Strategi Membangun Institusi Ekonomi Nelayan

terutama pukat harimau yang menjadi primadona dalam meraup keuntungan besar oleh para pengusaha perikanan. 5. 5. Strategi Membangun Institusi Ekonomi Nelayan Nelayan sebagai masyarakat yang menggantungkan mata pencahariannya pada hasil laut berupa ikan, udang, kepiting dan lain sebagainya, merupakan salah satu masyarakat yang tidak diperhatikan oleh pemerintah. Masalah yang dihadapi masyarakat nelayan pada saat ini sangat beragam, seperti lahan tangkapan nelayan terdasional yang dijarah pukat harimau trawl sehingga berkurangnya hasil tangkapan dan rusaknya dasar laut. Begitu juga kerugian ekonomi yang diderita nelayan akibat rusaknya alat tangkapjaring nelayan tradisional. Belum lagi persoalan harga tangkapan yang dipermainkan toketengkulak karena nelayan tradisional terikat atau karena mereka membawa sampan atau jaring milik toke, menyebabkan para nelayan tidak bebas menjual hasil tangkapan dengan harga yang lebih baik. Pemasaran ikan hasil tangkapan nelayan berjalan lancar sesuai dengan mekanisme pasar ikan yang berlaku di dalam komunitas nelayan, kelembagaan ekonomi akan sangat menentukan mendukung aktifitas jual beli ikan antara produsen dengan konsumen. Terstrukturnya kelembagaan dan tersedianya sarana- sarana pemasaran membantu nelayan untuk memasarkan hasil tangkapan sesuai harga tawar-menawar yang saling menguntungkan antara kedua belah pihak yang berkepentingan. Pada prakteknya di lapangan kondisi pasar ikan justru melemahkan sebagian nelayan skala tradisional dan nelayan buruh yang tidak memiliki alat tangkap sendiri. Untuk nelayan tradisional lebih dikarenakan tingkat Universitas Sumatera Utara pengawetan atau pengolahan ikan yang kurang memadai, penghasilan sedikit sehingga mengambil jalan pintas melelang ikan secara tradisional tanpa mengikuti mekanisme pasar. Sedangkan nelayan modern buruh hasil tangkapan sudah dimonopoli langsung oleh pihak pemilik armada toke yang sering mempermainkan harga dan timbangan berat ikan hasil tangkapan. Begitu juga akan menutup peluang menyalurkan ikan ke pembeli lain seperti TPI yang menerapkan standar baku pada ikan, di samping itu nelayan juga enggan menjual ikan ke TPI karena terbatasnya pengetahuan mereka terhadap institusi ekonomi itu. Sistem rantai pemasaran yang tergambar dalam pola ekonomi nelayan terdiri dari dua bentuk, pertama bentuk tradisional dan bentuk rantai pemasaran modern. Pemasaran tradisional dilakukan antara para nelayan dengan para paralong-along, pemuge berskala kecil dan para perebus ikan yang menampung jenis-jenis ikan kualitas lokal. Sedangkan pemasaran modern dilakoni para toke besar, pemasaran marketing pihak pemilik modal dan TPI yang menampung memasarkan jenis-jenis ikan yang berkualitas ekspor. Untuk penampungan mata rantai pemasaran tradisional daya tampungnya terhadap kebutuhan ikan masih sangat terbatas, sistem pembeliannya pun sangat dominan borongan tanpa timbang sebab jenis ikan sangat beraneka ragam tanpa sortir terkecuali jenis ikan yang sangat mahal di pasaran seperti udang kelong, sementara para perebus ikan kebutuhannya sudah tertentu harga ditentukan per fiber atau per kilogram. Dibandingkan menampung kedua modern kapasitas penampungan sangat besar khususnya ikan-ikan besar berkualitas pangsa luar daerah dan ekspor. Sortiran- sortiran ikan tersusun rapi berdasarkan jenis ikan dan harga sebab jenis produksi Universitas Sumatera Utara jenis ikan tersebut langsung dikemas rapi dengan pengawet yang terjamin setelah sampai di tangkahan daratan, tak lama kemudian seluruh fiber-fiber ikan tersebut akan diangkut untuk dipasarkan melalui jasa transportasi darat maupun udara menuju berbagai kota antara lain Medan, Pekan Baru, Padang, Jambi, Lampung dan kota manca negara seperti Singapura, Taiwan, Jepang, Hongkong sebagai sasaran utama pemasaran jenis-jenis ikan berkualitas tinggi. Seperti udang- udangan Panaeus spp, ikan kerapu Epihenphelus spp, ikan kakap Lates calcarifer spp, ikan tenggiri Scomberomorus, ikan tunasisik Thunnus albacares dan lain-lain. Melemahnya kondisi pasar ikan nelayan bila ditelusuri secara dalam ada beberapa faktor yang mempengaruhi secara struktural. Pertama, permintaan lebih kecil dari pembeli demander dibanding persediaan ikan yang ditawarkan penjual supplier jika saat musim panen. Kedua, masih terbatasnya jumlah pedagang yang memborong ikan sehingga tawar-menawar tidak sedap dan monopolistik. Ketiga, penerapan sistem patron-klien antara pihak pemilik armada dengan para ABK kapal, di mana pihak ABK tidak leluasa memasarkan ikan hasil tangkapannya dan menerapakan monopoli dengan melarang keras memasarkan produksi ke TPI. Keempat, KUD koperasi unit desa dan TPI tempat pelelangan ikan yang merupakan bagian lembaga ekonomi rakyat berfungsi sebagai stabilisator harga ikan dan penampungan limpahan produksi ternyata tidak eksis dan tidak berperan penting menurut tujuannya hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan nelayan kepada lembaga-lembaga tersebut, apalagi nelayan selalu terikat akan aturan main para tengkulak atau toke pemilik armada. Kelima, keberadaan organisasi nelayan berupa SNSU, SNM, HNSI belum sepenuhnya Universitas Sumatera Utara melindungi kepentingan ekonomi para nelayan tradisional dan para ABK kapal motor. Kolusi antara bagian pihak yang berkepentingan dalam pemasaran ikan baik antara tokepemilik armda dengan tekong atau apit yang terkadang melibatkan pemasaran atau jasa-jasa antar sesama pedagang penyalur dengan penerima ikan turut andil memperlemah harga atau lebih radikal sering mengurangi bobot timbangan ikan per kilogram atau per ton, sebab semua unsur yang terlibat selalu ingin mendapatkan komsen persekot dari rata-rata timbangan maka setiap kali terjadi transaksi jual beli biaya-biaya tersebut telah diperhitungkan pihak pembeli yaitu toke besar dengan mengambil atau mengurangi sekian persen dari harga rata-rata ikan di pasaran dengan agak menurunkan sedikit harga pasaran sebenarnya. Begitu juga halnya dengan penjualan ikan di tengah perairan kolusi antara tekong beserta seluruh ABK rata- rata ikan yang dijual kepada pemuge jauh lebih murah dibanding mengadakan transaksi penjualan di daratan. Menurut pengamatan peneliti dan informasi-informasi dari masyarakat setempat, saat ini kondisi ekonomi nelayan pesisir yang hidup dalam kemiskinan, sangat memperhatinkan karena penghasilan mereka sangat kritis dan yang dibutuhkan nelayan tradisional saat ini adalah penghapusan pukat harimau dan sejenisnyadi wilayah tangkap nelayan tradisional. Karena dengan adanya penghapusan pukat harimau sejenisnya akan meningkatkan perekonomian nelayan tradisional dan konflik didalam diri masyarakat nelayan, baik nelayan tradisional maupun nelayan pukat harimau sejenisnya akan berakhir. Namun berbagai upaya yang dilakukan oleh serikat-serikat nelayan yang ada di Serdang Universitas Sumatera Utara Bedagai untuk mengusir pukat harimau dan sejenisnya tidak membuahkan hasil, sementara tidak adanya perhatian pemerintah kepada nasib nelayan.

5. 6. Strategi Serikat Perempuan Nelayan