mereka, meski telah dilarang pengoperasiannya dengan Keputusan Presiden No.39 Tahun 1980.
4. 3. Teknologi Perikanan dan Dampaknya
Revolusi biru pada awalnya ditujukan untuk menunjukan perkembangan teknologi kelautan atau perikanan dalam meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran manusia di sektor perikanan dan laut. Ternyata malah memunculkan resiko sosial social impact baik bagi masyarakat yang berdiam di wilayah pesisir
termasuk pula pada masyarakat secara umum serta lingkungan pesisir dan lautnya. Dampak yang dimunculkan oleh penerapan teknologi perikanan modern sama
seperti yang lainnya, menimbulkan kekerasan teknologi dan malah mendorong lahirnya teknologi kekerasan.
Kekerasan teknologi perikanan modern dapat kita lihat antara lain: pertama, munculnya konflik antara nelayan tradisional dan nelayan yang
menerapkan teknologi moderen, seperti alat tangkap trawl pukat harimau. Kedua, terjadi over fishing atau penangkapan ikan secara berlebihan oleh
teknologi modern tanpa memperhitungkan keseimbangan teknologi laut. Ketiga, rusaknya dasar laut, karang, terumbu karang dan plankton yang menjadi bagian
dari keseimbangan laut. Keempat, punahnya bibit biota laut karena ditangkap oleh jaring-jaring berdiameter kecil. Kelima, rusaknya fising ground area tangkapan
masyrakat nelayan tradisional. Dan keenam, institusi adaptasi dan hak-hak masyarakat pesisir sedikit demi sedikit digusur.
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan teknologi kekerasan dalam perikanan dan laut berhubungan dengan dihasilkannya teknologi perikanan modern yang memang dirancang untuk
menimbulkan implikasi kearah kekerasan. Misalnya, alat tangkap trawl atau pukat harimau. Dari cara kerja pukat, alat tangkap ini memang menimbulkan kekerasan
karena dengan diameter jaring yang sangat kecil, pukat mampu membuat bibit- bibit biota laut ikut terjaring sehingga mengancam keberlangsungan perkembang
biakan. Contoh lain kekerasan teknologi perikanan misalnya penggunaan lampu berkekuatan tinggi pada alat tangkap yang disebut pukat langgar. Ketika pukat
langar beroprasi, lampu tembak digunakan untuk membuat ikan tertarik muncul ke atas, dan ketika ikan tersorot sinar lampu, ikan tersebut akan kepanasan.
Selain itu kekerasan teknologi juga mendorong lahirnya kekarasan struktural. Diantaranya dengan lahirnya produk-produk kebijakan yang lebih
mementingkan ekonomi semata khususnya untuk segelintir pengusaha dan pemenuhan devisa Negara. Selain itu teknologi ini juga melahirkan upaya
pengawasan dan control yang sentralistik dari pada pemegang kekuasaan dengan menerapkan pendekatan militeristik, birokratik dan hak-hak rakyat khususnya
nelayan tradisional. Kita bisa melihat bukti bagai mana rezim orde yang berkuasa selama 32 tahun berhasil membangun sebuah sistem pengelolaan laut berbasis
penggunaan teknologi modern yang sangat cepat menghasilkan keuntungan tanpa mempertimbangkan lingkungan dan kepentingan nelayan tradisional, serta
dilakukan secara sentralistik – militeristik. Tujuan sistem tersebut adalah mengeksploitasi sumberdaya alam. Jika
seseorang atau kelompok melihat satu teknologi ke teknologi lainnya. Jelaslah bahwa teknologi merupakan teknik yang merampok sumber-sumber alam bumi
Universitas Sumatera Utara
dan merasionalisasi biayanya. Lihat saja bagaimana Orde baru ketika awalnya memperkenalkan teknologi alat tangkap dapat meningkatkan kehidupan ekonomi
nelayan kecil dan membujuk mereka melalui pemberian kredit. Bergerak dari paparan diatas, kita dapat mengatakan bahwa teknologi di satu sisi memang
membawa kemajuan dan makin memudahkan kehidupan manusia. Di sisi lain, teknologi ternyata membawa dampak yang cukup besar dan
sedang mengancam kehidupan manusia dan lingkungan di planet bumi. Seperti yang dinyatakan oleh Alfin Toffler bahwa kalau di jalankan tampak tanggung
jawab teknologi akan menimbulkan tendangan balik Alfin Toffler, 383. Masuknya Trawl pukat harimau sangat meresahkan masyarakat nelayan
kecil, karena trawl sering menabrak jaring kami yang sedang dipasang bahkan perahu sehingga nelayan tradisional tewas dalam tabrakan yang dilakukan alat
tangkap modern, dan disisi lain pukat trawl berdampak merusak wilayah tangkap nelayan kecil karena cara kerja trawl mengorek dan menyedot tempat-tempat
sarang ikan bertelur. Sehingga menurunkan volume ikan yang ditangkap dan menimbulkan bencana bagi kami nelayan kecil. Wawancara 20 Desember 2007
dengan Bapak Arsad Nasution.
4. 4. Akses Penerapan jenis-jenis Teknologi penangkapan Bentuk-Bentuk Pengelolaan dan Zona-Zona Penangkapan
Pemanfaatan sumberdaya laut yang dilakukan para nelayan tidak terlepas dari model–model perlengkapan atau peralatan penangkapan ikan. Alternatif
dalam pilihan dalam penerapan harus sesuai dengan kondisi perairan laut serat kondisi stok biota-biota di dalamnya. Peralatan eksploitasi ikan sangat ditentukan
Universitas Sumatera Utara
menurut jenis alat tangkap, jenis hasil tangkapan daya jelaja teknologi pembantu, sumber daya nelayan skill sifat dan lokasi ikan serta pilihan nelayan untuk
beradaptasi terhadap musim. Dari penerapan alat penangkapan nelayan mendapat penamaan atau
pengkatagorian seiring dengan alat yang dipakai dalam eksploitasi. Para nelayan juga tersebar diberbagai zona-zona alur wilayah oprasi penangkapan, yaitu zona
perikanan pantai Coastal fishery. Perikanan lepas pantai off shore dan perikanan zona laut lepas oceanik. Masyarakat Serdang Bedagai, terbagi aktif
pada berbagai jenis unit nelayan yang mengoprasionalkan beraneka ragam alat tangkap dalam usahanya memanfaatkan ekosistem perairan laut, walaupun lebih
banyak pada unit nelayan jaring. Bagan bot boat lift net, pukat cincin purse seine. Minoritas memakai jaring selam gill Net, jaring udang trammel Net,
pukat pantai beach seine, dan pancing hook adn line serta alat tangkap yang beroprasi dikawasan hutan bakau.
Namun karena sumberdaya laut bersifat terbuka dalam penerapan zona- zona penangkapan terdapat juga nelayan yang mengoprasionalkan jenis alat
tangkap lain seperti nelayan pancing kakap, nelayan jaring setan, nelayan pukat ikan atau pukat harimau PITrawl, meskipun alat tangkap tersebut tidak dipakai
masyarakat setempat.
Universitas Sumatera Utara
4. 5. Penjaring Ikan