Tujuan Dakwah Unsur- unsur Dakwah

dalam proses dakwah. Oleh karena itu dibawah ini akan dijelaskan tujuan dakwah itu sendiri. M. Natsir menulis dakwah dan tujuannya pada Serial Tujuan Dakwah. Dalam brosur tersebut, beliau memberikan beberapa ulasan tentang dakwah, terutama tujuannya. Menurut M. Natsir tujuannya adalah: a. Memanggil kita kepada syari`at, untuk memecahkan persoalan hidup perorangan dan dan persoalan berumah tangga, berjama`ah- bermasyarakat, berbangsa-bersuku bangsa, bernegara dan berantar negara. b. Memanggil kita kepada fungsi hidup sebagai hamba Allah di atas dunia yang terbentang luas ini, berisikan berbagai jenis manusia, bermacam pola pendirian dan kepercayaannya, yakni pungsi sebagai syuhadâ `ala an-nâs menjadi pelopor dan pengawas bagi umat manusia. c. Memanggil kita kepada tujuan hidup yang hakiki, yakni menyembah Allah. Demikianlah, kita hidup mempunyai fungsi dan tujuan yang tertentu. 41 Adapun tujuan dakwah menurut Asmuni Syukir sebagai berikut : a. Mengajak manusia yang sudah memeluk agama untuk selalu meningkatkan taqwanya kepada Allah SWT. b. Membina mental orang Islam yang masih Muallaf. 41 Thohir Luth, M. Natsir, Dakwah dan Pemikirannya Jakarta : Gema Insani, 1999, Cet. ke-1, h.70. c. Mengajak umat manusia yang belum beriman, agar beriman kepada Allah memeluk agama Islam. d. Mendidik anak-anak agar tidak menyimpang dari fitrahnya.

3. Subjek Dakwah

Subjek dakwah bias dikaji dalam sudut pandang Islam yaitu: seorang atau sekelompok orang yang berorganisasi. Manusia diciptakan Allah dalam bentuk tubuh yang indah dan unik, mempunyai tugas memakmurkan bumi yang telah diciptakan-Nya, untuk bekal hidup manusia dalam mencapai kesejahteraan hidup di dunia dan akhirat. Manusia diciptakan Allah sebagai kholifah penggantiwakil dan harus mengabdi kepada-Nya dengan penuh keikhlasan. Diri manusia terdiri dari fisik dan non fisik, keduanya memerlukan pemeliharaan, peranan dan pungsi untuk menyempurnakan hidup agar mencapai keseimbangan hidup di dunia maupun di akhirat. Mengapa demikian? Karena manusia dituntut menjadi hamba Allah yang sholeh dan harus mempertanggung jawabkan kehidupannya di akhirat nanti. Selain itu, banyak lagi konsep-konsep yang berkenaan dengan subjek dakwah yang terdapat di dalam al-Quran dan hadis yang menyangkut budaya atau akal pikiran, sikap dan prilaku manusia serta pernyataan-pernyataan verbal atau non verbal. Pada setiap unsur manusia yang menjadi Subjek dakwah terdapat permasalahan- permasalahan yang memerlukan pemecahan. Misalnya, mengapa terjadi pebedaan antara pernyataan yang disampaikan kepada obyek dakwah dengan prilaku subjek dakwah itu. Mengapa tingkat kesejahteraan ekonomi seseorang da`i berada di bawah garis kemiskinan? adakah pengaruh aqidah yang dimiliki da`i terhadap status sosial yang dimilikinya?. Adakah pengaruh aqidah, sikap, prilaku seorang da`i terhadap objeknya?. Masalah-masalah yang mungkin terdapat pada subjek dakwah, adalah pada persepsi karakter, sikap, perilaku, dan hasil dari perilakunya dan mungkin pula terdapat pada sistem organiknya. 42

4. Objek Dakwah

Objek dakwah adalah manusia, baik seorang atau lebih masyarakat. Pemahaman mengenai masyarakat itu bisa beragam, tergantung dari sudut mana memandang. Dipandang dari bidang Sosiologi, bahwa masyarakat itu mempunyai struktur dan mengalami perubahan- perubahan. Di dalam masyarakat terjadi interaksi antara satu orang dengan orang lain, antara satu kelompok dengan kelompk lain, antara individu dengan kelompok. Di dalam masyarakat terdapat kelompok-kelompok, lapisan-lapisan, lembaga-lembaga, nilai-nilai, norma-norma, kekuasaan, proses perubahan. Itulah pandangan Sosiologi terhadap masyarakat. Dan pandangan Psikologi lain lagi, demikian pula pandangan dari bidang Antropologi, Sejarah, Ekonomi, Agama, dsb. Penelitian objek dakwah adalah berangkat dari permasalahan yang terdapat dalam masyarakat itu, baik masyarakat yang telah memperoleh dakwah Islamiyah maupun masyarakat yang belum memperoleh dakwah Islamiyah itu sendiri. Misalnya; mengapa mengapa umat Islam miskin 42 Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah Jakarta : Logos, 1997, Cet. ke- 1, h.33-34.