persentase 50. Jumlah kredit ini dipengaruhi oleh seberapa luas lahan yang diolah sehingga semakin luas lahan petani maka semakin banyak pula biaya uang
dikeluarkan untuk proses produksinya. Jumlah kredit yang tidak banyak ini merupakan salah satu alasan petani untuk tidak meminjam pada bank karena di
dalam pemikiran para petani untuk meminjam ke bank harus meminjam dengan jumlah yang sangat banyak.
Jangka waktu kredit dan cara pengembalian. Usahatani padi mempunyai
siklus produksi musiman atau memberikan penerimaan semusim sekali. Sesuai dengan karakteristik usaha tersebut, seluruh petani menginginkan kredit jangka
pendek musiman yaitu 4 bulan dengan rata-rata 5,2 bulan dan pembayaran dilakukan satu kali setelah padi di panen. Hal ini yang menyebabkan petani tidak
dapat mengakses bank karena tidak dapat membayar sebulan sekali.
Jenis agunan. Salah satu penyebab yang menghalangi petani kecil akses
ke lembaga kredit formal yaitu bank adalah mereka tidak mempunyai agunan jenis sertifikat tanah, petani sampel di daerah penelitian hanya memiliki surat
kepemilikan tanah ”girik” surat keterangan kepemilikan dari kepala desa ataupun camat. Para petani rata-rata menginginkan agunan dalam bentuk BPKB
kendaraan bermotor dengan persentase 100.
5.2 Cara Petani Memenuhi Kebutuhan Biaya Usahatani
Petani yang mampu atau berskala besar mengatasi kendala modal dengan modal sendiri atau meminjam kredit program maupun kredit yang bersifat
komersial. Sedangkan petani yang tidak mampu berusaha mengatasi keterbatasan modal dengan menghemat penggunaan sarana produksi atau meminjam modal
Universitas Sumatera Utara
dari pedagang saprotan sarana produksi pertanian maupun lembaga informal seperti pelepas uang
Di daerah penelitian, Desa pasar miring, cara petani memenuhi kebutuhan biaya usaha tani dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel 12. Cara Petani Sampel Memenuhi Biaya Usahatani di Desa Pasar Miring Tahun 2011
No Cara Memenuhi Biaya Usahatani
Jumlah Petani
Persentase
1 Modal sendiri
7 23,33
2 Meminjam ke kios saprotan
11 36,67
3 Meminjam ke penggilingan padi
5 16,67
4 Meminjam ke kerabat
4 13,33
5 Meminjam ke pelepas uang
3 10
Sumber: Analisis Data Primer, lampiran 4
Di Desa Pasar Miring, Petani memenuhi kebutuhan biaya usaha taninya
dengan modal sendiri ada sebanyak 23,33. Hal ini dapat terjadi bila hasil panen musim sebelumnya bagus, dalam arti harga gabah tinggi dan tidak gagal
panen sehingga dapat mencukupi modal usaha musim selanjutnya dengan modal sendiri.
Petani yang tidak mampu mengatasi keterbatasan modal, meminjam pada
pedagang saprotan sarana produksi pertanian, di Desa pasar Miring lebih dikenal dengan kios saprotan. Petani sampel yang meminjam modal dari kios
saprotan ini ada sebanyak 36,67. Bentuk modal yang dipinjam dari kios saprotan ini biasanya berupa pupuk dan obat-obatan. Cara pembayaran pupuk
atau obat-obatan yang dipinjam adalah satu kali setelah padi dipanen. Bunga yang dikenakan oleh kios saprotan ini adalah setiap peminjaman modal
seharga diatas Rp. 50.000,- akan dikenakan bunga sebesar Rp. 10.000,-.
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan ini berlaku untuk peminjaman 1 item barang. Sebagai contoh, apabila seorang petani meminjam pupuk urea 1 sak seharga
Rp. 100.000,- maka setelah habis panen nanti petani harus membayar pinjamannya seharga Rp. 110.000,- . Jika meminjam 2 sak pupuk urea, maka
petani harus membayar pinjamannya seharga Rp. 220.000,-. Pedagang saprotan atau kios saprotan menetapkan suku bunga rendah, karena
mereka mengutamakan hubungan kerjasama dalam pemasaran. Namun demikian pedagang saprotan secara tersembunyi akan menaikan nilai jual
pupuk dan obat yang dipinjam. Sebagai contoh, di daerah penelitian, pedagang saprotan meminjamkan pupuk urea bersubsidi dengan harga Rp. 100.000,-,
tetapi sebenarnya harga pupuk urea bersubsidi tersebut adalah Rp. 90.000,- sesuai dengan ketetapan pemerintah tentang subsidi pupuk.
Cara lain dalam memenuhi biaya usaha tani adalah dengan meminjam kepada
penggilingan padi. Di daerah penelitian, Desa Pasar Miring, penggilingan ini disebut juga dengan agen. Banyak petani sampel yang meminjam modal
kepada agen ini, yaitu sebanyak 5 orang dengan persentase sebesar 16,67. Pedagang hasil dan pemilik penggilingan padi memberikan pinjaman kredit
dengan dua tujuan, yaitu disamping mendapatkan keuntungan ekonomi juga untuk mengikat petani agar secara tidak langsung petani akan menjual hasil
panen kepada mereka. Penggilingan padi menetapkan suku bunga rendah yaitu 24 persen per tahun, karena mereka mengutamakan hubungan kerjasama
dalam pemasaran. Namun, penggilingan padi akan memainkan harga beli gabah ketika transaksi berjalan.
Universitas Sumatera Utara
Petani yang mengalami kekurangan modal, salah satu cara memenuhi biaya
usaha tani adalah dengan meminjam uang kepada keluarga atau kerabatnya. Ada sebanyak 4 orang petani sampel dengan persentase sebesar 13,33 yang
meminjam modal pada kerabatnya. Cara ini merupakan cara yang sangat tidak beresiko. Karena petani tidak perlu membayar bunga. Pembayaran pinjaman
dilakukan dengan membayar pinjaman tanpa bunga tetapi ditambah dengan beras hasil panen.
Cara memenuhi kebutuhan biaya usaha tani yang terakhir adalah dengan
meminjam uang kepada pelepas uang, bunga yang diberikan kepada petani bisa mencapai 60 persen. Ada sebanyak 3 orang petani sampel dengan
persentase sebesar 10 yang meminjam modal pada pelepas uang ini. Jangka waktu pembayaran adalah 6 bulan dan bentuk pembayaran dengan uang.
Lembaga kredit formal umumnya menyediakan dana dengan suku bunga rendah, yaitu BRI Unit Desa 12,24 persen per tahun. Namun demikian, petani
kecil tidak bisa akses dikarenakan beberapa kendala: a petani tidak memiliki agunan sertifikat tanah, b pembayaran secara bulanan tidak sesuai dengan
usahatani padi yang memberikan siklus produksi musiman dan c petani kecil umumnya belum familiar dengan prosedur administrasi yang rumit. Sehingga para
petani lebih memilih untuk meminjam modal kepada lembaga informal seperti kios saprotan, penggilingan padi, dan pelepas uang.
Universitas Sumatera Utara
5.3 Unsur Kredit Usaha Tani yang Tersedia Melalui Fasilitas Kredit Perbankan