapat tercapai. Tidak hanya sampai disini tindak
lanjut perlu dilakukan yaitu dengan mendatangi rumah ibu balita untuk melihat secara langsung apakah yang disampaikan pada saat konseling dilaksanakan oleh ibu. Ini
dapat dinilai dari sikap dan perilaku ibu pada saat sebelum dilakukan konseling dengan setelah dilakukan konseling.
2.6. Manfaat Konseling