V. HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilaksanakan terhadap petani yang ada di Desa Pasar Miring Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang. Adapun yang diteliti adalah
unsur-unsur kredit yang diinginkan petani, cara petani dalam memperoleh modal usaha tani, unsur kredit yang disediakan oleh bank, dan strategi untuk
meningkatkan pemanfaatan fasilitas kredit oleh petani di daerah penelitian.
5.1. Unsur Kredit Usaha Tani Yang Diinginkan Oleh Petani
Lembaga kredit baik formal maupun informal di tingkat desa sangat penting untuk menutupi ketidakcukupan modal biaya usahatani dan kebutuhan
lainnya. Pada kenyataannya petani lebih akses ke lembaga informal seperti pelepas uang atau agen yang menyediakan suku bunga tinggi, karena petani tidak
mempunyai akses yang baik ke lembaga formal yaitu bank. Dalam menyusun skim kredit untuk petani kecil, lembaga pembuat
kebijakan yaitu bank harus mempertimbangkan karakteristik petani kecil sebagai pengguna seperti masih rendahnya dalam dukungan asset, produktivitas,
keterampilan fisik, pendapatan, pendidikan dan luas penguasaan lahan. Karena keterbatasan tersebut, karakteristik skim kredit yang ditawarkan harus berada
dalam batas-batas kemampuannya seperti penetapan jenis agunan, jumlah kredit yang dapat diberikan, cara pengembalian kredit dan tingkat suku bunga kredit.
Besarnya kebutuhan modal membiayai usahatani dan penggunaannya dapat dilihat pada Tabel berikut.
31
Universitas Sumatera Utara
Tabel 10. Komponen Biaya Usahatani Padi Sawah pada Petani Sampel di Desa Pasar Miring Tahun 2011
No Komponen Biaya
Per Petani Rp
Per Ha Rp
Persentase
1 Benih
239.167 350.000
3,87 2
Pupuk 2.390.067
3.496.678 38,67
3 Obat-obatan
405.000 641.095
7,09 4
Penyusutan Peralatan 11.689
20.179 0,22
5 Pajak Tanah
86.196 128.175
1,41 6
Tenaga Kerja 2.889.817
4.229.000 46,78
7 P3A
119.583 175.000
1,93
Total 6.141.519
9.040.127 100
Sumber: Lampiran 10 dan Lampiran 11
Untuk memenuhi kebutuhan permodalan usahatani maka perlu diketahui unsur kredit yang diinginkan petani sehingga petani mau mengambil kredit dari
bank. Pada Tabel 11 berikut dapat dilihat keinginan petani terhadap kredit.
Tabel 11. Karakteristik Kredit yang Diinginkan Petani Sampel di Desa Pasar Miring Tahun 2011
Karakteristik Kredit Persentase Petani
1. Bunga Per 6 BulanMusim Tanam
− 2
13,3 −
3 3,3
− 4
36,6 −
5 43,3
− 12
3,3 2.
Jumlah Kredit −
Rp. 3 juta 16,6
− Rp. 4 juta
13,3 −
Rp. 5 juta 50
− Rp. 7 juta
6,6 −
Rp. 8 juta 6,6
− Rp. 10 juta
3,3 3.
Jangka Waktu Kredit −
4 bulan 66,6
− 5 bulan
10 −
6 bulan 16,6
− 7 bulan
3,3 −
24 bulan 3,3
4. Cara pengembalian
− Satu kali sesuai perjanjian
96,67
Universitas Sumatera Utara
− Bulanan
3,33 5.
Jenis Agunan −
Sertifikat lahan dan bangunan −
BPKB kendaraan bermotor 100
Sumber: Analisis Data Primer Lampiran 2 dan 3
Tabel 11 menginformasikan bahwa sesuai dengan karakteristik petani dan usahatani padi, petani kecil mengharapkan kredit dengan agunan bukan sertifikat
tanah tetapi bentuk BPKB kendaraan bermotor 100, kredit diberikan dalam jumlah tidak lebih dari Rp. 5 juta 50, periode kredit musiman yaitu 4 bulan
66,6, cara pengembalian kredit satu kali setelah panen 96,67 dan tingkat suku bunga kredit 5 persen per musim tanam yaitu 4 bulan 43,3.
Bunga. Rata-rata petani sampel di daerah penelitian menginginkan kredit
dengan suku bunga antara 5 persen per musim tanam yaitu 4 bulan dengan persentase sebesar 43,3 . Namun kredit murah saat ini sangat terbatas seiring
dengan berlakunya Undang-Undang No.231999 tentang Bank Indonesia dan Letter of Intent LOI antara pemerintah Indonesia dengan Dana Moneter
International IMF. Para petani enggan meminjam uang pada bank apabila bunga yang ditawarkan tinggi, karena petani takut tidak dapat mengembalikan
pinjamannya. Para petani pada umumnya akan mengurangi jumlah pinjaman apabila suku bunga kreditnya tinggi agar jumlah pengembalian kredit masih
berada di tingkat kemampuan usahanya. Ketika harga jual padi tinggi aksesibilitas petani terhadap kredit bunga tinggi akan meningkat.
Jumlah kredit. Rata-rata petani sampel di daerah penelitian menginginkan
jumlah kredit yang tidak terlalu banyak yaitu dengan range 3 sampai 10 juta per sekali meminjam dengan jumlah sebesar 5 juta pada petani sampel dengan
Universitas Sumatera Utara
persentase 50. Jumlah kredit ini dipengaruhi oleh seberapa luas lahan yang diolah sehingga semakin luas lahan petani maka semakin banyak pula biaya uang
dikeluarkan untuk proses produksinya. Jumlah kredit yang tidak banyak ini merupakan salah satu alasan petani untuk tidak meminjam pada bank karena di
dalam pemikiran para petani untuk meminjam ke bank harus meminjam dengan jumlah yang sangat banyak.
Jangka waktu kredit dan cara pengembalian. Usahatani padi mempunyai
siklus produksi musiman atau memberikan penerimaan semusim sekali. Sesuai dengan karakteristik usaha tersebut, seluruh petani menginginkan kredit jangka
pendek musiman yaitu 4 bulan dengan rata-rata 5,2 bulan dan pembayaran dilakukan satu kali setelah padi di panen. Hal ini yang menyebabkan petani tidak
dapat mengakses bank karena tidak dapat membayar sebulan sekali.
Jenis agunan. Salah satu penyebab yang menghalangi petani kecil akses
ke lembaga kredit formal yaitu bank adalah mereka tidak mempunyai agunan jenis sertifikat tanah, petani sampel di daerah penelitian hanya memiliki surat
kepemilikan tanah ”girik” surat keterangan kepemilikan dari kepala desa ataupun camat. Para petani rata-rata menginginkan agunan dalam bentuk BPKB
kendaraan bermotor dengan persentase 100.
5.2 Cara Petani Memenuhi Kebutuhan Biaya Usahatani