Strategi programming mnctv dalam Mempertahankan program dakwah

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

ISYANA TUNGGA DEWI

NIM. 1110051000113

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M


(2)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh :

ISYANA TUNGGA DEWI

NIM. 1110051000113

Pembimbing

Dr. H. Sunandar, M.Ag

NIP. 19620626 199403 1 002

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1435 H/2014 M


(3)

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya saya yang disajikan utnuk memenuhi salah satu persyaratan untuk mendapat gelar Sarjana Komunikasi Penyiaran Islam (S.Kom.I) di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya, atau merupakan plagiat dari karya ilmiah orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, September 2014


(5)

i

Judul: Strategi Programming dalam Mempertahankan Program Dakwah NIM: 1110051000113

Programming (pemrograman) adalah suatu jadwal (schedule) atau perencanaan siaran yang akan diudarakan, merupakan bagian penting dari aktivitas siaran televisi tanpa adanya programming tidak akan ada siaran televisi sebagai media massa berperan dalam mengkomunikasikan pesan-pesan ke khalayak. Pesan seperti apa yang akan ditampilkan melalui sebuah channel

televisi dikendalikan oleh orang-orang dibalik layar televisi atau para

programmers televisi. Dalam skripsi ini, penulis akan mencoba menganalisis strategi programming MNCTV dalam mempertahankan program dakwah.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana strategi

programming MNCTV dalam mempertahankan program dakwah? dan program dakwah apa sajakah yang ada di MNCTV?

Menurut Sydney W. Head strategi programming mencakup lima (5) elemen yaitu: compatibility (kesesuaian), habit formation (membangun kebiasan),

control of audience flow (mengontrol aliran permirsa), conservation of program resource (pemeliharaan sumber daya program), beadth of appeal (daya tarik yang luas). Dimana kelima elemen tersebut perlu diperhatikan dalam programming.

Metodologi penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah menggunakan analisis deskriptif dengan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif dilakukan melakukan penelitian perpustakaan: teknik pengumpulan data melalui sumber tertulis dilapangan: yaitu teknik menggunkan data metode observasi, wawancara dengan Amie Ristianti, selaku programming

MNCTV.

Hasil dari penelitian dan analisis yang dilakukan menunjukan bahwa MNCTV sudah menerapkan teori tentang strategi programming menurut Sydney W. Head yang mencangkup lima (5) elemen, meski masih perlu pembenahan lagi dalam perencanaan program dakwah dan pemilihan acara agar program acara yang disajikan benar-benar sesuai dengan kebutuhan permirsa. Namun demikian MNCTV sudah berusaha memenuhi kebutuhan permirsa memperoleh informasi, hiburan, dan khususnya program dakwah melalui program-program yang disajikan, meskipun masih perlu pembenahan lagi. Dan adapun program dakwah di MNCTV yaitu Sarapan Hati dan Tabligh Akbar.


(6)

ii

Alhamdulilah, segala puji syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia Nya yang tak terhingga bagi penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyususnan skripsi ini yang berjudul “Strategi Programming

MNCTV dalam Mempertahankan Program Dakwah” ini dengan baik dan lancar. Skripsi ini di ajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I). dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari banyak terdapat kesalahan, kekurangan dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Namun karena adanya semangat, doa dan bantuan dari berbagai pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu. Sebuah kata yang tulus penulis sampaikan kepada:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi H. Dr Arief Subhan, MA, Wakil Dekan I, Dr Suparto, M.Ed. Ph.D, Wakil Dekan II, Drs Jumroni, M.Si, Wakil Dekan III, Dr.Sunandar, MA.

2. Rachmat Baihaky, MA selaku Ketua Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

3. Fita Fathurokmah, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam.

4. Dr. H. Sunandar, M.Ag. Selaku Dosen Pembimbing yang telah sabar dan banyak membantu dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis selama proses penyusunan skripsi. Semoga Allah SWT selalu memberikan keberkahan kepada Beliau.


(7)

iii

semangat baik materi dan non materi, terimakasih sudah menjadi orang tua yang sempurna bagi penulis.

6. Adikku Intan atas dukungan materi dan non materi yang telah di berikan kepada penulis sehingga terselesainya skripsi ini.

7. Seluruh Dosen Pengajar Fakultas Ilmu Dakwah Dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.

8. Staff Tata Usaha, Perpustakaan dan Karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

9. Sahabat KPI D angkatan 2010, Icha, Rika, Yusrina, Erfa, Anis, Ibel, Anggy, Arista, Vivi, Cory, Ita, Intan, Karlia, Nurul terimakasih atas tawa dan tangis yang diberikan selama ini, semoga kebahagian akan turut serta dalam langkah kita kedepan nanti.

10.Terimakasih kepada Ibnu Qhoton Anturidu yang telah memberikan semangat tiada henti, membantu, menemenai kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

11.Terimaksih kepada Mas Danang, Ka Dila dan Teman-teman VOC, KKN Sayaga, Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi yang telah memberikan banyak ilmu yang sangat bermanfaat bagi penulis.

12.Redaksi MNCTV yang dengan berbaik hati telah mengizinkan untuk melakukan penelitian terkait skripsi. Terutama kepada Om Raditya dan Ka Amie Restianti selaku programming MNCTV yang bersedia meluangkan waktu kepada peneliti untuk diwawancara berkaitan dengan skripsi peneliti.


(8)

iv

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidyatullah Jakarta.

Demikian pengantar dalam penelitian ini, akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membacanya.

Jakarta, September 2014


(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

D. Metodologi Penelitian ... 6

E. Tinjauan Pustaka ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II LANDASAN TEORITIS A. Strategi ... 11

1. Pengertian Strategi ... 11

2. Tahapan Strategi ... 12

B. Konsep Programming ... 13

1. Programming Bagian Penting Aktivitas Siaran Televisi ... 13

2. Periode Standar Waktu Televisi ... 14

3. Strategi Programming ... 15

4. Tujuan Programming ... 20

5. Proses Programming ... 21

C. Televisi ... 25

1. Pengertian Televisi ... 26

2. Sejarah Perkembangan Televisi ... 28

3. Program Siaran Televisi ... 29

4. Media Massa Televisi ... 32

D. Unsur- unsur Dakwah ... 35

1. Arti Dakwah Menurut Istilah ... 33

2. Tujuan Dakwah ... 37


(10)

vi

BAB III GAMBARAN UMUM MEDIA NUSANTARA CITRA TELEVISI A. Gambaran Umum Media Nusantara Citra Televisi (MNCTV) ... 44 B. PROGRAMMING MNCTV ... 54 BAB IV ANALISIS PENELITIAN

A. Pogram-program Acara Dakwah MNCTV ... 59 B. Strategi MNCTV dalam Perencanaan Program untuk

Mempertahankan Program Dakwah ... 65 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 76 B. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 78 LAMPIRAN


(11)

1 A.Latar Belakang Masalah

Televisi sebagai bagian dari kebudayaan audiovisual baru merupakan salah satu media massa yang paling kuat pengaruhnya dalam pembentukan sikap dan kepribadian seseorang secara luas. Televisi mampu menekan pesan secara efektif dengan memusatkan pandangan pemirsa melalui ilustrasi visual, tata gerak, warna dan berbagai bunyi atau suara. Tidak mengherankan televisi memiliki daya tarik luar biasa jika sajian program acara dapat menyesuaikan dengan karakter televisi dan pemirsa yang terpengaruh oleh televisi.1

Ciri khas dari produk teknologi komunikasi/informasi, yaitu menjanjikan kecepatan, ketepatan, kepratisan, dan kualitas dalam mencari, mengumpulkan, menyeleksi, mengolah, dan menyajikan informasi.2 Pada televisi hal pengolahan, penyajian informasi dan mata acara TV dilakukan oleh pihak televisi yaitu praktisi TV, programmer TV, atau para pembuat keputusan stasiun TV yang bersangkutan.

Adapun orientasi institusional pada televisi dapat berbeda antara yang satu dengan lainnya. Hal ini akan mempengaruhi kebijakan programming

masing-masing televisi yang bersangkutan. Programming (program) merupakan sebuah proses dalam menyeleksi dan menjadwalkan program yang

1

Fred Wibowo, Dasar-Dasar Produksi Program Televisi (Jakarta: PT. Grasindo, 1997), h. 1.

2

J.B Wahyudi, Dasar-Dasar Manajemen Penyiaran (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1994), h. 1.


(12)

dilakukan seorang programmer.3 Saat ini dikenal tiga macam media televisi berdasarkan sistem penguasaan, yaitu penguasaan pemerintah, publik dan swasta.4 Media televisi pemerintah digunakan sebagai media organik bagi birokrasi pemerintah dan ditunjukan untuk mensosialisasikan nilai atau doktrin yang mendasari kerja birokrasi pemerintah. Begitu pula untuk televisi publik, memiliki karakter sebagai media masyarakat untuk menjalankan fungsi institusional yang memiliki tujuan sosial. Sedangkan media televisi swasta, bertolak dari dorongan komersial, memiliki yang ketat dalam interaksi stasiun khalayak pemasang iklan.

Bergerak dari orientasi institusional kebijakan programming merupakan dasar pemikiran yang digunakan setiap kali akan menilai mata program yang disajikan oleh suatu stasiun penyiaran. Kebijakan programming adalah landasan untuk membangun penampilan media televisi.5 Di Indonesia, saat ini televisi yang ada lebih terarah kepada media televisi swasta komersial seperti RCTI, SCTV, Indosiar, MNCTV, ANTV, Metro TV, Trans TV, TV One dan Global TV. Ditengah persaingan industri media, isi kualitas program menjadi semakin mengemukakan, karena kualitas dipandang sebagai syarat penting untuk memenangkan persaingan tersebut dalam perebutan konsumen karenannya pengelola stasiun televisi berusaha untuk mengembangkan kebijakan bersaing dengan menargetkan kelompok penonton yang lebih spesifik. Dengan berorientasi pada celah-celah penonton tertentu, aktifitas

3

Susan Tyler Eastman Douglas A. ferguston, Broadcast/Cable Programming, Strategies & Practices, 2th Edition ( Wadsworth Publishing Company, 1992), h. 4.

4

Ashadi Siregar, Menyikapi Media Penyiaran: Membaca televisi Melihat Radio, ( Yogya, LP3Y. 2001), h. 11.

5

Ashadi Siregar, Menyikapi Media Penyiaran: Membaca televisi Melihat Radio, ( Yogya, LP3Y, 2001), h. 12.


(13)

dalam perencanaan program (programming) menjadi lebih efisien dan efektif karena target permirsa menjadi lebih jelas dan spesifik. Hal ini kemudian dituangkan dalam format target pemirsa terhadap program. Stasiun televisi pun memerlukan penyusunan program televisi yang tepat ke dalam suatu penjadwalan. Dalam hal ini, tugas programmer TV menetapkan strategi yang tepat dalam mencari serta meraih materi-materi program yang ditunjukan untuk menarik target audiens tertentu dalam pasar, dan dalam penjadwalkan program sebagai menghasilkan keseluruhan pelayanan program.6

MNCTV merupakan salah satu pelopor stasiun televisi swasta di Indonesia yang mulai mengudara sejak tanggal 20 Oktober 2010 dengan tag-line atau slogan 'Selalu di Hati'. Logo dan merek perseroan MNCTV ini diharapkan dapat memperluas pangsa pasar dan pemirsa dari stasiun ini. Bersamaan dengan kehadiran MNCTV, publik dapat menyaksikan peningkatan kualitas dan keragaman tayangan, sebagai hasil dari komitmen untuk memperbaiki kerja dan budaya perseroan.7

MNCTV sejak awal juga telah membuktikan diri sebagai stasiun televisi yang paling jeli dalam menangkap selera dan kebutuhan masyarakat Indonesia, stasiun televisi yang benar-benar menampilkan citra Indonesia, mengedepankan tayangan-tayangan sopan dan bisa dinikmati seluruh keluarga. Program-program yang sangat Indonesia inilah yang mampu mengantarkan MNCTV sebagai stasiun televisi papan atas Indonesia. MNCTV sendiri senantiasa mengasah diri sebagai partner yang memberikan layanan

6

Susan Tyler Eastman Douglas A. ferguston, Broadcast/Cable Programming, Strategies & Practices, 2th Edition ( Wadsworth Publishing Company, 1992), h. 5.

7

Artikel diakses pada tanggal 4 Mei 2014 pukul 01.00 dari situs


(14)

terbaik bagi seluruh mitra usaha. Dengan dukungan SDM profesional, MNCTV siap menjadi televisi terdepan yang dapat diandalkan. Dengan berbagai program yang disajikan MNCTV mencoba untuk tetap eksis di media penyiaran, ditengah-tengah persaingan yang begitu ketat, dengan cara terus memperbaiki mutu program agar tetap diminati masyarakat. MNCTV program adalah salah satu bagian atau saluran dari stasiun MNCTV yang mempunyai format siaran hiburan, informasi, dan pendidikan. dalam melakukan siaran baik berupa siaran hiburan, informasi, dan pendidikan MNCTV program tidak memihak kepada salah satu program yang disajikan, termasuk siaran agama Islam. Salah satu contohnya adalah program tentang dakwah, program dakwah ini juga bervariatif seperti program tanya jawab agama, sinetron/film,dan lagu khas dipandang Islami.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, peneliti tertarik untuk mengkaji permasalahan ini, oleh karena itu peneliti mengangkat judul “Strategi Programming MNCTV dalam Mempertahankan Program

Dakwah”.

B.Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar pembahasan ini terfokus pada satu permasalahan maka penulis membatasi kajian ini pada program Tabligh Akbar dan Sarapan Hati. Adapun perumusan masalahnya sebagai berikut:

1. Program dakwah apa saja yang ditanyangkan oleh MNCTV ?

2. Bagaimana strategi programming MNCTV dalam mempertahankan program dakwah ?


(15)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Tujuan Umum

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka peneliti ingin mendeskripsikan bagaimana strategi programming MNCTV dalam mempertahankan program dakwah, yang pada ahkirnya MNCTV bisa tetap eksis dan berkembang sebagaimana yang diharapkan.

b. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui strategi programming MNCTV dalam mempertahankan program dakwah.

2. Untuk mengetahui Program dakwah apa saja yang ditanyangkan oleh MNCTV.

2. Manfaat Penelitian a. Manfaat Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk mengembangkan pengetahuan ilmiah bagi mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah khususnya Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi di bidang komunikasi yang berhubungan dengan strategi

programming.

b. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi mahasiswa komunikasi dan penyiaran Islam dan juga bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat.


(16)

D. Metodologi Penelitian 1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian berdasarkan pendekatan deskriptif analisis. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif. Yang merupakan prosedur sebagai penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati.8

Metode penelitian deskriptif analisis bertujuan mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang melukiskan gejala yang ada, mengidentifikasi masalah atau memberikan kondisi dan praktek-praktek yang berlaku, membuat perbandingan atau evaluasi, menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menciptakan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang.9

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah Programming MNCTV. Kemudian yang menjadi objek penelitian ini adalah untuk mengetahui lebih dalam strategi programming pada MNCTV dalam mempertahankan program dakwah.

3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data ini penulis menggunakan beberapa teknik sebagai berikut:

8

Lexi J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h. 3.

9

Jalaludin Rahmat, Metode Penelitian Komunikas (Bandung: PT Remaja Rasdakarya, 2006), Cet, ke-XIII, h. 25


(17)

a. Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung untuk memperoleh data yang diperlukan.10 Diartikan sebagai kegiatan mengamati secara langsung tanpa mediator suatu objek untuk melihat dengan dekat kegiatan yang dilakukan oleh objek tersebut. Observasi merupakan metode pengumpulan data yang digunakan pada riset kualitatif. Seperti penelitian kualitatif lainnya, observasi difokuskan untuk mendefinisikan dan menjelaskan fenomena riset. Observasi yang peniliti lakukan mencari tahu bagaimana strategi programming dalam mempertahankan program dakwah.

b. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara menghimpun data-data yang bersifat teoritis berupa buku-buku, data dari dokumen yang berupa catatan formal, jurnal, artikel dan sebagainya. Kemudian peneliti menggunakan analisa deskriptif. Dengan tujuan, setelah data-data terkumpul, kemudian penulis menjabarkan dengan memberikan analisa-analisa untuk kemudian diambil kesimpulan akhir

c. Wawancara

Wawancara adalah teknik untuk mencari data dengan menanyakan pertanyaan kepada sumber yang dianggap tepat untuk memberikan informasi seputar permasalahan yang akan diteliti. Lebih lanjut bahwa wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang langsung

10

Winarno Surahmad, Dasar-dasar Teknik Penelitian (Bandung: CV. Tarsita, 1989), h. 201.


(18)

secara lisan, dimana dua atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan.11 Penelitian melakukan wawancara dengan Amie Ristianti karena beliau merupakan programming MNCTV.

4. Waktu dan Tempat Penelitian

Penulis melakukan penelitian pada bulan 3 Juni 2014 sampai dengan 27 Juni dilaksanakan. Tempat penelitian adalah PT CIPTA MNCTV di jalan. Pintu II TMII Jakarta.

5. Teknik Analisis Data

Sebuah data yang terkumpul melalui observasi, dokumentasi, dan wawancara, maka langkah selanjutnya adalah data tersebut disusun secara sistematis, kemudian diklasifikasikan untuk dianalisa sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, setelah itu disajikan dalam bentuk laporan ilmiah.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam menentukan judul penelitian ini sudah mengadakan tinjauan pustaka ke perpustakaan yang terdapat di Fakultas Ilmu Dakwah maupun Perpustakaan utama UIN Syarif Hidayatullah. Menurut pengamat peneliti dari hasil observasi yang penulis lakukan sampai saat ini hanya menemukan, yakni:

1. Kristiani Retnowati mahasiswa Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Fakultas Dakwah Jurusan Komunikasi dan Penyiaran Islam yang berjudul

11

Chalid Narbuko dan Abu Ahmad, Metodelogi penelitian (Jakarta: PT Bumi Aksara,1997), Cet, ke-I, h. 83


(19)

“Strategi Programming pada RRI Programa (Studi Tentang pemeliharaan Mutu Program Siaran Agama Islam)”. Pada skripsi ini terdapat perbedaan

objek penelitiannya. Pada skripsi ini objek penelitiannya adalah strategi

programming pada radio RRI yogyakarta. Sedangkan skripsi yang saya tulis berisikan tentang strategi programming pada MNCTV dalam mempertahankan program dakwah.

2. Rani Anandayu Wibowo, mahasiswi Universitas Indonesia Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang berjudul “Strategi Programming TPI pada jam jam siaran Prime Time”. Pokok bahasan skripsi ini adalah strategi programming TPI dalam meraih potensial permirsa terbesar pada jam

prime time.

F. Sistematika Penulisan

Agar pembatasan dalam penulisan skripsi ini sistematis, untuk itu penulis membaginya menjadi lima bab, yaitu tiap-tiap bab terdiri dari sub-sub sebagai berikut:

BAB I: PENDAHULUAN

Menjelaskan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika dari sistem penulisan. BAB II: LANDASAN TEORI

Menjelaskan pengertian Strategi, konsep Programming, Televisi, dan Unsur-unsur Dakwah.


(20)

BAB III: GAMBARAN UMUM MNCTV

Menjelaskan tentang Gambaran umum MNCTV yang mencangkup sejarah dan perkembangan MNCTV.

BAB IV: ANALISIS Strategi Programming MNCTV dalam

Mempertahankan Program Dakwah

Menjelaskan tentang strategi programming beserta Program apa sajakah yang diproduksi dan ditanyangkan oleh MNCTV.

BAB V: PENUTUP


(21)

11 A. Strategi

1. Pengertian Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani Kuno yang berarti “seni berperang” suatu strategi memiliki dasar-dasar atau skema untuk mencapai sasaran yang dituju. Jadi pada dasarnya strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Kata strategi berasal dari Yunani, yaitu stratosgos, yang berarti memimpin. Dalam konteks awalnya, strategi di artikan sebagai

generalship atau tujuan yang dilakukan oleh para jendral dalam membuat rencana untuk menaklukan musuh dan memenangkan peperangan.1

Strategi seringkali diartikan sebagai usaha yang dilakukan demi mencapai suatu tujuan. strategi adalah perencanaan untuk mencapai tujuan, namun untuk mencapai tujuan tersebut, strategi tidak berfungsi sebagai jalan yang hanya memberikan arah saja, melainkan harus mampu menunjukkan taktik operasionalnya.2 strategi adalah cara yang terbaik untuk mempergunakan dana, daya dan tenaga yang tersedia, sesuai dengan tuntutan perubahan lingkungan.3

Dengan memahami beberapa devinisi dari para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian strategi adalah suatu cara dan taktik yang

1

Setiawan hari purwono dan Zalkiflimansyah. Manajemen strategi sebuah Konsep Pengantar (Jakarta: lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 2001), h. 20.

2

Onong Effendy, Ilmu komunikasi Teori dan Praktek (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), Cet, ke-21.h. 32.

3

Sondang Siagan, analisis serta perumusan kebijakan dan strategi organisasi, (Jakarta: PT. Gunung Agung, 1986), Cet. K-2, h. 17.


(22)

sudah direncanakan untuk mencapai tujuan yang diharapkan, dengan memperhatikan peluang dan ancaman yang akan dihadapi.

2. Tahapan Strategi

Dalam melakukan strategi perlu melalui beberapa tahapan dalam prosesnya, secara garis besar strategi melalui tiga tahap, yaitu:

a. Perumusan Strategi

Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan strategi yang akan dilakukan. Sudah termasuk di dalamnya adalah pengembangan tujuan, mengenai peluang dan ancaman eksternal menetapkan kekuatan dan kelemahan secara internal, menerapkan suatu objektivitas, menghasilkan strategi alternatif dan memilih strategi untuk dilaksanakan.

b. Impelementasi Strategi

Setelah merumuskan dan memilih strategi yang telah ditetapkan, maka langkah berikutnya melaksanakan strategi yang diterapkan tersebut. Dalam tahap pelaksanaan strategi yang telah dipilih sangat membutuhkan komitmen dan kerjasama dalam pelaksanaan strategi, jika tidak maka proses formulasi dan analisis strategi hanya akan menjadi impian yang jauh dari kenyataan.

Implementasi strategi bertumpu pada alokasi dan pengorganisasian sumber daya yang ditempatkan melalui penempatan struktur organisasi dan mekanisme kepemimpinan yang dijalankan bersama budaya perusahaan organisasi.


(23)

c. Evaluasi Strategi

Tahapan terakhir dari strategi adalah evaluasi implementasi strategi. Evaluasi strategi diperlukan karena keberhasilan yang dapat dicapai dapat diukur strategi yang akan dilaksanakan kembali oleh suatu organisasi dan evaluasi sangat diperlukan untuk memastikan sasaran yang dinyatakan telah dicapai.4

B. Konsep Programming

1. Programming Bagian Penting Aktivitas Siaran Televisi

Siaran sebagai output stasiun penyiaran yang dikelola oleh organisasi penyiaran, merupakan hasil perpaduan antara kreatifitas manusia dan kemampuan sarana/alat atau antara perangkat keras dan lunak. Perangkat keras terdiri dari sarana dan prasarana, pemancar dan perangkatnya, sedangkan perangkat lunak terbagi atas manusia pengelola (termasuk di dalamnya manajemen) dan program.5 Jadi, perangkat keras ini baru dapat berfungsi bila didukung oleh perangkat lunak, yaitu: manusia dan program siaran.

Program siaran pada sebuah televisi diatur dalam sebuah

Programming televisi yang mengatur perencanaan program dan penjadwalan program yang akan disebarluaskan ke masyarakat melalui sebuah chennel. Programming merupakan perangkat lunak yang menjadikan adanya perangkat keras. Keduanya penting untuk menjalankan sistem bekerja, namun tanpa adanya Programming tidak akan ada

4

Fred R David, Manajemen Strategi dan Konsep (Jakarta: Perhelalindo, 2002), h. 3.

5

J.B Wahyudi, Dasar-Dasar Manajemen Penyiaran (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama), 1994, h. 8-9.


(24)

siaran/broadcasting.6 Sehingga dapat dikatakan bahwa Programming

merupakan bagian penting dari aktivitas siaran televisi.

2. Periode Standar Waktu Televisi

Dalam siaran televisi, programmers membagi beberapa waktu siaran televisi ke dalam standar priode waktu televisi (dayparts).Berikut urutan pembagian standar waktu periode televisi:7

a. Daytime Programming, terbagi atas: early morning, yakni pukul 6.00-9.00, morning, pukul 9.00-12.00, dan efternoon, pukul 12.00-16.00.

b. Evening Programming, terbagi atas: early fringe, yakni pukul 16.00-18.00, early evening atau early news, pukul 18.00-19.00,

prime time access atau prime acsess, pukul 19.00-20.00, dan prime time pada pukul 20.00-23.00.

c. Late-Night Programming, terbagi atas: late fringe, yakni pukul 23.00-23.30, late-night, pukul 23.30-2.00 pagi, dan overnight, pukul 2.00-6.00.

Dari sekian banyak priode waktu televisi yang telah disebutkan di atas, prime time merupakan waktu siaran televisi yang paling banyak menarik penonton. Selain itu, penonton yang berada pada segmen ini sangat beragam (tua, muda, anak-anak, dan sebagainya). Stasiun televisi biasanya akan menempatkan program acara yang paling bagus pada

6

Susan Tyler Eastman Douglas A. ferguston, Broadcast/Cable Programming, Strategies & Practices, 2th Edition ( Wadsworth Publishing Company, 1992), h. 4.

7

Barry L. Sherman, Telecommunications Management, Broadcasting / Cable and The New tecnologies, 2nd Edition (McGraw-Hill Inc, 1995), h. 342-346.


(25)

segmen ini karena jumlah audiennya yang besar. Selain itu, acara prime time juga harus bisa dinikmati semua kalangan termasuk anak-anak.8.

3. Strategi Programming

Programming adalah perorganisasian program radio atau televisi dalam periode harian, mingguan, atau periode bulanan. Programming

dalam bahasa Indonesia adalah penjadwalan program yang akan diudarakan (to be aired). Jadi sinonim Programming adalah scheduling. Lembaga penyiaran umumnya menggunakan strategi, yaitu secara rutin mengganti ulang penjadwalan ini untuk tetap merebut perhatian pendengar dan pemirsanya (audience) dengan hadirnya program-program yang terbarukan.9

Adapun yang dimaksud dengan strategi adalah perencanaan dan pengarahan suatu operasi dalam skala besar. Dalam Programming, operasi tersebut mengacu kepada keseluruhan penjadwalan suatu stasiun penyiaran dan cable sytem.10 Strategi itu sendiri mengacu kepada perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai suatu tujuan.11 Dengan demikian strategi Programming merupakan perencanaan dan manajemen Programming untuk mencapai suatu tujuan.

Hal yang dinikmati oleh masyarakat dari industri televisi adalah program acara. Salah satu kunci sukses dari program acara terletak pada

8

Morissan, Manajemen Media Penyiaran : Strategi Mengelola Radio &Televisi (Jakarta: Kencana, 2008), h. 344.

9

Hidajanto Djmal dan Andi Fachruddin, Dasar-Dasar Penyiaran: Sejarah, Organisasi, Operasional, dan Regulasi (Jakarta: Kencana, 2011) h. 135.

10

Susan Tyler Eastman Douglas A. ferguston, Broadcast/Cable Programming, Strategies & Practices, 2th Edition ( Wadsworth Publishing Company, 1992), h. 4.

11

Onong Uchjana Effendi, Ilmu Teori & Filsafat Komunikasi (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti 1993), h. 300.


(26)

Programmingnya. Pentingnya Programming dalam media penyiaran, yaitu:12

Once the shows have been produced, where and when to place them in the schedule must be decided. This task, known as Programming, is a crucial one. A bad Programming decision might mean failure for a good show while a shrewd decision might make a mediocre show a hit.

(Ketika suatu pertunjukan telah diproduksi, dimana dan kapan menempatkannya di dalam jadwal haruslah diputuskan. Tugas ini, dikenal sebagai Programming, yang rumit. Suatu keputusan Programming yang buruk mungkin dapat diartikan kegagalan untuk pertunjukkan yang bagus sedangkan suatu keputusan pintar mungkin membuat suatu pertunjukan yang cukup untuk suatu pukulan).

Dari penjelasan tersebut, secara sederhana bahwa Programming

dilihat sebagai suatu proses untuk memilih, menyeleksi, menjadwal program, dan mengevaluasinya. Programming dianggap sangat penting karena menentukan berhasil atau tidaknya sebuah program berhasil meraih audiens dalam jumlahbesar.

Programming is the product of broadcasting. Just as a store sells goods or a law firm sells advice, broadcasting sells Programming. Just as store owners set prices for their goods and layers set fees for their services, broadcasters set rates for the commercials that will share time withProgramming. 13

12

Joseph R Dominick, The Dynamic of Mass Communication (Third Edition) (Boston: Mc Graw- Hill, 1990), h. 304.

13

John R Bittner, Broadcasting Telecommunication; An Introduction (Third Edition) (New Jersey: Pretince Hall, 1991), h. 209.


(27)

(Programming adalah produk penyiaran. Sama halnya dengan suatu toko menjual barang-barang atau suatu perusahaan hukum menjual nasihat, penyiaran menjual Programming. Sama halnya dengan pemilik toko menetapkan harga untuk barang-barangnya dan pengacara menetapkan pembayaran untuk jasa mereka, penyiar menetapkan tingkat tarif untuk komersil yang akan berbagi waktu dengan Programming).

Penjelasan di atas memberikan gambaran lain tentang

Programming, yaitu merupakan serangkaian program mata acara stasiun penyiaran. Dengan demikian Programming memiliki dua pengertian, yaitu sebagai proses dan hasil.

Program-program acara yang disajikan tidak sembarangan asal ditampilkan. Programming is war. You are general. The object is to win, ungkapan Hal ini tersebut menggambarkan bahwa Programming

merupakan strategi untuk memenangkan kompetisi. Untuk dapat meraih penonton, program-program acara disusun sedemikian rupa sehingga dengan khalayak sasaran dan target audiens yang telah ditetapkan sehingga memberikan pemasukan dengan terisinya slot iklan.14 Oleh karena itu, diperlukan berbagai cara untuk menghasilkan program acara yang menarik sehingga mampu menarik perhatian banyak pemirsa.

Program-program acara yang dinikmati oleh khalayak tidak bisa lepas dari peranan programmer. Mereka memakai strategi Programming

tertentu yang membuat acara mereka berbeda dengan acara di stasiun televisi lain. Program acara hasil olahan programmer telah diatur sedemikian rupa sehingga diselaraskan dengan tujuan yang hendak dicapai

14

Susan Eastman Tyler, Sydney W. Head. Lewis Klein, Broadcast/ cable programming, Strategi & Practices, 2th Edition ( California: Wadsworth Publishing Company, 1984), h. 5.


(28)

oleh organisasi penyiaran tersebut dengan melihat sisi kebutuhan dan keinginan dari khalayak secara luas.

Fokus utama Programming adalah khalayak sebagai pemirsa televisi. Khalayak sasaran merupakan kunci dari penyajian susunan mata acara. Riset khalayak dilakukan untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan khalayak. Sehubungan dengan selera khalayak, Sydney W. Head menguraikan lima (5) elemen yang perlu diperhatikan dalam strategi

Programming, sebagai berikut:15 a) Compatibility (kesesuaian)

Program acara disusun berdasarkan kegiatan sehari-hari khalayak. Rutinitas khalayak seperti kapan mereka sarapan, kerja, istirahat, dan sebagainya menjadi acuan televisi dalam menjalankan Programming.

b) Habit formation (membangun kebiasaan)

Kebiasaan khalayak dibentuk melalui program acara yang ditayangkan. Tidak jarang dari pembentukan kebiasaan ini timbul sikap fanatik dari khalayak terhadap suatu program acara, sehingga khalayak pun enggan meninggalkan program acara yang ditayangkan. c) Control of audience flow (mengontrol aliran pemirsa)

Ketika sebuah program selesai ditayangkan, maka program berikutnya disajikan. Antara program yang satu dengan berikutnya, jumlah audiens harus tetap dijaga dengan menyajikan program yang tetap bisa menjaga aliran penonton agar tidak beralih ke channel lain atau bahkan menarik penonton channel lain.

15

Susan Eastman Tyler, Sydney W. Head. Lewis Klein, Broadcast/ cable programming, Strategi & Practices, 2th Edition ( California: Wadsworth Publishing Company, 1984) h. 10-16.


(29)

d) Conservation of program resources (pemeliharaan sumber daya program)

Tidak jarang program acara yang sangat terkenal dan digemari banyak khalayak sekalipun menjadi sangat kuno ketika ditayangkan kembali untuk kesekian kalinya. Oleh karena itu, stasiun televisi dituntut untuk kreatif dalam menyajikan materi program yang ditayangkan.

e) Breadth of appeal (daya tarik yang luas)

Program acara yang ditayangkan dapat menjangkau khalayak luas, baik secara teknis maupun sosial. Namun demikian, hal ini bergantung pada status organisasi televisi dan tujuan yang ingin dicapai melalui program acara yang ditayangkan.

Elemen-elemen ini sangat berguna dalam menyusun schedule

serangkaian mata acara televisi. Program apa saja yang pantas untuk pagi, siang, sore hingga tengah malam. Dengan demikian keinginan dan kebutuhan khalayak bisa terpenuhi meskipun tidak semua pihak terpuaskan. Hal ini dikarenakan setiap stasiun televisi mempunyai target audiens yang juga dikehendaki pengiklan, walaupun mereka berusaha meraih audiens sebanyak mungkin.

Namun selalu ada pihak yang tidak terpuaskan dengan program-program yang disiarkan televisi, karena sangat sulit memuaskan semua pihak. Dalam menyusun jadwal program ada banyak pihak yang mempengaruhi Programming, terlepas dari status organisasi penyiaran tersebut, apakah televisi komunitas, televisi publik ataupun televisi komersial. Jika televisi publik dan televisi komunitas memiliki aturan dan pijakan yang jelas dalam mengatur program-programnya serta ada evaluasi


(30)

yang berasal dari publik atau komunitas tertentu, bukan berarti televisi komersial memiliki tekanan dan pengaruh dalam menyusun program-programnya.16

4. Tujuan Programming

Tujuan utama yang ingin diraih dari Programming televisi adalah memaksimalkan jumlah pemirsa yang menjadi target bagi pemasang iklan. Caranya adalah dengan memenuhi kepuasan pemirsa dengan menayangkan program acara yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan atau diiginkan mereka.17 Tanpa adanya pemirsa tidak ada pemasang iklan, dan tidak ada keuntungan serta tidak akan siaran televisi. Dengan begitu

Programming erat kaitannya dengan bagaimana merebut perhatian khalayak. Dalam meraih perhatian khalayak tersebut, pada model komunikasi di bawah ini digambarkan sebagai berikut:

Grafik 2.1 Communication as Display and Attentian18

16

Effendi Gazali, dkk, Konstruksi Sosial Industri Penyiaran: Plus Acuan Tentang Penyiaran Publik dan Komunitas (Jakarta: Departemen Ilmu Komunikasi FISIP UI, 2003), h. xiii-x

17

Susan Tyler Eastman, Douglas A. Ferguson, Broadcast/ cable programming, Strategi & Practices, 5th Edition (Wadsworth Publishing Company, 1992), h. 4.

18

Dennis McQuali & Sven Windahl, Communication Models The Study Of Mass Comunication, 2nd, Edition (New York: Longman Publishing, 1993), h. 56-57.

S1 S2 S3 S4 S5 MD MD MD A U d I E N C E


(31)

Dalam menangkap dan menahan perhatian visual darti khalayak, secara langsung media berusaha mencapai tujuan ekonomi, yaitu meningkatkan pendapatan permirsa (secara praktis, atensi = konsumsi), dan secara tidak langsung atensi dari permirsa dipergunakan untuk menarik pengiklanan. Sehingga media televisi yakni dari atensi yang diberikan khalayak hingga pada akhirnya mampu menarik sejumlah pemasang iklan.

Pada gambar diatas menunjukan beberapa sumber (S) menggunakan media yang berbeda-beda dan saling berkompetitif, untuk menyampaikan pesan (MD) (dalam grafik atau suara) guna meraih atensi

dan penonton yang berada di „market’ yang sama. Potensial atensi dari

audiens yang tersedia itu sangat terbatas, sehingga peningkatan tontonan pada satu channel akan merugikan channel lainya.

Ukuran kesuksesan komunikasi sebagai display dalam model

Communication as Display and Attention ini dinyatakan dalam perhitungan share dari perolehan keseluruhan atensi khalayak. Dalam dunia industri televisi hal ini diinterpretasikan dengan peningkatan perolehan rating. Atau peningkatan perolehan raiting atau perolehan iklan juga digunakan sebagai tolak ukur kesuksesan.

5. Proses Programming

Programming merupakan hasil dari sebuah proses. Adapun proses atau produser dasar dalam melakukan Programming adalah: pertama, memilih program yang sesuai dengan kebutuhan atau keinginan audiens, kedua yakni mengatur keseluruhan penjadwalan program dari satu


(32)

program ke program berikutnya, dan terakhir yakni melakukan evaluasi dari hasil yang diperoleh dan membuat beberapa penyesuaian.19

a. Memilih dan Menyeleksi Program

Adapun atensi yang dilakukan terhadap media massa berhubungan dengan persepsi dan harapan khalayak terhadap media tersebut. Khalayak memiliki motivasi yang spesifik dalam menggunakan media beberapa fungsi media massa.20

1. Surveillance, yaitu menginformasikan dan menyediakan berita. Berfungsu memberikan peringatan terhadap lingkungan, alat untuk mendapatkan berita mengenai ekonomi, dan masyarakat, serta mengekspos nilai-nilai dalam suatu peristiwa atau individu.

2. Correlation, yaitu menyeleksi, mengartikan, dan mengkritik. Berfungsi memperteguh nilai-nilai sosial, mempengaruhi kestabilitas sosial, memberikan status, memonitor dan mengatur opini publik, mengawasi pemerintah.

3. Transmission of culture, yaitu mewariskan. Berfungsi untuk meningkatkan kohensi sosial, menyebarkan pengalaman umum, mengurangi anomie (rasa keterasingan), dan melanjutkan sosialisasi secara terus menerus.

4. Entertaiment atau hiburan. Berfungsi: mengisi waktu luang, escapism (pelarian diri), menciptakan budaya massa dalam seni dan musik, serta meningkatkan selera atau pilihan.

19

Susan Tyler Eastman, Douglas A. Ferguson, Broadcast/ cable programming, Strategi & Practices, 5th Edition (Wadsworth Publishing Company, 1992), h 6.

20

Severin Warner Joseph, Communication Theories: origins, methods, and uses in the mass media, 3rd edition (New york: Longman, 1992), h. 296.


(33)

Itulah beberapa fungsi media massa yang menjadi pencarian tujuan bagi khalayak dalam memberikan atensinya kepada media. Bagian terpenting dari Programming adalah bagaimana mengerti keinginan ataupun kebutuhan audiens. Permintaan akan hiburan dapat berarti campuran antara program drama dan komedi. Sedangkan

information Programming mengacu kepada hal-hal yang bersifat kebaruan atau novelty. Jenis program informasi lain yang dapat menarik banyak penonton adalah program infotainment yang merupakan perpaduan antara unsur hiburan dan informasi.

b. Strategi Penjadwalan Televisi

Stasiun Tv dapat menggunakan beberapa strategi penjadwalan agar program tersebut ditonton banyak orang. Startegi penjadwalan televisi yang mendominasi jam siaran prime time network televisi antara lain:

hammocking, tentpoling, counterProgramming, blunting, stunting, blocking, bridging, lead-off, lead in, seamlessness.21

1. Hammocking, yaitu menempatkan program baru atau program lemah di antara dua program yang sukses.

2. Tentpoling, yaitu penjadwalan dengan penempatan program yang sukses di antara kedua program baru atau lemah dengan tujuan menguatkan ketiganya.

3. Conter Programming, yaitu menjadwalkan program dengan menyajikan program yang jauh berbeda dari apa yang ditayangkan komperitor. Strategi ini juga dapat dilakukan dengan tidak

21

Susan Tyler Eastman, Douglas A. Ferguson, Broadcast/ cable programming, Strategi & Practices, 5th Edition (Wadsworth Publishing Company, 1992), h. 118-121.


(34)

memperhitungkan konsep demografis, melainkan mencoba meraih

sejumlah permirsa yang „terabaikan’ yang bukan mayoritas.

Contoh ABC pada hari senin menyayangkan program yang berbeda dengan stasiun televisi lain dengan tayangan Monday Night Football.

4. Blunting, yaitu menayangkan suatu episode yang menampilkan bintang tamu terkenal untuk melawan program baru, atau dengan menayangkan program spesial yang dibintangi selebriti terkenal. 5. Stunting, dalam rangka untuk meraih rating yang tingi,

Programming dapat menyimpang dari hal biasa yang dilakukan. Contoh, serial baru komedi ditayangkan dua episode sekaligus, atau memindahkan suatu program ke jadwal yang berbeda untuk sementara waktu, menjadwalkan program spesial, ataupun dengan menambahkan bintang tamu.

6. Blocking (stacking), strategi ini menggunkan teori audience flow yaitu menayangkan secara beruntun program sejenis pada suatu rentang waktu tertentu atau daypart.

7. Bridging, strategi ini tidak umum digunakan pada televisi komersial, melainkan lebih digunakan bagi televisi publik maupun televisi kabel. Adapun strategi ini dengan menayangkan program yang berdurasi panjang dan ditayangkan pada saat prime access

dan berlanjut hingga saat prime time, selain itu, bridging dapat pula berupa penayangan program pada waktu yang ganjil. Contoh TBS menayangkan program pada 5 menit setelah satu jam. Dengan begitu permirsa dipaksa untuk menonton program TBS selanjutnya atau menonton program lain dengan terlambat 5 menit.


(35)

8. Lead-off : strategi penjadwalan yang menempatkan program kuat di jam siaran pertama pada saat prime time.

9. Lead-in : program yang cukup baguis dan ditempatkan sebelum program berikutnya agar penonton dari program sebelumnya mengikuti program berikutnya.

10.Seamiessness: program acara dimulai dengan menampilkan adegan yang dapat menarik perhatian dan judul serta credit tittle lainya dipersingkat. Ketika acara akan berakhir diberikan “bloopers

(cuplikan beberapa adegan menarik agar penonton tetap menonton di stasiun tersebut hingga menonton ke program berikutnya.

c. Evaluasi

Industi penyiaran dan kabel televisi menggunakan beberapa pendekatan riset dalam mengevaluasi program dan pemirsa. Riset kualitatif berupaya menjelaskan mengapa orang menonton program tertentu. Programmers menggunakan data kualitatif untuk membantu memperbaiki isi program, memilih program dan melihat reaksi orang terhadap program.

C. Televisi

1. Pengertian Televisi

Televisi berasal dari bahasa yunani “tele” yang berarti jarak jauh

dan “Vision” yang berarti penglihatan. Segi jauhnya sudahakan oleh prinsip radio dan penglihatannya oleh gambar.22 Dengan demikian televisi yang dalam bahasa Inggrisnya television diartikan dengan melihat jauh.

22

Lathief Royidi, Dasar-dasar Retorika Komunikasi dan Informasi (Medan: Firma Rainbon, 1989), Cet. Ke-2, h. 221.


(36)

Melihat jauh disini yaitu dengan gambar dan suara yang diproduksi di

suatu tempat (studio televisi) dan dapat dilihat dari tempat “lain” melalui

sebuah perangkat penerima (televisi set).23

Pengertian televisi menurut Ensiklopedi Encarta disebutkan bahwa televisi adalah sistem pengiriman dan penerimaan gambar serta suara dengan sinyal elektronik yang dikirimkan melalui kawat atau kabel dan fiber optik atau dengan radiasi elektromagnetik. Sinyal-sinyal tersebut biasanya disiarkan dari stasiun televisi sebagai tempat produksi pada alat-alat penerimanya pada televisi yang ada di rumah atau diteruskan oleh penyedia jasa televisi kabel.

Dengan pengertian di atas, lebih lanjut dapat disimpulkan bahwa sistem transmisi atau pancaran gambaran dan suara yang dihasilkan oleh kamera elektronik diubah menjadi gelombang elektro magnetik dan selanjutnya transmisi dilanjutkan melalui pemancar. Gelombang elektro magnetik ini diterima oleh sistem antena yang menyalurkan ke pesawat penerima (pesawat televisi). Di pesawat televisi lalu gelombang elektro magnetik diubah kembali menjadi gambar dan suara yang dapat kita nikmati di layar televisi. Sedangkan pada televisi kabel gelombang elektro magnetik tersebut disalurkan melalui kabel ke pesawat penerima.

Televisi sebagai suatu alat yang merupakan bagian dari suatu sistem yang besar, sehingga meskipun televisi seperti kotak hitam ajaib, tapi apabila gelombang elektromagnetik dari suatu pemancar televisi, berhubungan langsung dengan televisi tadi yang sudah ditekan tombolnya,

23

Sunandar, Telaah format Keagamaan di Televisi Studi Deskriptif Analisis TPI Tesis, (Yogyakarta: 1998).


(37)

maka dengan serta merta akan merubah ke arah fungsi sebenarnya, di mana kita akan dapat menikmati acara yang ditayangkan langsung dari stasiun penyiaran yang bersangkutan. Televisi sebagai suatu alat dapat dimanfaatkan untuk mengkomunikasikan informasi, dengan menggunakan bayangan gambar dan suara demikian halnya dengan video dan film.24

Kamus besar Indonesia, televisi diberikan pengertian sebagai berikut: televisi adalah pesawat sytem penyiaran gambar objek yang bergerak yang disertai dengan bunyi (suara) melalui kabel atau melalui angkasa dengan menggunakan alat yang mengubah cahaya (gambar) dan bunyi (suara) menjadi gelombang listrik dengan mengubahnya menjadi berkas cahaya yang dapat dilihat dan bunyi yang dapat didengar, digunakan untuk penyiaran, pertunjukan, berita dan sebagainya.25

Televisi merupakan suatu sytem komunikasi yang menggunakan suatu rangkaian gambar elektronik yang dipancarkan secara cepat berurutan, dan diiringi unsur audio.26

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa televisi adalah televisi siaran yang dapat dilakukan melalui transmisi atau pancaran dan dapat juga disalurkan melalui kabel. Dalam sytem tranmisi gambar dan suara yang dihasilkan oleh kamera elektronik diubah menjadi gelombang elektromagnetik dan selanjutnya ditransmisi melalui pemancar,

24

Darwanto Sastro Subroto, Produksi Acara Televisi (Yogyakarta: Duta Wacana University Press, 1994), h. 1-2.

25

Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h.191.

26

P.C.C. Sutisno, Pedoman Praktis, penulisan Scenario TV dan Vidio (Jakarta: PT. Grasindo, 1993), Cet. Ke-3, h. 59


(38)

gelombang elektromagnetik ini diterima oleh sytem antena yang menyalurkan pesawat penerima.

Dari beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa televisi adalah alat atau benda untuk menyiarkan siaran-siaran yang membawa suara dan gambar sekaligus dan dari siaran televisi penonton dapat mendengar dan melihat gambar yang disajikan.

2. Sejarah Perkembangan Televisi

Televisi secara harfiyah artinya “Melihat dari Jauh”. Dalam pengertian sederhana meliputi dua bagian utama, yaitu pemancar televisi yang berfungsi mengubah dan memancarkan sinyal-sinyal gambar (View) bersama dengan sinyal suara sehingga sinyal tersebut dapat diterima oleh pesawat televisi penerima pada jarak yang cukup jauh. Kedua televisi penerima yang menangkap sinyal-sinyal dan mengubahnya kembali sehingga apa yang dipancarkan oleh transmisi televisi tadi dapat dilihat dan di dengar seperti keadaan aslinya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pesawat televisi adalah alat yang digunakan untuk melihat dan mendengar dari tempat yang jauh.27

Televisi merupakan sebuah karya massal yang dikembangkan dari tahun ketahun. Sebagai sebuah penemuan, televisi tidak hanya ditemukan oleh satu pihak saja, melainkan melibatkan banyak pihak, penemu maupun inovator didalamnya. Televisi mulai hadir di Indonesia pada tahun 1953 dari sebuah bagian Departemen penerangan, di dorong oleh perusahaan AS, Ingris, Jerman, Jepang yang berlomba-lomba menjual hardwer-nya.

27

Ciptono Setyobudi, Pengantar Teknik Broadcasting Televisi, (Yogyakarta: Penerbit Graha Ilmu, 2005), h. 2.


(39)

Menjelang Asian games ke-4 dijakarta pada 1962, soekarno dan kabinet akhirnya yakin akan perlunya televisi, dengan alasan reputasi internasional Indonesia tergantung kepada pekan olah raga yang disiarkan, terutama kejepang (yang telah memiliki televisi sejak awal 1950-an).28

Sejak pemerintah Indonesia membuka TVRI, maka selama 27 tahun penonton televisi hanya dapat menonton satu saluran televisi saja, yaitu TVRI. Pada tahun 1989, pemerintah memberikan izin operasi kepada kelompok usaha Bimantara untuk membuka stasiun televisi RCTI yang merupakan televisi swasta pertama di Indonesia, yang kemudian disusul dengan saluran-saluran lain SCTV, Indosiar, ANTV, dan MNCTV.29 Saat ini sudah pasti banyak kita temukan saluran-saluran televisi di Indonesia seperti METRO TV, TRANSTV, GLOBAL TV, TV ONE dll. Ditambah lagi dengan adanya sambungan satelit dan parabola yang menyajikan TV kabel yang juga memberikan pilihan-pilihan kepada penonton di Indonesia untuk memilih berbagai jenis salurran televisi yang disiarkan dari luar negri.

3. Program Siaran Televisi

Dalam Kamus Besar Indonesia, terbit Departemen Pendidikan dan kebudayaan (1988), program adalah seperti pertunjukan siaran, pegelaran dan sebagainya.30

28

Muhammad Mufid, M.si, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, (Jakarta: Kencana, 2007), Cet. Ke-2, h. 47

29

Morissan M.A., Manajemen Media Penyiaran; Strategi Mengelola Radio dan Televisi, (Jakarta: Kencana, 2008), Cet, ke-1, h. 10

30


(40)

Program televisi ialah bahan yang telah disusun dalam suatu format sajian dengan unsur vidio yang ditunjang unsur audio yang secara teknis memenuhi persyaratan layak siar serta telah memenuhi standar estetik dan artistic yang berlaku.31

Ada Empat yang harus diperhatikan dan menyiapkan program siaran televisi, yakni:

1. Pola siaran. Sebelum penata program menyusun acara siaran, terlebih dahulu harus menyiapkan pola siaran. Programmer akan mengumpulkan terlebih dahulu harus menyiapkan terlebih dahulu referensi-referensi yang diperlukan: kebijakan siaran dari pemimpin stasiun televisi, persoalan sosial budaya yang berkembang ditengah masyarakat, jangkauan siaran, hasil jarak pendapat penonton, pemasok-pemasok program, dan tentunya analisis bahan siaran yang mengacu pada kebijakan umum televisi.

2. Arahan pola siaran. Untuk memoleskan suaru acara siaran dibutuhkan wawasan arahan penyiaran program. Dari arahan itu diharapkan akan memperkuat posisi perusahaan atau instansi pertelevisian bersangkutan.

Ada empat pedoman arahan penyiaran televisi, yaitu:

a) Penyiaran televisi diharapkan dapat menggalang dan menyalurkan pendapat umum yang konstruktif dalam kehidupan masyarakat, berbangsa, dan bernegara.

b) Dapat meningkatkan keimanan, ketakwaan, dan kecerdasan kehidupan bangsa.

31

P.C.S. Sutisno, Pedoman Praktis Penulisan Scenario Televisi dan Audio, (Jakarta: PT. Grasindo, 1993), Cet. Ke-1, h 9


(41)

c) Mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai budaya bangsa. d) Dapat menangkal pengaruh buruk terhadap tata nilai prikehidupan

bangsa Indonesia yang beraneka ragam.

3. Peubahan pola acara. Pola acara siaran dapat diubah sesuai keadaan. Karena, perubahan acara yang sering dilakukan dapat mengurangi simpati penonton. Penonton bisa menilai bahwa stasiun bersangkutan tidak professional, dan bisa berakibat penonton bisa meninggalkan saluran stasiun tersebut untuk berpindah kesaluran lain. Ada dua alasan mengapa ada perubahan pola acara? Pertama penempatan susunan acara harian dan mingguan ternyata tidak tepat. Dengan kata lain, ada kesalahan dalam menganalisis strategi sasaran yang ingin dicapai, yaitu tepat pada waktu yang sama. Akibat benturan ini acara lain untuk

“bertanding” melawan acara di stasiun lainnya.

4. Sistem penempatan program siaran. Yang dimaksud dengan sistem penempatan program siaran, masing-masing adalah :

a) Program tahunan, perecanaan program tahunan berpijak pada tahun berlakunya manajemen stasiun televisi bersangkutan.

b) Program pekanan atau mingguan adalah susunan program siaran dalam setiap minggunya.

c) Program harian. Penyusunan program harian didasarkan pada beberapa banyak bahasa siaran jadi, bisa pula bahan siaran yang harus diproduksi terlebih dahulu.32

32

RM Soeharto, Program Televisi Dari penyusunan Sampai Pengaruh Siaran, (Jakarta: IKJ Press, 2007), Cet. Ke-1, h. 5-15


(42)

Setiap program televisi punya sasaran yang jelas dan tujuan yang akan dicapai. Ada lima parameter yang harus diperhitungkan dalam menyusun program siaran televisi, yaitu:

1. Landasan Filosofis yang mendasari tujuan semua program 2. Strategi penyusunan program sebagai pola umum tujuan

program

3. Sasaran program

4. Pola produksi yang menyangkut garis besar isi program

Karakter institusi dan manajemen sumber program untuk mencapai usaha yang optimum.

4. Media Massa Televisi

Media massa televisi merupakan alat komunikasi massa yang dapat menjangkau masyarakat dalam jumlah besar dan luas. Komunikasi massa melalui media televisi mengandung pengertian yaitu proses komunikasi antara komunikator (organisasi media massa) dengan komunikan (khalayak) yang tersebar luas, heterogen dan anonim melalui sarana media televisi.

Proses komunikasi massa (melalui media televisi) terdiri atas beberapa unsur yaitu: sumber (komunikator), transmitter, saluran (media), penerima (komunikan), umpan balik dan tujuan, serta gangguan (noise) yang ada di semua unsur tersebut. Adanya unsur umpan balik (feedback) adalah yang membedakan model komunikasi ini dengan model komunikasi sebelumya (model komunikasi Lasswell), yang menganggap


(43)

bahwa dalam proses komunikasi massa tidak ada umpan balik (zero feedback).

Model komunikasi DeFleur memberikan penjelasan lebih lengkap tentang fenomena komunikasi massa, namun dalam hal ini, sumber atau komunikator memperoleh umpan balik yang terbatas dari audiennya.33 Dalam teori ini dikatakan bahwa umpan balik dalam komunikasi massa itu ada, tapi datangnya terlambat (delayed). Orang (pemirsa televisi) mencoba memberikan respon terhadap apa yang disajikan media massa, respon itu berupa komentar, pendapat, saran, kritik, dan sebagainya, yang disampaikan kepada stasiun penyiaran atau program bersangkutan.

Televisi sebagai salah satu media massa mempunyai fungsi dan kedudukan yang sama seperti halnya media massa lainnya, di antaranya sebagai sumber informasi, menghibur, memengaruhi, mendidik, dan kontrol sosial.

Tiga fungsi utama media massa terhadap masyarakat/audien yaitu:

1) Media berfungsi untuk memberitahu audien mengenai apa yang terjadi di sekitar mereka (surveying the environment).

2) Melalui pandangan yang diberikan media terhadap berbagai hal yang terjadi, maka audien dapat memahami lingkungan sekitarnya secara lebih akurat (correlation of environment part).

3) Pesan media berfungsi menyampaikan tradisi dan nilai-nilai sosial kepada generasi audien selanjutnya (transmit social norms and

33

Morissan, Andy Corry Wardhani dan Farid Hamid, Teori Komunikasi Massa: Media, Budaya dan Masyarakat (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 20.


(44)

customs). Menurut Lasswell, penyampaian warisan sosial ini merupakan fungsi media yang paing kuat.34

Media massa televisi mempunyai keistimewaan dan daya tarik tersendiri dibandingkan dengan media massa lainnya (surat kabar, majalah, radio, dan sebagainya). Dengan sifatnya yang audio-visual, mayoritas masyarakat lebih suka menonton televisi daripada mendengarkan radio, ataupun membaca surat kabar. Karena sifatnya yang

audio-visual jugalah, pesan-pesan yang disampaikan media televisi lebih mudah untuk dimengerti, dipahami, dan diterima oleh masyarakat.

Media televisi bisa menciptakan suasana tertentu, yaitu para pemirsanya dapat melihat sambil duduk santai tanpa kesengajaan untuk menyaksikan. Penyampaian isi pesan melalui media televisi seolah-olah langsung dari komunikator ke komunikan. Informasi yang disampaikan televisi, akan mudah dipahami karena jelas terdengar dan terlihat.35

Daya tarik media televisi begitu besar, sehingga membuat pola-pola aktivitas kehidupan manusia berubah total sebelum dan sesudah munculnya salah satu media massa elektronik ini. Media televisi menjadi panutan baru (news religius) bagi kehidupan masyarakat. Tidak menonton televisi sama saja dengan makhluk buta yang hidup dalam tempurung.36

Media televisi tampaknya telah diasosiasikan dengan pesan (yang berbeda dan selalu diingat), organisasi (kompleks dan besar), distribusi (sumber universal bagi semua), teknologi tinggi dengan profesi baru

34

Morissan, Andy Corry Wardhani dan Farid Hamid, Teori Komunikasi Massa: Media, Budaya dan Masyarakat (Bogor: Ghalia Indonesia, 2010), h. 83.

35

Wawan Kuswandi, Komunikasi Massa: Sebuah Analisis Media televisi, h. 8.

36


(45)

(pembuat berita/cerita televisi), bintang televisi serta pembawa acara televisi.37

Kelebihan media televisi dibandingkan media massa lainnya antara lain: Pertama, televisi bisa menembus jarak dan ruang. Kedua, sasaran media televisi dapat menjangkau massa cukup besar. Ketiga, daya rangsang seseorang terhadap media televisi cukup tinggi, hal ini disebabkan karena kekuatan suara dan gambar yang dimiliki televisi.

Keempat, informasi yang diberikan televisi disampaikan lebih singkat, jelas, dan sistematis, sehingga pemirsa tidak perlu lagi mempelajari isi pesan dalam menangkap siaran televisi.

Namun, kehadiran televisi sebagai media komunikasi massa bisa membawa dampak positif maupun negatif bagi penikmatnya, tergantung dari bagaimana mereka (para pemirsa televisi) bisa memanfaatkan media massa tersebut.

D. Unsur- unsur Dakwah

1. Arti Dakwah Menurut Istilah

Dakwah menurut arti istilahnya mengandung beberapa arti yang beraneka ragam. Banyak para ahli ilmu dakwah dalam memberikan pengertian atau definisi terhadap istilah dakwah, dan terdapat beraneka ragam pendapat. Hal ini tergantung pada sudut pandang mereka di dalam memberikan pengertian kepada istilah tersebut. Sehingga antara definisi

37


(46)

menurut ahli yang satu dengan yang lainnya senantiasa terdapat perbedaan dan kesamaan, diantaranya:

Menurut Hamzah Yakub dalam bukunya: Beliau memberikan

pengertian tentang dakwah dalam Islam adalah “Mengajak umat manusia

dengan hikmah kebijaksanaan untuk mengikuti petunjuk Allah dan

Rasulnya”.

Dalam al-Quran surat An-Nahl ayat 125, juga disebutkan:

                     

“Serulah kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran

yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik”.

Dari ayat di atas dapatlah diambil kesimpulan bahwa dakwah adalah mengajak umat manusia kejalan Allah dengan cara yang bijaksana, nasehat yang baik, serta berdebat dengan cara yang baik pula.

Kedua pengertian dakwah tersebut di atas, bila ditelaah sedetail mungkin terdapat beberapa kesamaan yang mana hal ini penulis berprasangka bahwasanya Drs. Hamzah Yakub kemungkinan didalam memberikan pengertian istilah dakwah berstandar pada ayat al-Quran tersebut sehingga antara kedua definisi itu terdapat kesamaan.38

Definisi yang lain, seperti definisi dakwah menurut Team Proyek Penerangan Bimbingan dan Dakwah/Khotbah Agama Islam (pusat)

Departemen RI dalam bukunya “Metodologi Dakwah Kepada Suku

Terasing“. Dakwah yaitu: Setiap usaha yang mengajak untuk memperbaiki

38

Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya Indonesia, Penerbit: Al-Ikhlas,), h.17-19.


(47)

usaha kehidupan yang lebih baik dan layak, sesuai dengan kehendak dan tuntunan kebenaran.39

Dan banyak pakar yang mendefinisikan dakwah ini, diantaranya adalah Thoha Yahya Umar M.A., Yang membagi dakwah dari dua segi : a. Pengertian dakwah secara umum : Ialah suatu pengertian yang berisi

cara-cara, tuntunan-tuntunan bagaimana seharusnya menarik perhatian untuk menganut, menyetujui, melaksanakan suatu ideologi, pendapat, pekerjaan tertentu.

b. Pengertian dakwah menurut ajaran agama Islam: Ialah mengajak manusia dengan cara bijaksan pada jalan yang benar sesuai dengan perintah Tuhan, untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia dan di akhirat.40

2. Tujuan Dakwah

Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwasanya dakwah adalah proses penyampaian mengajak, menyerukan, serta menarik perhatian manusia kejalan Allah SWT. untuk melaksanakan perintahnya dan menjauhkan larangannya dalam upaya mencapai kebahagiaan di dunia maupun di akhirat.

Dan bahwasanya dakwah dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan, dan sudah termasuk dalam pengertian dakwah itu sendiri, dan tujuan dakwah merupakan salah salah satu faktor yang sangat penting

39

Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya Indonesia, Penerbit: Al-Ikhlas,), h.20.

40

A. H. Hasanuddin, Retorika Dakwah dan Publisistik dalam Kepemimpinan, (Surabaya: Usaha Nasional, 1992), Cet. ke-1, h.34.


(48)

dalam proses dakwah. Oleh karena itu dibawah ini akan dijelaskan tujuan dakwah itu sendiri.

M. Natsir menulis dakwah dan tujuannya pada Serial Tujuan Dakwah. Dalam brosur tersebut, beliau memberikan beberapa ulasan tentang dakwah, terutama tujuannya. Menurut M. Natsir tujuannya adalah:

a. Memanggil kita kepada syari`at, untuk memecahkan persoalan hidup perorangan dan dan persoalan berumah tangga, berjama`ah-bermasyarakat, berbangsa-bersuku bangsa, bernegara dan berantar negara.

b. Memanggil kita kepada fungsi hidup sebagai hamba Allah di atas dunia yang terbentang luas ini, berisikan berbagai jenis manusia, bermacam pola pendirian dan kepercayaannya, yakni pungsi sebagai

syuhadâ `ala an-nâs menjadi pelopor dan pengawas bagi umat manusia.

c. Memanggil kita kepada tujuan hidup yang hakiki, yakni menyembah Allah. Demikianlah, kita hidup mempunyai fungsi dan tujuan yang tertentu.41

Adapun tujuan dakwah menurut Asmuni Syukir sebagai berikut :

a. Mengajak manusia yang sudah memeluk agama untuk selalu meningkatkan taqwanya kepada Allah SWT.

b. Membina mental orang Islam yang masih Muallaf.

41

Thohir Luth, M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya (Jakarta : Gema Insani, 1999), Cet. ke-1, h.70.


(49)

c. Mengajak umat manusia yang belum beriman, agar beriman kepada Allah (memeluk agama Islam).

d. Mendidik anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.

3. Subjek Dakwah

Subjek dakwah bias dikaji dalam sudut pandang Islam yaitu: seorang atau sekelompok orang yang berorganisasi. Manusia diciptakan Allah dalam bentuk tubuh yang indah dan unik, mempunyai tugas memakmurkan bumi yang telah diciptakan-Nya, untuk bekal hidup manusia dalam mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. Manusia diciptakan Allah sebagai kholifah (pengganti/wakil) dan harus mengabdi kepada-Nya dengan penuh keikhlasan. Diri manusia terdiri dari fisik dan non fisik, keduanya memerlukan pemeliharaan, peranan dan pungsi untuk menyempurnakan hidup agar mencapai keseimbangan hidup di dunia maupun di akhirat. Mengapa demikian? Karena manusia dituntut menjadi hamba Allah yang sholeh dan harus mempertanggung jawabkan kehidupannya di akhirat nanti. Selain itu, banyak lagi konsep-konsep yang berkenaan dengan subjek dakwah yang terdapat di dalam al-Quran dan hadis yang menyangkut budaya atau akal pikiran, sikap dan prilaku manusia serta pernyataan-pernyataan verbal atau non verbal. Pada setiap unsur manusia yang menjadi Subjek dakwah terdapat permasalahan-permasalahan yang memerlukan pemecahan. Misalnya, mengapa terjadi pebedaan antara pernyataan yang disampaikan kepada obyek dakwah dengan prilaku subjek dakwah itu.


(50)

Mengapa tingkat kesejahteraan ekonomi seseorang da`i berada di bawah garis kemiskinan? adakah pengaruh aqidah yang dimiliki da`i terhadap status sosial yang dimilikinya?. Adakah pengaruh aqidah, sikap, prilaku seorang da`i terhadap objeknya?. Masalah-masalah yang mungkin terdapat pada subjek dakwah, adalah pada persepsi karakter, sikap, perilaku, dan hasil dari perilakunya dan mungkin pula terdapat pada sistem organiknya.42

4. Objek Dakwah

Objek dakwah adalah manusia, baik seorang atau lebih (masyarakat). Pemahaman mengenai masyarakat itu bisa beragam, tergantung dari sudut mana memandang. Dipandang dari bidang Sosiologi, bahwa masyarakat itu mempunyai struktur dan mengalami perubahan-perubahan. Di dalam masyarakat terjadi interaksi antara satu orang dengan orang lain, antara satu kelompok dengan kelompk lain, antara individu dengan kelompok. Di dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok, lapisan-lapisan, lembaga-lembaga, nilai-nilai, norma-norma, kekuasaan, proses perubahan. Itulah pandangan Sosiologi terhadap masyarakat. Dan pandangan Psikologi lain lagi, demikian pula pandangan dari bidang Antropologi, Sejarah, Ekonomi, Agama, dsb.

Penelitian objek dakwah adalah berangkat dari permasalahan yang terdapat dalam masyarakat itu, baik masyarakat yang telah memperoleh dakwah Islamiyah maupun masyarakat yang belum memperoleh dakwah Islamiyah itu sendiri. Misalnya; mengapa mengapa umat Islam miskin

42

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah (Jakarta : Logos, 1997), Cet. ke-1, h.33-34.


(51)

harta,padahal potensi untuk memperoleh rezeki telah disediakan oleh Allah Swt?. Mengapa umat Islam ada yang menjadi penjahat?. Mengapa umat Islam melakukan cerai, kawin--cerai, kawin?.43

5. Media Dakwah

Media dakwah adalah peralatan yang dipergunakan untuk menyampaikan materi dakwah, pada zaman modern umpamanya: Televisi, radio, video, kaset rekaman, majalah, dan surat kabar. Dalam semua aktivitas kehidupan manusia, media merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan keberadaannya, bahkan menurut juru media bahwa manusia adalah sasaran media yang sangat dominan, dikarenakan manusia mengkonsumsi berita dalam sehari-harinya, tumbuh dan berpikir dengan berita dan hiburan.44 Disaat ini media telah menjelma dalam berbagai bentuk dan sarana yang dari waktu kewaktu senantiasa mengalami perkembangan dan pembaharuan.

Dalam komunikasi pengertian media adalah sarana yang dipergunakan oleh komunikator sebagai saluran unuk menyampaikan suatu pesan kepada komunikan, yang apabila sikomunikan jauh tempatnya, banyak jumlahnya, atau kedua-duanya.45 Demikian juga dengan dakwah yang juga merupakan bagian dari aktivitas komunikasi, jelas-jelas sangat membutuhkan media itu sendiri yang dapa menunjang proses kegiatan dakwah Islamiyah, sehingga tujuan dakwah untuk

43

Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, (Jakarta : Logos, 1997), Cet. ke-1, h.35-36.

44

Muna Haddad Yakan, Hati-Hati Terhadap Media yang Merusak Anak (Jakarta : Gema Insani Press, 1998), Cet. Ke-8, h.12.

45


(52)

mencapai masyarakat yang Islami dapat terwujud. Sedangkan pengertian dari media dakwah itu sendiri adalah alat objektif menjadi saluran untuk menghubungkan ide dengan umat, dan juga membutuhkan suatu elemen yang vital dan itu merupakan urat nadi dalam totalitet dakwah.46

Sebagai suatu elemen yang vital, tentu saja media dakwah harus benar-benar dapat berperan dalam usaha kesuksesan dakwah, dan sudah seyogyanya apabila media dakwah dapat disesuaikan dengan kondisi mad`u yang dalam hal ini masyarakat yang sudah mengalami peradaban yang tinggi. Ada beberapa media dakwah yang lain yang dapat digunakan oleh para aktivis dakwah (da`i) guna menunjang aktifitasnya :

a. Lisan, di mana yang termasuk bentuk ini adalah khutbah, pidato, ceramah, kuliah, diskusi, seminar, musyawarah, Nasihat, ramah tamah, obrolan secara bebas, dan apapun yang dilakukan dengan lidah atau suara.

b. Tulisan, di mana dakwah yang dilakukan di sini dengan perantaraan tulisan, seperti: Majalah, surat kabar, buletin, risalah, pamflet, spanduk, dsb. Da`i yang spesial ini menguasai jurnalistik, yakni keterampilan mengarang dan menulis.

c. Lukisan, di mana dalam media ini adalah gambar-gambar hasil seni lukis, photo, film cerita, dsb. Bentuk seni lukis ini banyak menarik perhatian orang dan banyak dipakai untuk menggambarkan suatu maksud ajaran yang disampaikan kepada orang lain, termasuk komik-komik bergambar yang sangat digemari anak-anak.

46

Hamzah Ya`kub, Publisistik Islam, Tehnik Dakwah dan Leadership (Bandung : CV. Diponogoro, 1992) Cet. ke-4, h.46.


(53)

d. Audio visual, di mana di sini dengan menggunakan suatu cara penyampaian yang sekaligus merangsang penglihatan dan pendengaran. Bentuk ini dilaksanakan dalam televisi, sandiwara, ketoprak, wayang, dll.

e. Akhlak, dan ini merupakan suatu penyampaian langsung yang ditujukan dalam perbuatan nyata.47

47

Hamzah Ya`kub, Publisistik Islam, Tehnik Dakwah dan Leadership (Bandung : CV. Diponogoro, 1992) Cet. ke-4, h.47-48.


(54)

44

A. Gambaran Umum Media Nusantara Citra Televisi (MNCTV) 1. Sejarah Berdirinya Media Nusantara Citra Televisi (MNCTV)

Pada tanggal 23 Januari 1991 TPI lahir dengan sebuah idealisme besar, yakni memberikan pemerataan pendidikan diseluruh Tanah Air. Untuk itu, pada awalnya TPI. Menyajikan tayangan pendidikan formal dengan menjamin kerja sama dengan TVRI/Deppen dan Pustekom atau Debdikbud. Dengan paket pendidikan formal yang ditayangkan dua kali sehari, yakni setiap pagi dan siang, TPI berharap dapat membantu memeratakan program pendidikan sekolah di bagai wilayah Tanah Air, sampai pelosok-pelosok terpencil yang selama ini belum terjangkau pendidikan formal.1

Pada tahun 1997 adanya perubahan peraturan pemerintah, yang memberikan izin bagi kehadiran TV Swasta lain, seperti RCTI, SCTV, Indosiar dan lain sebagainya. Keadaan ini sejalan dengan biaya operasional yang semakin meningkat, menjadi beban bagi TPI jika tetap membawa misi pendidikan yang sama sekali tidak mengandalkan subsidi dari pemerintah. Untuk dapat tetap bertahan, para profesional pun direkrut untuk menangani manajemen TPI. Sejalan dengan itu, diputuskan bahwa TPI tak lagi merupakan TV pendidikan, melainkan televisi keluarga, yang bersifat komersial sebagaimana TV swasta lainnya. Bersamaan dengan itu

1


(55)

TPI juga merangkul mitra strategis, yakni Indosat dan Channel 7. Dan pada waktu yang besamaan, TPI menghentikan kerjasama dengan TVRI. Sejak saat itu, secara bertahap TPI membangun sampai dengan saat ini, jumlahnya dicapai 15 transmisi diberbagai wilayah. Perkembangan TPI mulai dirasakan berbagai pihak, namun tak sebesar yang direncanakan. Hal ini disebabkan adanya krisis moneter yang menimpa negeri ini. Disamping itu, dengan dipertahankannya logo lama, membuat pemirsa masih tetap mengidentikkan TPI dengan misi pendidikan, yang membuat ruang gerak TPI menjadi terbatas.2

Pada tanggal 23 januari 2002, TPI telah memmasuki usia yang ke 11, inilah momentum yang tepat untuk memulai sebuah proses perubahan, yaitu TPI sebelas tahun wajah baru dan semangat baru. Di tengah era kompetisi stasiun televisi yang semakin ketat, management TPI memandang perlu untuk melakukan berbagai langkah yang strategis. Hal ini dilakukan agar pemirsa TPI itu sendiri. Dengan kata lain, TPI mempertegas Positioning dalam dunia broadcast, yakni mempertahankan segmen pemirsa dari kelas ekonomi sosial BCD, bersamaan dengan itu juga mencoba memperluas segmen pemirsa dari kelas ekonomi sosial AB. Tentunya dengan kejelasan ini, TPI dapat melancarkan startegi marketing

yang terarah. Dari segi tampilan layar dan program secara keseluruhan, TPI berusaha menawarkan konsep “One Stop Entertaining”, yang dapat

membuat pemirsa bertahan pada channel TPI, tanpa harus berpindah kesaluran lain, karena semua yang ditawarkan TPI dari jam ke-jam,

2


(56)

menarik untuk disimak. Program yang ditawarkan adalah hiburan yang bernilai tambah, dengan kemasan baru yang lebih luas.3

Adapun nama “TPI” dipertahankan untuk tetap menjaga “brand Image” yangs selama ini telah tertanam dikepala pemirsa. Tanpa harus mengidentikan “P” dengan pendidikan. Perubahan lain juga menyangkut

sistem manajement internal guna meningkatkan kinerja, kreatifitas dan kemampuan profesional karyawan sehingga TPI dapat memberikan service

atau pelayanan yang lebih baik kepada para mitra usaha, termasuk kepada para pemasang iklan dan terutama juga tentunya kepada para pemirsa. Dari segi teknologi siaran, TPI saat ini didukukung oleh 15 transmisi, yaitu: Jakarta, Bandung, Garut, Cirebon, Semarang, Surabaya, Madiun, Banda Aceh, Medan, Batam, Makassar, Palu, Yogyakarta, Denpasar, dan Lampung. Dan dalam waktu yang dekat akan menambah transmisi di daerah-daerah lain. TPI berupaya menajdi televisi yang paling berkembang di Indonesia, atau TV yang paling mengerti selera dan memenuhi minat masyarakat Indonesia. Proporsi perbandingan tayangan lokal dan manca negara pada saat ini masih dipertahankan sebanyak 65-35%. Utnuk kemudian secara bertahap ditingkatkan menjadi 70-30% sesuai dengan undang-undang. Pada kesempatan ini pula, TPI akan memperkuat komitmen untuk mengedepankan produk lokal, karena sejak awal berdiri, TPI dikenal karena keunggulan lokalnya yang unik, memiliki kedekatan dengan budaya lokal serta bersentuhan langsung dengan kebutuhan dan selera sebagai masyarakat Indonesia.

3


(57)

TPI mempunyai landasan dan falsafah landasan yang dianut TPI adalah mengembangkan dan memanfaatkan sumber dan kemajuan teknologi untuk memperluas dan meningkatkan pelayanan pendidikan. Tujuan penyiaran TPI itu sendiri adalah mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Esa, memiliki budi pekerti yang luhur dan memiliki keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani , kepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. TPI diselenggarakan sebagai salah satu bentuk peran serta masyarakat, yang didorong oleh semangat untuk memacu kreatifitas dan usahanya memajukan dan meningkatkan kemajuan Bangsa ini dengan membangkitkan pesawat televisi kepada sekolah-sekolah diberbagai daerah mencangkup 27 propinsi.4

TPI mempunyai Motto yang diemban. Televisi Pendidikan Indonesia mengandung makna tersendiri, yaitu melalui TPI di samping

untuk turut “Mencerdaskan Kehidupan Bangsa” juga TPI merupakan katagori sarana hiburan yang tepat dan aman bagi keluarga.5

Pada tanggal 26 Desember 1990, awal mengudaranya Televisi Pendidikan Indonesia dengan siaran percobaan. Kemudian pada tanggal 23 Januari 1991 TPI mengudara secara resmi dengan pola 4jam dalam sehari, tepatnya (pukul 06.00-10.00 WIB) dan pada tanggal 23 Januari 1991 itu dijadikan hari yang secara resmi ditetapkan sebagai hari lahirnya Televisi Pendidikan Indonesia. Kemudian pembenahan dilakukan tahap demi tahap dan pada waktu yang lebih singkat, pada tanggal 8 Juni 1991 jam

4

Company Profile PT. Cipta TPI Dokumentasi dari MNCTV. 2014

5


(58)

penayangan TPI ditambah menjadi 6,5 jam yaitu pada pukul 5.30 s/d 13.30 WIB dan sore pukul 16.00-21.00 WIB, bukan hanya itu sektor-sektor yang lain pun semakin ditingkatkan dan pembenahan-pembenahan terus dilakukan di sana-sini, dan penayangan pun semakin ditambah dan ini terbukti setelah beberapa kali dilakukan penyesuaian, kemudia TPI sendiri melakukan penambahan jam tayang, mulai pukul 05.30-13.30 dan sore sampai dengan pukul 23.30 Non stop.

TPI menyelenggarakan siaran Televisi Pendidikan Indonesia atas dasar perjanjian kerja sama antara yayasan televisi Republik Indonesia dengan PT. Cipta Televisi Pendidikan Indonesia, dan mengenai pelaksanaan Televisi Pendidikan Indonesia, penayangannya di mulai pada setiap harinya jam 5.30 s/d 13.30 WIB. Dengan menggunakan channel

VHF. Siaran dilaksanakan secara nasional dan penyelenggaraan jaringan siaran (net work) TPI berpusat di Jakarta yang mempunyai tujuan:

a) Siaran televisi berfungsi untuk memperkuat ikatan kesatuan bangsa. b) Menyatukan pola pikiran seluruh bangsa Indonesia kepada tujuan

nasional.

Kemudian pada tahun 1994, jam siar TPI untuk penayangan siarannya ditetapkan 18 jam sehari, termasuk pada hari libur di luar hari Minggu dan sebagai suatu jaringan televisi nasional TPI pun mampu mencapai 118 juta pemirsa yang secara potensial memperoleh rating

terbesar hampir 70% penduduk Indonesia, yang terbesar seluas 12.500.000 km2.6

Namun, pada tanggal 21 Oktober 2010 ini menjadi sejarah bagi TPI (Televisi Pendidikan Indonesia) karena telah berganti nama jadi MNCTV,

6


(59)

tentunya hal ini menjadikan TPI tak terbatas lingkup akan memiliki arti luas tak didefinisikan lagi sebatas TV pendidikan namun akan beragam dan lebih umum seperti televisi lainnya, berganti nama dan berganti logo tentunya seperti yang diberitakan di dunia maya berikut ini.

PT Cipta Televisi (TPI) akan menggunakan logo baru bertuliskan MNCTV mulai 21 Oktober 2010. Pihak PT Media Nusantara Citra Televisi Tbk (MNC) milik Hary Tanoesoedibjo tetap akan melaksanakan pergantian logo tersebut.

MNCTV mulai mengudara sejak tanggal 20 Oktober 2010 dengan tag-line atau slogan 'Selalu di Hati'. Logo dan merek perseroan MNCTV ini diharapkan dapat memperluas pangsa pasar dan pemirsa dari stasiun ini. Bersamaan dengan kehadiran MNCTV, publik dapat menyaksikan peningkatan kualitas dan keragaman tayangan, sebagai hasil dari komitmen untuk memperbaiki kerja dan budaya perseroan.

MNCTV pada awalnya menggunakan nama TPI, di mana TPI sendiri didirikan pada tahun 1990 di Jakarta, sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa penyiaran televisi di Indonesia. TPI merupakan perusahaan swasta ketiga yang mendapatkan izin penyiaran televisi pada tanggal 1 Agustus 1990, dan sebagai stasiun televisi pertama yang mendapat izin penyiaran secara nasional. TPI mulai beroperasi secara komersial sejak tanggal 23 Januari 1991. Dan pada bulan Juli 2006, Media Nusantara Citra (MNC) mengakuisisi 75% saham TPI. Sejak saat itu secara resmi TPI bergabung menjadi salah satu televisi yang dikelola MNC yang juga merupakan induk dari RCTI dan Global TV.7

7


(60)

MNCTV sejak awal juga telah membuktikan diri sebagai stasiun televisi yang paling jeli dalam menangkap selera dan kebutuhan masyarakat Indonesia, stasiun televisi yang benar-benar menampilkan citra Indonesia, mengedepankan tayangan-tayangan sopan dan bisa dinikmati seluruh keluarga. Program-program yang sangat Indonesia inilah yang mampu mengantarkan MNCTV sebagai stasiun televisi papan atas Indonesia. MNCTV sendiri senantiasa mengasah diri sebagai partner yang memberikan layanan terbaik bagi seluruh mitra usaha. Dengan dukungan SDM profesional, MNCTV siap menjadi televisi terdepan yang dapat diandalkan.

2. MNCTV INSIGHT8

MNCTV merupakan salah satu pelopor stasiun televisi swasta di Indonesia yang mulai mengudara dengan nama baru sejak 20 Oktober 2010 (sebelumnya TPI) dengan izin Menteri Penerangan No.127/E/RTF/K/VIII/1990, dan menjangkau 158 juta pemirsa di seluruh Indonesia. Berdasarkan riset Nielsen, di tengah persaingan industri pertelevisian yang semakin ketat, MNCTV berhasil mencapai posisi 1 dengan 16,6% audience share pada April 2005.

3. VISI, MISI, SLOGAN

Visi : Pilihan Utama Pemirsa Indonesia

Misi : Menyajikan Tayangan Bercita Rasa Indonesia yang Menghibur dan Inspiratif

Slogan : Selalu di Hati

8


(1)

(2)

(3)

(4)

DOKUMENTASI WAWANCARA (INTERVIEW)


(5)

(6)