Identifikasi Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Tinjauan Pustaka

penelitian mengenai Strategi Peningkatan Pemanfaatan Fasilitas Kredit Perbankan pada Usahatani Padi Sawah yang utamanya ditinjau dari sisi unsur-unsur kredit usahatani itu sendiri.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka masalah penelitian ini diidentifikasi sebagai berikut: 1. Bagaimana unsur kredit usaha tani jumlah, waktu dan bunga yang dibutuhkan oleh petani di daerah penelitian? 2. Bagaimana cara petani memenuhi kebutuhan biaya usaha tani di daerah penelitian? 3. Bagaimana unsur kredit usaha tani jumlah, waktu dan bunga yang tersedia melalui fasilitas kredit perbankan? 4. Apa perbedaan unsur kredit usaha tani jumlah, waktu dan bunga yang dibutuhkan petani dengan unsur kredit yang tersedia melalui fasilitas kredit perbankan? 5. Bagaimana strategi peningkatan pemanfaatan fasilitas kredit perbankan bagi petani di daerah penelitian?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengidentifikasi unsur kredit usaha tani jumlah, waktu dan bunga yang dibutuhkan oleh petani di daerah penelitian. Universitas Sumatera Utara 2. Untuk menjelaskan cara petani memenuhi kebutuhan biaya usaha tani di daerah penelitian. 3. Untuk mengidentifikasi unsur kredit usaha tani jumlah, waktu dan bunga yang tersedia melalui fasilitas kredit perbankan. 4. Untuk menjelaskan perbedaan unsur kredit usaha tani jumlah, waktu dan bunga yang dibutuhkan petani dengan unsur kredit yang tersedia melalui fasilitas kredit perbankan. 5. Untuk menentukan strategi peningkatan pemanfaatan fasilitas kredit perbankan bagi petani di daerah penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah: 1. Sebagai masukan bagi petani dan pihak-pihak yang berkepentingan. 2. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi pihak-pihak yang membutuhkan. 3. Bagi peneliti sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan. Universitas Sumatera Utara

II. TINJAUAN PUSTAKA,

LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka

Salah satu komoditas utama pertanian Indonesia adalah padi karena padi merupakan kebutuhan pokok penduduk Indonesia. Komoditi ini tumbuh hampir di seluruh daerah di Indonesia. Mengingat pentingnya komoditi ini sebagai bahan makanan pokok, kiranya pengembangan komoditi padi membutuhkan perhatian khusus. Di kebanyakan daerah, usaha tani padi diusahakan dengan secara tradisional secara turun temurun. Salah satu kendala yang dihadapi petani adalah kurangnya modal usaha dan harga beras yang relatif murah. Selama ini pembiayaan usaha tani masih menggantungkan pada bantuan pemerintah dengan kredit lunak melalui Kredit Usaha Tani KUT dan Kredit Ketahanan Pangan KKP. Mengingat kondisi perekonomian yang belum pulih, maka bantuan pemerintah tersebut semakin menurun Ruspandi, 2003. Pada pembiayaan usaha tani padi diperlukan peran dan dukungan perbankan untuk membantu petani dengan memberikan kredit khususnya untuk usaha tani padi. Yang menjadi permasalahan perbankan adalah tidak semua perbankan mau berkecimpung dalam pemberian bantuan kredit kepada jenis kredit ini mengingat tingkat resiko yang tinggi. PT BRI Persero yang selama ini dipercaya oleh pemerintah untuk menyalurkan KUT dan KKP belum memberikan kredit untuk usaha tani padi secara komersial. Hal ini disebabkan belum ada kajian khusus apakah usaha tani padi itu layak atau tidak dibiayai dengan kredit 7 Universitas Sumatera Utara komersial Ruspandi, 2003. Sementara itu menurut Hermanto 1992, secara garis besar sumber dana yang tersedia bagi masyarakat di perdesaan dapat dikelompokkan menjadi: 1 sumberdana yang berasal dari masyarakat, 2 kredit dari lembaga non-formal, 3 kredit program pemerintah dan 4 kredit dari bank swasta dan koperasi. Dari keempat sumber tersebut, umumnya petani memperoleh tambahan modal untuk meningkatkan produktivitas usahataninya dengan menerapkan teknologi yang ada. Hasil kajian Nurmanaf dkk, 2006 menunjukkan bahwa bagi petani ternyata tidak mudah untuk mengakses modal dari lembaga pembiayaan di sekitar tempat tinggal mereka, akibat prosedur dan persyaratan yang ketat di lembaga formal maupun tingkat suku bunga yang sangat tinggi di lembaga nonformal. Dari sisi ketersediaan dana, secara teoritis sebetulnya lembaga perbankan formal memiliki potensi besar untuk pembiayaan usaha pertanian. Namun demikian, perbankan yang punya legalitas dalam menghimpun dana masyarakat dalam jumlah sangat besar, ternyata belum maksimal dalam mendanai sektor pertanian. Setidaknya hal ini dapat diketahui dari proporsi kredit perbankan nasional untuk pertanian yang masih relatif rendah. Sebagai gambaran, selama kurun waktu 2002-2006, pangsa kredit perbankan untuk sektor pertanian rata-rata 5,72 persen. Besaran pangsa sektor pertanian masih selalu di bawah sektor perindustrian, perdagangan, dan jasa dunia usaha BI, 2006. Pemerintah sejak masa awal orde baru telah meluncurkan kebijakan kredit program yang diawali dengan kredit Bimas untuk mendukung ketersediaan modal Universitas Sumatera Utara petani. Dari waktu ke waktu model program kredit pertanian ini telah mengalami berbagai perubahan, baik yang terkait dengan prosedur penyaluran, besaran dan bentuk kredit, bunga kredit maupun tenggang waktu pengembalian Pemerintah juga memberikan bantuan modal dalam bentuk Bantuan Langsung Masyarakat BLM atau dana bergulir, maupun berupa subsidi bunga. Walaupun regim pemerintah telah silih berganti, kebijakan tersebut terus dipertahankan dengan argumentasi bahwa modal merupakan faktor crucial dalam berusaha. Di lain pihak fasilitasi kredit terutama dengan bunga rendah oleh pihak swasta maupun LSM dipandang masih sangat minim. Sementara itu, kebutuhan modal usahatani makin lama juga meningkat sejalan dengan makin mahalnya harga sarana produksi Taryoto,1992. 2.2. Landasan Teori 2.2.1 Kredit