Peran Pemerintah Dalam Perlindungan Konsumen

BAB IV UPAYA PEMERINTAH DALAM MELINDUNGI KONSUMEN YANG MENANGANI MALASAH SENGKETA TERHADAP PEMBELIAN PRODUK ELEKTRONIK BERLABEL SNI

A. Peran Pemerintah Dalam Perlindungan Konsumen

Pemakaian teknologi yang semakin maju sebagaimana disebutkan sebelumnya dan supaya tujuan standardisasi dan sertifikasi tercapai semaksimal mungkin, maka pemerintah perlu aktif dalam membuat, menyesuaikan, dan mengawasi pelaksanaan peraturan yang berlaku. 128 Upaya pemerintah untuk melindungi konsumen dari produk yang merugikan dapat dilaksanakan dengan cara mengatur, mengawasi, serta mengendalikan produksi, distribusi, dan peredaran produk sehingga konsumen tidak dirugikan, baik kesehatannya maupun keuangannya. Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dan kebijakan yang akan dilaksanakan, maka langkah-langkah yang dapat ditempuh pemerintah adalah: Sesuai dengan prinsip pembangunan yang antara lain menyatakan bahwa pembangunan dilaksanakan bersama oleh masyarakat dengan pemerintah dan karena itu menjadi tanggung jawab bersama pula, maka melalui pengaturan dan pengendalian oleh pemerintah, tujuan pembangunan nasional dapat dicapai dengan baik. 129 128 Janus Sidabalok, Op. Cit, hal. 23. 129 Ibid, hal. 24. Universitas Sumatera Utara 1. Registrasi dan penilaian; yakni tindakan yang dilakukan terhadap suatu produk untuk menilai standar mutu yang sesuai dengan peraturan pemerintah. 2. Pengawasan produksi; yakni upaya yang dilakukan untuk mengamati tahapan produksi mengenai kelengkapannya dan sesuai dengan SNI. 3. Pengawasan distribusi; pemerintah mengawasi distribusi produk yang telah memiliki sertifikasi sehingga aman untuk dikonsumsi. 4. Pembinaan dan pengembangan usaha; yakni upaya pemerintah dalam memberikan wacana terhadap para pelaku usahaprodusen dalam mengembangkan usaha sehingga konsumen lebih bebas memilih produk yang bervariasi sesuai dengan haknya yang terdapat dalam UUPK. 5. Peningkatan dan pengembangan prasarana dan tenaga; yakni upaya yang dilakukan untuk memperlancar proses pendistribusian produk sampai ke tangan konsumen. Dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 29 ayat 1 dinyatakan bahwa “Pemerintah bertanggung jawab atas pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen yang menjamin diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha serta dilaksanakannya kewajiban konsumen dan pelaku usaha”. 130 130 Republik Indonesia, Undang-undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Bab VII, Pasal 29. Begitu juga seperti yang dijelaskan pada Penjelasan Umum Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen, disebutkan bahwa pembinaan perlindungan konsumen yang diselenggarakan oleh pemerintah adalah sebagai Universitas Sumatera Utara upaya untuk menjamin diperolehnya hak konsumen dan pelaku usaha serta dilakukannya kewajiban masing-masing sesuai dengan asas keadilan dan asas keseimbangan kepentingan. Tugas pembinaan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen dilakukan oleh menteri atau menteri teknis terkait. Menteri ini melakukan koordinasi atas penyelenggaraan perlindungan konsumen. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen Pasal 6, disebutkan bahwa dalam upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia serta meningkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan di bidang perlindungan konsumen, menteri melakukan koordinasi penyelenggaraan perlindungan konsumen dengan menteri teknis sebagai berikut: 131 1. Meningkatkan kualitas aparat penyidik pegawai negeri sipil di bidang perlindungan konsumen. 2. Meningkatkan kualitas tenaga peneliti dan penguji barangjasa. 3. Melakukan pengembangan dan pemberdayaan lembaga pengujian mutu barang. 4. Melakukan penelitian dan pengembangan teknologi pengujian dan standar mutu barang danatau jasa serta penerapannya. Faktor utama yang menjadi kelemahan konsumen adalah tingkat kesadaran akan haknya masih rendah, terutama disebabkan oleh pendidikan yang rendah. Oleh karena itu, UUPK dimaksudkan menjadi landasan hukum yang kuat bagi pemerintah dan lembaga Perlindungan Konsumen Swadaya Masyarakat 131 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Perlindungan Konsumen, Bab II, Pasal 6. Universitas Sumatera Utara selanjutnya disingkat LPKSM untuk melakukan pemberdayaan konsumen melalui pembinaan dan pendidikan konsumen. Upaya pemberdayaan penting, karena tidak mudah mengharapkan kesadaran pelaku usaha yang berupaya mendapat keuntungan yang semaksimal mungkin dengan modal seminimal mungkin sesuai prinsip ekonomi. Prinsip ini sangat potensial merugikan kepentingan konsumen, baik secara langsung maupun tidak langsung. 132 Berdasarkan Penjelasan Umum UUPK tersebut di atas, maka adanya tanggung jawab pemerintah atas pembinaan penyelenggaraan perlindungan konsumen tidak lain dimaksudkan untuk memberdayakan konsumen memperoleh haknya. Pemberdayaan konsumen tersebut sesuai asas keadilan dan keseimbangan, tidak boleh merugikan kepentingan pelaku usaha. Hal ini dinyatakan juga dalam Penjelasan Umum UUPK bahwa, piranti hukum yang melindungi konsumen tidak dimaksudkan untuk mematikan usaha para pelaku usaha, tetapi sebaliknya melalui perlindungan konsumen tersebut dapat mendorong iklim berusaha yang sehat, dan lahirnya perusahaan yang tangguh dalam menghadapi persaingan melalui penyediaan barang danatau jasa yang berkualitas. 133 Ketentuan Pasal 30 UUPK menjanjikan upaya perlindungan konsumen melalui pemberdayaan setiap unsur yang ada yaitu masyarakat dan LPKSM disamping pemerintah sendiri melalui menteri danatau menteri teknis yang terkait. Apabila diperhatikan substansi pada Pasal 30 UUPK tersebut juga tampak bahwa pengawasan lebih banyak menitikberatkan pada peran masyarakat dan 132 Ahmadi Miru Sutarman Yodo, Op. Cit, hal. 181. 133 Ibid, hal. 184. Universitas Sumatera Utara LPKSM, dibandingkan dengan peran pemerintah yang pelaksanaannya dilakukan oleh menteri danatau menteri teknis terkait. Seperti yang terdapat dalam pasal tersebut, pemerintah diserahi tugas melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan perlindungan konsumen serta penerapan ketentuan peraturan perundang-undangannya. Sementara pengawasan oleh masyarakat dan LPKSM, selain tugas pemerintah di atas, juga diserahi tugas pengawasan terhadap barang danatau jasa yang beredar di pasar. Ayat 4 dari pasal tersebut juga menentukan bahwa, apabila pengawasan oleh masyarakat dan LPKSM ternyata mendapatkan hal-hal yang menyimpang dari peraturan perundang-undangan yang berlaku dan membahayakan konsumen, menteri danatau menteri teknis mengambil tindakan yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ini berarti, untuk mengetahui ada atau tidaknya suatu barang danatau jasa yang tidak memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan yang beredar di pasar, pemerintah sepenuhnya menyerahkan dan menanti laporan masyarakat danatau LPKSM untuk kemudian diambil tindakan. 134

B. Kendala-kendala Dalam Menerapkan Perlindungan Konsumen Terkait Pembelian Produk Berlabel SNI