perlakuan konseling dan MP-ASI lebih baik dari kelompok perlakuan hanya MP-ASI. Ini berarti perbaikan status gizi lebih baik pada kelompok anak yang ibunya diberi
konseling gizi sebelum dan selama pemberian MP-ASI dibandingkan status gizi pada kelompok anak yang ibunya tidak diberi konseling gizi sebelum dan selama
pemberian MP-ASI.
2.9. Pengaruh PMT dan Konseling terhadap Perubahan Status Gizi Balita
Berbagai strategi pemerintah dalam penanggulangan masalah gizi di Indonesia diantaranya peningkatan pelayanan kesehatan, PMT, revitalisasi posyandu
dan lain-lain tidak akan berhasil tanpa ada kerjasama antar lintas sektor. Disamping itu partisipasi masyarakat dalam menyikapi langkah-langkah yang telah
disosialisasikan oleh Pemerintah dalam hal ini Puskesmas. PMT adalah salah satu langkah, tapi bila PMT yang diberikan tanpa adanya
penyuluhan atau konseling pada masyarakat khususnya ibu-ibu yang mempunyai balita gizi kurang tidak akan memberi efek yang maksimal. Karena PMT tanpa
pengawasan dari petugas kesehatan akan diberikan ibu dengan sesuka hati, bahkan ada ibu yang memberikan PMT kepada anaknya yang lain. Agar upaya yang
dilakukan Pemerintah tidak sia-sia, untuk itu monitoring dan konseling tetap dilakukan sampai PMT dapat memberikan dampak pertambahan berat badan balita.
Dari hasil penelitian Wanatorey, dkk 2006, tentang pengaruh konseling gizi terhadap pengetahuan gizi ibu dan perbaikan status gizi balita gizi buruk yang
mendapatkan PMT Pemulihan di Kota Sorong, Irian Jaya Barat menunjukkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
konseling gizi secara individual melalui kunjungan rumah lebih baik dari konseling gizi secara berkelompok untuk meningkatkan pengetahuan gizi ibu dalam
penanganan balita gizi buruk. Peningkatan asupan energi dan protein dapat dipengaruhi oleh pengetahuan gizi ibu balita. Hasil analisis tingkat konsumsi energi
dan protein dari ketersediaan energi dan protein paket PMT Pemulihan yang dilaksanakan selama 3 bulan intervensi menunjukkan ada perbedaan yang bermakna
pada kedua kelompok. Dengan rata-rata tingkat konsumsi energi dan protein dari ketersediaan energi dan protein dari paket PMT Pemulihan yaitu 50-60 pada kedua
kelompok.
2.10. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan sebuah kondisi yang berada di bawah nilai garis standar kebutuhan minimum, baik untuk makanan dan non makanan. Garis
kemiskinan adalah sejumlah rupiah yang diperlukan oleh setiap individu untuk dapat membayar kebutuhan makanan setara 2100 kkal per orang per hari dan kebutuhan
non makanan yang terdiri dari perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, serta aneka barang dan jasa lainnya Suharto, 2005.
Seseorangrumah tangga dikatakan miskin bila kehidupannya dalam kondisi serba kekurangan, sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Batas
kebutuhan dasar minimal dinyatakan melalui ukuran garis kemiskinan yang disertakan dengan jumlah rupiah yang dibutuhkan.
Universitas Sumatera Utara
Kriteria penduduk miskin dapat dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu BPS, 2005 :
1. Penduduk dikatakan miskin apabila kebutuhan untuk memenuhi konsumsi makanan hanya mencapai 1900 kal per orang per hari plus kebutuhan dasar non
makanan, atau setara dengan Rp 120.000 per orang per bulan. 2. Penduduk dikatakan miskin apabila kemampuan memenuhi konsumsi makan
hanya mencapai 1900-2000 kal per orang per hari plus kebutuhan dasar non makanan, setara dengan Rp 150.000 per orang per bulan.
3. Penduduk dikatakan mendekati miskin apabila kemampuan memenuhi konsumsi makanan hanya mencapai 2100-2300 kal per orang per hari plus kebutuhan dasar
non makanan, setara dengan Rp 175.000 per orang per bulan. Bila diasumsikan suatu rumah tangga memiliki jumlah anggota keluarga
rumah tangga rata-rata 4 orang, maka batas garis kemiskinan rumah tangga adalah : 1. Rumah tangga yang dikatakan sangat miskin apabila tidak mampu memenuhi
kebutuhan dasarnya sebesar 4 x Rp 120.000 = Rp 480.000 per rumah tangga per bulan.
2. Rumah tangga yang dikatakan miskin apabila tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya sebesar 4 x Rp 150.000 = Rp 600.000 per rumah tangga per bulan.
3. Rumah tangga dikatakan mendekati miskin apabila tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya sebesar 4 x Rp 175.000 = Rp 700.000 per rumah tangga per
bulan.
Universitas Sumatera Utara
2.11. Landasan Teori