BAB II GAMBARAN UMUM PENELITIAN
2.1. Profil Wilayah 2.1.1. Letak Wilayah
Kabupaten Serdang Bedagai terletak pada posisi 2° 57° Lintang Utara, 3° 16° Lintang Selatan, 98° 27° Bujur Barat dengan luas wilayah 1.900,22 km2
dengan batas wilayah sebagai berikut sebelah Utara dengan Selat Malaka, sebelah Selatan dengan Kabupaten Simalungun, sebelah Timur dengan Kabupaten Asahan
dan Kabupaten Simalungun, serta sebelah Barat berbatasan dengan kabupaten Deli Serdang. Dengan ketinggian wilayah berkisar 0–500 meter di atas permukaan
laut. Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari 11 kecamatan, 237 desa dan 6 kelurahan.
2.1.2. Iklim
Kabupaten Serdang Bedagai memiliki iklim tropis yang kondisi iklimnya hampir sama dengan kabupaten Deli Serdang sebagai kabupaten induk.
Pengamatan stasiun Sampali menunjukkan rata–rata kelembapan udara perbulan sekitar 84 , curah hujan berkisar antara 30° sampai dengan 34° mm perbulan
dengan periodik tertinggi pada bulan Agustus–September 2004, hari hujan perbulan berkisar 8–26 km dengan periode hari hujan yang besar pada bulan
Agustus–September 2004. Rata–rata kecepatan udara berkisar 1.10dt dengan tingkat penguapan sekitar 3.74 mm arih. Temperatur udara per bulan minimum
23.7° C dan maksimum 32.2° C.
Universitas Sumatera Utara
Kabupaten Serdang Bedagai mempunyai tangkapan sungai yang digunakan untuk perikanan. Tangkapan dan perikanan budidaya dengan teknologi
yang diterapkan adalah Budi Daya Keramba yang potensinya dapat dikembangkan, disamping itu panjang garis pantai adalah sepanjang 95 km
merupakan potensi yang cukup besar untuk dikembangkan. Apabila dilihat dari luas wilayah kabupaten Serdang Bedagai dibandingkan dengan sistem
penggunaan tanah, maka masih banyak lahan–lahan yang dapat dikembangkan di berbagai sektor pembangunan.
Untuk membiayai pembangunan daerah diupayakan dengan menggali potensi Pendapatan Asli Daerah PAD dengan melakukan intensifikasi dan
ekstensifikasi berbagai objek pemungutanretribusi sesuai dengan peraturan perundang–undangan dan ketentuan yang berlaku. Pendapatan Asli Daerah PAD
bukan semata-mata merupakan sumber keuangan yang penggunaannya sesuka hati, tanpa memperhatikan kaidah ekonomi politik, oleh karena itu perlu bahwa
PAD mengandung unsur adanya hak memungut yang diberikan pemerintah Local Taxing Power dan kemampuan masyarakat untuk membayar pajak ability to pay
and willingness to pay dengan tidak menciptakan hal-hal yang berdampak negatif. Oleh karena itu, harapan dan upaya pemerintah kabupaten Serdang
Bedagai ke depan adalah menetapkan kebijakan yang dapat memberikan iklim usaha yang kondusif, sehingga sumber daya ekonomi daerah ini akan dapat
berkembang dan akhirnya masyarakatlah yang akan menikmatinya.
Laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2002 adalah 5.13 meningkat menjadi 5.44 pada tahun 2003. Sumbangan yang terbesar dari pertumbuhan
Universitas Sumatera Utara
ekonomi diperoleh dari sektor pertanian yaitu sebesar 55.71 . diikuti dengan sektor industri 17.11 , perdagangan, dan sektor jasa sebesar 5.14 serta lainnya
8.41 .
2.1.3. Pemerintahan
Kabupaten Serdang Bedagai memilki luas wilayah 1.900.22 km persegi, terbagi dalam 11 kecamatan dan 237 desa dan 6 kelurahan, didiami oleh
pemerintah dari beragam etniksuku bangsa, agama dan budaya. Suku tersebut antara lain Karo, Melayu, Tapanuli, Simalungun, Jawa, dan lain–lain. Potensi
sumber daya alam di kabupaten Serdang Bedagai yang paling menonjol diantaranya : Sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan serta sektor pariwisata.
Sejak terbentuknya pemerintahan daerah yang baru, Sei Rempah merupakan ibukota kabupaten sebagai pusat pemerintahan, jaraknya dengan kota-
kota kecamatan sawn gan bervariasi antara 7 km s.d 51 km. Disamping kecamatan Sei Rempah sebagai pusat kota kecamatan Perbaungan yang merupakan kota
pusat perdagangan di kabupaten Serdang Bedagai yang diandalkan kedua kecamatan ini menjadi indikator keberhasilan pertumbuhan pembangunan yang
dilaksanakan.
Kota-kota kecamatan yang letaknya relatif jauh di atas 50 km, antara lain kecamatan Dolok merawan, kecamatan-kecamatan lain yang jaraknya berkisar 7
sampai dengan 32 km. Adanya wacana pemekaran wilayah kecamatan, dimungkinkan beberapa kecamatan yang masih memiliki wilayah cukup luas
berpeluang untuk dimekarkan. Di antaranya kecamatan Perbaungan, Sei rempah
Universitas Sumatera Utara
dan Dolok Masihul. Hal ini sejalan dengan upaya percepatan proses pelaksanaan pembangunan daerah.
2.1.4. Kependudukan
Kabupaten Serdang Bedagai merupakan kabupaten baru yang merupakan hasil pemekaran dari wilayah kabupaten Deli Serdang. Jumlah penduduk
kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2004 berjumlah 588.263 jiwa, dengan komposisi jumlah penduduk laki–laki 295.806 jiwa dan perempuan 297.457 jiwa.
Sedangkan jumlah rumah tangganya mencapai 137.042 KK.
Kepadatan penduduk kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2004 sebesar 310 jiwa km2. Kepadatan penduduk terbesar adalah di kecamatan Perbaungan
yaitu sebesar 567 jiwa km2 disusul kecamatan Tanjung Beringin 527 jiwakm2, Teluk Mengkudu 489 jiwakm2. Sedangkan dengan kepadatan penduduk terendah
adalah kecamatan Sipispis 139 jiwakm2, dan kecamatan Kotarih 141 jiwakm2. Ditinjau dari segi persebaran penduduk jumlah penduduk terbesar adalah di
kecamatan Perbaungan yaitu sebesar 120.193 jiwa atau sebesar 19.47 dari seluruh penduduk kabupaten Serdang Bedagai. Kecamatan–kecamatan lain di
antaranya kecamatan Sei Rempah 102.766 jiwa, kecamatan Tebing Tinggi 78.134 jiwa dan kecamatan Dolok Masihul 71.301 jiwa. http:id.wikipedia.orgwikiKab
upaten_Serdang_Bedagai
Universitas Sumatera Utara
2.2. Desa Sialang Buah
Desa Sialang Buah terletak di Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara. Dengan luas daerah 70, 84 Hektar.
Desa ini berada pada ketinggian 0-2 M dari permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata 0-278 mm, keadaan suhu rata-rata 21-30° C pertahun. Jarak Desa ke
pusat pemerintahan kecamatan adalah 1 km, dan jarak ke ibukota Kabupaten adalah 70 km, sementara jarak dari desa ke ibukota Propinsi yaitu 120 km.
Berdasarkan data statistik dari kantor kepala desa Sialang Buah tahun 2006, penduduk Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu berjumlah 3.523
jiwa yang terdiri dari 766 kepala keluarga KK, dan jumlah masyarakat nelayannya berjumlah 370 orang.
Mengingat wilayah Desa Sialang Buah masih merupakan pedesaan, selain itu juga masih terdapat banyak lahan kosong yang begitu luas, maka kita dapat
melihat bahwa penduduk desa yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai nelayan dan petani. Sementara itu, sebagian kecil masyarakat membuka
usaha sampingan yaitu dengan beternak disekitar rumah mereka. Di samping itu, masyarakat desa Sialang Buah ada juga yang bekerja sebagai wiraswasta,
pedagang, PNS, dan lain sebagainya. Namun sebagai masyarakat pesisir pantai mata pencaharian utama
mereka tetaplah sebagai nelayan. Kondisi tempat tinggal penduduk secara umum bisa dikatakan masih cukup jauh syarat sehat karena masih banyak rumah yang
kondisinya memperhatinkan. Memang sudah cukup banyak rumah semi permanen, tetapi kalau dilihat lingkungannya tetap tidak mendukung. Sudah
sering lingkungan perumahan penduduk digenangi air sehingga halaman rumah
Universitas Sumatera Utara
berlumpur. Menurut pengakuan beberapa informan di desa tersebut, dulu desa mereka tidak pernah kebanjiran, sehingga rumah penduduk selalu terjaga
kebersihannya. Namun sejak pohon-pohon bakau dan pohon si api-api di sekitar pantai ditebangi oleh pemilik tambak, air pasang mulai mencapai lingkungan
mereka, sehingga pemukiman penduduk selalu tergenang air laut. Walaupun kondisi perumahan belum memenuhi syarat kesehatan, sebagian
besar rumah penduduk dihiasi oleh peralatan elektronik seperti tape recorder dan TV bahkan sudah ada yang memajang barang-barang mewah seperti sofa, lemari
dan lain-lain. Karena banyak juga rumah yang sebetulnya lebih membutuhkan perbaikan fisiknya ketimbang isinya. Fasilitas umum yang telah tersedia di desa
ini berupa sarana penerangan listrik dan sarana air bersih. Sedangkan sarana transportasi umum bisa dikatakan masih agak sulit karena terbatasnya angkutan
yang melayani penduduk desa ini. Masyarakat desa Sialang Buah memiliki adat-istiadat yang berbeda
dikarenakan masyarakatnya bersifat heterogen, yaitu terdiri dari Suku Melayu, Suku Jawa, Suku Banjar, Suku Aceh dan Suku Batak. Oleh karena itu, adat-
istiadat yang ada di desa Sialang Buah juga beragam. Pada saat peranan adat- istiadat di desa ini sudah tidak begitu kuat lagi. Sehingga didalam kehidupan
bermasyarakat penggunaan norma-norma adat sudah tidak begitu menjadi keharusan lagi. Walaupun dalam hal ini masyarakatnya masih menggunakan
norma-norma lainnya, seperti norma agama dan norma sosial.
Universitas Sumatera Utara
2.3. Desa Lubuk Saban
Desa Lubuk Saban adalah sebuah desa yang sebagian besar penduduknya berprofesi sebagai nelayan-petani atau nelayan yang juga bertani. Namun sebagai
masyarakat pesisir pantai mata pencaharian utama mereka tetaplah sebagai nelayan. Berdasarkan data statistik dari kantor kepala desa Lubuk Saban tahun
2006, penduduk Desa Lubuk Saban Kecamatan Pantai Cermin berjumlah 2.459 jiwa yang terdiri dari 659 kepala keluarga KK. Jumlah masyarakat nelayan di
Desa ini berjumlah 483 orang. Kegiatan bertani hanya menjadi selingan sepulang dari melaut atau ketika musim badai besar yang biasanya nelayan tidak bisa turun
melaut. Dengan kata lain kegiatan bertani adalah kegiatan sampingan. Sebagian besar warga Desa Lubuk Saban adalah memeluk Agama Islam dan sebagaian
kecil lagi ada yang memeluk Agama Kristen biasanya etnis Batak yang merantau ke desa ini. Sedangkan yang Muslim sebagian besar adalah etnis Jawa, Melayu,
dan Banjar. Masyarakat desa Lubuk Saban pada dasarnya merupakan masyarakat yang
heterogen mengingat disana terdapat bermacam-macam suku, agama, maupun adat istiadatnya. Mereka biasanya hidup berkelompok dan membentuk
perkampungan-perkampungan kecil, dimana masyarakat yang tinggal disatu kampungdusun terdiri dari mayoritas satu mata pencaharian sehingga cenderung
pekerjaan dari masyarakat homogen didalam satu dusun. Misalnya pada desa Lubuk Saban dusun IV, dusun V, dan dusun VI adalah dusun yang sebagian besar
masyarakatnya bermata pencaharian sabagai nelayan. Sementara kondisi tempat tinggal penduduk secara umum masih sama
seperti desa Sialang Buah yang bisa dikatakan masih cukup jauh syarat sehat
Universitas Sumatera Utara
karena masih banyak rumah yang kondisinya memperhatinkan. Memang sudah cukup banyak juga rumah semi permanen, tetapi kalau dilihat lingkungannya tetap
saja tidak mendukung. Sudah sering lingkungan perumahan penduduk digenangi air sehingga halaman rumah berlumpur. Walaupun kondisi perumahan belum
memenuhi syarat kesehatan, sebagian besar rumah penduduk dihiasi oleh peralatan elektronik seperti tape recorder atau TV bahkan sudah ada yang
memajang barang-barang mewah seperti sofa, lemari dan lain-lain. Karena banyak juga rumah yang sebetulnya lebih membutuhkan perbaikan fisiknya ketimbang
isinya. Fasilitas umum yang telah tersedia di desa ini berupa sarana penerangan listrik dan sarana air bersih. Sedangkan sarana transportasi umum bisa dikatakan
masih agak sulit karena terbatasnya angkutan yang melayani penduduk desa ini.
2.4. Desa Beringin
Masyarakat desa Beringin merupakan masyarakat heterogen, dimana
daerah ini dihuni oleh berbagai suku bangsa yakni Suku Melayu, Suku Jawa, Suku Banjar dan Batak. Meskipun masyarakatnya majemuk, namun suasana
kekeluargaan dan kekerabatan sampai sekarang masih cukup tinggi. Tidak ada perbedaan antara penduduk asli dengan pendatang dalam kehidupan sehari-
harinya sehingga kehidupan berdampingan berjalan dengan baik. Desa Beringin merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan
Tanjung Beringin Kabupaten Serdang Bedagai, yang masyarakatnya mayoritas berpenghasilan dari laut, pertanian, PNS, Pedagang, dan lain sebagainya. Nelayan
di desa Beringin menghadapi masalah yang secara garis besar menjadi masalah yang dihadapi nelayan tradisional atau nelayan kecil di seluruh Pantai Serdang
Universitas Sumatera Utara
Bedagai, di perairan Selat Malaka. Seperti desa Beringin, Sialang Buah, dan Lubuk Saban yakni ulah trawl atau pukat harimau dan sejenisnya.
Alat tangkap nelayan Desa Beringin masih tergolong tradisional antara lain jaring udang satu lapis, jaring tiga lapis, jaring bawal, dan jaring aso-
asokembung. Nelayan Jaring Bawal dan jaring aso-aso sering kali terjadi bentrok dengan pukat harimau, karena begitu seringnya pukat-pukat itu menabrak Jaring
Bawal dan jaring kembung yang dilabuh. Padahal jaring bawal dan jaring kembung yang dilabuh pada malam hari itu sudah dilengkapi tanda lampu di awal
dan di ujung yang panjangnya sekitar 900 meter untuk 15 kepala jaring bawal. Sedang penghasilan nelayan rata-rata dalam satu kali menjaring sebelum pukat
harimau dan sondong beroperasi bisa mencapai Rp. 300.000,- tetapi semenjak pukat harimau dan sondong beroperasi di wilayah tangkapan nelayan, penghasilan
dalam satu kali menjaring maksimal Rp. 100.000,-. Dengan penghasilan sebesar itu ditambah gaji dua orang ABK dan membeli minyak solar dan belanja yang
lainnya, tentunya uang yang dapat dibawa pulang kian menyusut. Pukat harimau dan sondong yang berasal dari Belawan dan Kabupaten
Asahan tepatnya di Batu Bara dan Tanjung Balai, sering beroperasi di wilayah tangkapan nelayan pada waktu malam hari, tetapi jarang sekali mereka beroperasi
siang hari. Sebab apabila mereka menarik pukatnya siang hari, resiko yang di tanggung juga tinggi. Selain mudah dikenali, mereka juga takut massa nelayan
akan menangkap mereka. Hal inilah yang menjadi pertimbangan para juragan dan ABK pukat harimau dan sejenisnya, sehingga mereka memilih menarik pukatnya
pada malam hari.
Universitas Sumatera Utara
Di desa Beringin, hutan mangrove dulunya tumbuh dan berkembang dengan sangat subur, tetapi hutan mangrove tersebut banyak ditebang untuk
dijadikan lahan pertambakan udang windu sekitar tahun 1980-an, yang mengakibatkan abrasi makin tinggi.
Universitas Sumatera Utara
BAB III GAMBARAN SUMBER DAYA ALAM DAN