4. Konflik Strategi Terhadap Pukat Harimau

di lokasi-lokasi zona penangkapan tradisional sementara nelayan tradisional kalah bersaing terhadap teknologi penangkapan mutakhir, kondisinya pun semakin hari dari segi produktivitas sangat menurun drastis. Persaingan bebas antara nelayan menimbulkan kecemburuan sosial yang menjurus ke konflik terbuka karena salah satu pihak merasa dirugikan terus menerus oleh pihak lain. Tumpang tindih wilayah operasi nelayan bukan saja memonopoli antara nelayan modern dengan nelayan tradisional, sesama nelayan tradisional pun selalu merasa dirugikan satu dengan yang lainnya, begitu juga dengan sesama nelayan teknologi modern khususnya ditujukan kepada nelayan pukat harimau dan pembom ikan yang telah menjadi musuh umum seluruh komunitas nelayan. Akibat beroperasinya kedua jenis alat tangkap tersebut benih-benih konflik mencuat ke permukaan karena sudah sangat mengganggu stok sumberdaya laut nelayan tradisional.

5. 4. Konflik Strategi Terhadap Pukat Harimau

Keberadaaan operasi pukat harimau sudah sangat lama meresahkan nelayan tradisional antara lain nelayan pemancing dan nelayan jaring. Sebab akibat operasi tersebut sangat dirasakan berpengaruh terhadap hasil penangkapan ikan nelayan skala kecil. Berbarengan dengan itu sering terjadi konflik antara nelayan kecil tradisional dan nelayan pukat harimau trawl semakin menambah beban masyarakat tradisional terutama nelayan penjaring serta pemancing boat stempelkeppres yang jelas lokasi utama mereka adalah terumbu karang sebagai tempat pemacingan langganan tetap sewaktu beroperasi, kondisinya hancur lebur akibat dibom oleh nelayan pembom dan Universitas Sumatera Utara rusak disebabkan juga pukat-pukat harimau dalam menangkap atau memburu ikan-ikan berkualitas ekspor seperti kerapu, kakap dan lain-lain. Mereka membomi dan menjaring tanpa segan-segan walaupun sudah ada nelayan pancing yang beroperasi terlebih dahulu di lokasi tersebut. Bahkan nelayan- nelayan bagan boat pukat cincin sering memperogoki mereka sedang beraksi di lokasi-lokasi stategis terumbu karang. Dengan berhembusnya angin reformasi pada bulan-bulan Mei 1998 sampai 1999, atas dasar fakta rusaknya terumbu karang akibat pukat harimau masyarakat nelayan tradisional diprakarsai nelayan jaring yang berdomisili di Teluk Mengkudu membentuk aliansi dan didukung segenap komponen nelayan baik nelayan jaring bawal, jaring udang dan lain-lain, bagan boat dan pukat cincin memberikan aspirasi kepada DPRD Tk II Sibolga dan Tapanuli Tengah pihak aparat keamanan laut serta pihak terkait pemerintah setempat. Mereka meminta agar pengusaha yang mengoperasikan pukat harimau dan pemboman ikan hendaknya menghentikan operasionalnya alat perusak tersebut karena melanggar hukum serta dapat merusak kelestarian laut yang akan berpengaruh terhadap mata pencaharian komunitas nelayan tradisional. Usaha-usaha lain yang diwakili tokoh-tokoh nelayan mengutus tim yang beranggotakan wakil-wakil nelayan tradisional ke Tingkat I Medan dan ke pusat Jakarta untuk membicarakan seputar pukat harimau dan bom ikan kepada pemerintah dan tokoh-tokoh masyarakat Serdang Bedagai yang berdomisili di Jakarta agar mau turun tangan menangani masalah ini dengan harapan tidak ada lagi kerusakan terumbu karang yang diakibatkan operasi pukat harimau dan pemboman ikan. Universitas Sumatera Utara Aksi-aksi unjuk rasa tersebut dianggap dingin oleh aparat terkait malahan pukat harimau semakin merajalela. Maka masih di bulan Mei 1999 komunitas nelayan tradisional tidak mampu menahan kesabaran mereka bereaksi secara anarkis dengan membakar dua unit kapal nelayan pukat harimau milik pengusaha tertentu, aksi tersebut disaksikan langsung pemerintah setempat. Aksi unjuk rasa tandingan pun digelar oleh masyarakat nelayan jaring pukat harimau dengan dibiayai Rp. 10.000orang, gerakan massa yang kebanyakan dari inang-inang penjual ikan, ibu-ibu rumah tangga serta membawa anaknya mendatangi gedung DPRD dengan aspirasi mendukung operasi pukat harimau. Dengan alasan jika pemerintah tidak mengizinkan operasi pukat harimau maka habislah sumber penghidupan mereka. Aksi ini sebagai konter terhadap aksi nelayan tradisional yang sangat semangat menentang operasi pukat harimau. Konflik-konflik nelayan semakin meruncing awalnya nelayan tradisional dengan pengusaha pukat harimau dan pemboman ikan berubah menjadi konflik nelayan tradisional terutama nelayan pemancing dengan awak pukat harimau. Insiden penganiayaan dengan menabrak boat tempel pemancing tradisional yang dilakukan dengan pukat harimau kerap terjadi ditengah perairan bila mereka saling berpapasan. Begitu juga dengan pemboman ikan, mereka tidak segan-segan menganiaya nelayan tradisional dengan cara membom bila mencoba mengusik keberadaan mereka beroperasi seperti kejadian di pulau Pini dimana nelayan tradisional yang melarang nelayan untuk mengambil ikan akhirnya mereka dibom oleh nelayan yang bersangkutuan. Operasi penangkapan pukat harimau dan pemboman ikan sangat sukar untuk dibendung sebab jaringan relasi mereka selalu saja menjadi faktor penghalang untuk menghentikan gerakan pengoperasian Universitas Sumatera Utara terutama pukat harimau yang menjadi primadona dalam meraup keuntungan besar oleh para pengusaha perikanan. 5. 5. Strategi Membangun Institusi Ekonomi Nelayan