Pengertian dan Ciri-Ciri Pengusaha Mikro dan Kecil

b. Penetapan standar kredit yang tinggi Dengan meningkatkan standar kredit yang harus dipenuhi oleh calon nasabah debitur, resiko kegagalan dalam pemberian kredit dapat dikurangi, sekalipun mungkin banyak pelamar kredit yang mengundurkan diri atau mengurungkan niatnya untuk mengambil kredit. c. Asuransi pinjaman kepada perusahaan asuransi Sekalipun asuransi itu akan menambah biaya kredit, namun keamanannya pada umumnya lebih terjamin. Dengan mengutamakan kepentingan nasabah dan kepentingan bisnis perbankan, manajemen perlu mempertimbangkan manejemen resiko yang tepat.

2.2.8. Pengertian dan Ciri-Ciri Pengusaha Mikro dan Kecil

1. Usaha Mikro Usaha Mikro sebagaimana dimaksud menurut Keputusan Menteri Keuangan No.40KMK.062003 tanggal 29 Januari 2003, yaitu usaha produktif milik keluarga atau perorangan Warga Negara Indonesia dan memiliki hasil penjualan paling banyak Rp.100.000.000,00 seratus juta rupiah per tahun. Usaha Mikro dapat mengajukan kredit kepada bank paling banyak Rp.50.000.000,-. Ciri-ciri usaha mikro adalah sebagai berikut: a. Jenis barangkomoditi usahanya tidak selalu tetap, sewaktu-waktu dapat berganti. b. Tempat usahanya tidak selalu menetap, sewaktu-waktu dapat pindah tempat. c. Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun, dan tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha. Universitas Sumatera Utara d. Pengusaha atau SDM nya berpendidikan rata-rata sangat rendah, umumnya tingkat SD dan belum memiliki kewirausahaah yang memadai. e. Umumnya tidak belum mengenal perbankan tetapi lebih mengenal rentenir f. Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP. g. Tenaga kerja atau karyawan yang dimiliki kurang dari 4 orang Contoh usaha mikro yaitu: a. Usaha tani pemilik dan penggarap perorangan, peternak, nelayan dan pembudidaya; b. Industri makanan dan minuman, industri meubelair pengolahan kayu dan rotan,industri pandai besi pembuat alat-alat; c. Usaha perdagangan seperti kaki lima serta pedagang di pasar; d. Peternakan ayam, itik dan perikanan; e. Usaha jasa-jasa seperti perbengkelan, salon kecantikan, ojek dan penjahit konveksi. 2. Usaha Kecil Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1995, usaha kecil adalah usaha produktif yang berskala kecil dan memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan paling banyak Rp.1 milyar pertahun serta dapat menerima kredit dari Bank di atas Rp. 50 juta sampai Rp. 500 juta. Universitas Sumatera Utara Ciri-ciri Usaha Kecil antara lain: a. SDM-nya sudah lebih maju, rata-rata berpendidikan SMA dan sudah ada pengalaman usahanya, b. Pada umumnya sudah melakukan pembukuanmanajemen keuangan walau masih sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga, dan sudah membuat neraca usaha, c. Pada umumnya sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya, termasuk NPWP, d. Sebagian besar sudah berhubungan dengan perbankan, namun belum dapat membuat perencanaan bisnis, studi kelayakan dan proposal kredit kepada Bank, sehingga masih sangat memerlukan jasa konsultasipendampingan, e. Tenaga kerja yang dipekerjakan antara 5 – 19 orang. Dari bentuk usaha kecil tersebut, maka penggolongan usaha kecil di Indonesia adalah sebagai berikut: 1. Usaha Perorangan. Merupakan usaha dengan kepemilikan tunggal dari jenis usaha yang dikerjakan, yang bertanggung jawab kepada pihak ketigapihak lain. maju mundurnya usahanya tergantung dari kemampuan pengusaha tersebut dalam melayani konsumennya. harta kekayaan milik pribadi dapat dijadikan modal dalam kegiatan usahanya. Universitas Sumatera Utara 2. Usaha Persekutuan. Penggolongan usaha kecil yang berbentuk persekutuan merupakan kerja sama dari pihak-pihak yang bertanggung jawab secara pribadi terhadap kerja perusahaan dalam menjalankan bisnis. Sedangkan, pada hakekatnya penggolongan usaha kecil, yaitu: 1. Industri kecil, seperti: industri kerajinan tangan, industri rumahan, industri logam, dan lain sebagainya. 2. Perusahaan berskala kecil, seperti: toserba, mini market, koperasi, dan sebagainya. 3. Usaha informal, seperti: pedagangan kaki lima yang menjual barang-barang kebutuhan pokok.

2.2.9. Klarifikasi Usaha Mikro dan Kecil