Kalau dibandingkan dengan hak dan kewajiban penjual dalam jual beli menurut KUH Perdata sebagaimana diatur di dalam Pasal 1474 dan seterusnya,
tampak bahwa ketentuan KUH Perdata itu lebih sempit daripada ketentuan UUPK ini. Hal ini dikarenakan bahwa UUPK memandang produsenpelaku usaha lebih
dari sekedar penjual. Mereka juga mempunyai kewajiban dalam menciptakan iklim berusaha yang sehat yang pada akhirnya ikut bertanggung jawab dalam
pembangunan ekonomi secara umum. Sebagai kewajiban hukum, maka produsen harus memenuhinya dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab. Jika produsen
bersalah tetapi tidak memenuhi kewajibannya itu, maka produsen dapat dituntut secara hukum untuk mengganti segala kerugian yang timbul sehubungan dengan
tidak dipenuhinya kewajiban itu. Artinya, produsen harus bertanggung jawab secara hukum atas kesalahan atau kelalaiannya dalam menjalankan kewajibannya
itu.
110
B. Bentuk-bentuk Tanggung Jawab Produsen Pelaku Usaha
1. Pertanggungjawaban publik.
Produsen sebagai pelaku usaha mempunyai tugas dan kewajiban untuk ikut serta menciptakan dan menjaga iklim usaha yang sehat dan menunjang bagi
pembangunan perekonomian nasional secara keseluruhan. Karena itu, kepada produsen dibebankan tanggung jawab atas pelaksanaan tugas dan kewajiban itu,
110
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
yaitu melalui penerapan norma-norma hukum, kepatutan, dan menjunjung tinggi kebiasaan yang berlaku di kalangan dunia usaha.
111
Setiap pelanggaran yang dilakukan oleh produsen maka kepadanya dikenakan sanksi-sanksi hukum, baik sanksi administratif maupun sanksi pidana.
Pemberian sanksi ini penting mengingat bahwa menciptakan iklim berusaha yang sehat membutuhkan keseriusan dan ketegasan serta dapat juga berguna untuk
mengembalikan keadaan semula sehingga berfungsi sebagai alat rehabilitasi sekaligus sebagai alat preventif bagi pengusaha lainnya sehingga tidak terulang
perbuatan yang sama. Kewajiban pelaku usaha untuk senantiasa beritikad baik dalam melakukan
kegiatannya Pasal 7 angka 1 berarti bahwa pelaku usaha ikut bertanggung jawab untuk menciptakan iklim yang sehat dalam berusaha demi menunjang
pembangunan nasional. Jelas ini adalah tanggung jawab publik yang diemban oleh seorang pelaku usaha. Banyak ketentuan di dalam UUPK ini bermaksud
mengarahkan pelaku usaha untuk berperilaku sedemikian rupa dalam rangka menyukseskan pembangunan ekonomi nasional, khususnya di bidang usaha.
112
a. Kelalaian membayar ganti rugi kepada konsumen Pasal 19 ayat 2 dan
ayat 3; Bentuk pertanggungjawaban administratif yang dapat dituntut dari produsen
sebagai pelaku usaha diatur di dalam Pasal 60 UUPK, yaitu pembayaran ganti kerugian paling banyak Rp. 200.000.000,- dua ratus juta rupiah, terhadap
pelanggaran atas ketentuan tentang:
111
Ibid, hal. 93.
112
Ibid, hal. 94.
Universitas Sumatera Utara
b. Periklanan yang tidak memenuhi syarat Pasal 20;
c. Kelalaian dalam menyediakan suku cadang Pasal 25; dan
d. Kelalaian memenuhi garansijaminan yang dijanjikan.
Selanjutnya pertanggungjawaban pidana yang dibebankan kepada produsen, baik pelaku usaha yang bersangkutan maupun pengurusnya jika
produsen berbentuk badan usaha adalah: a.
Pidana penjara paling lama lima tahun atas pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 8; Pasal 9; Pasal 10; Pasal 13 ayat 2; Pasal 15; Pasal 17
ayat 1 huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf e, ayat 2; dan Pasal 18. b.
Pidana penjara paling lama dua tahun atau denda paling banyak Rp. 500.000.000,- lima ratus juta rupiah, terhadap pelanggaran atas ketentuan
Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13 ayat 1, Pasal 14, Pasal 16, dan Pasal 17 ayat 1 huruf d dan huruf f.
c. Terhadap sanksi pidana di atas dapat dikenakan hukuman tambahan
berupa tindakan: 1
Perampasan barang tertentu; 2
Pengumuman keputusan hakim; 3
Pembayaran ganti rugi; 4
Perintah penghentian kegiatan tertentu yang menyebabkan timbulnya kerugian konsumen;
5 Kewajiban menarik barang dari peredaran; atau
6 Pencabutan izin usaha.
113
113
Ibid, hal. 95.
Universitas Sumatera Utara
2. Pertanggungjawaban privat keperdataan.
Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Perlindungan Konsumen diatur mengenai pertanggungjawaban produsen, yang disebut dengan
pelaku usaha, pada Bab VI dengan judul Tanggung Jawab Pelaku Usaha, Pasal 19-28. Ketentuan pasal-pasal tersebut adalah sebagai berikut :
Pasal 19 1
Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas kerusakan, pencemaran, danatau kerugian konsumen akibat mengonsumsi barang
danatau jasa yang dihasilkan atau diperdagangkan. 2
Ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat berupa pengembalian uang atau penggantian barang danatau jasa yang sejenis
atau setara nilainya, atau perawatan kesehatan danatau pemberian santunan yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. 3
Pemberian ganti rugi dilaksanakan dalam tenggang waktu 7 tujuh hari setelah tanggal transaksi.
4 Pemberian ganti rugi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2
tidak menghapuskan kemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan.
5 Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2 tidak berlaku
apabila pelaku usaha dapat membuktikan bahwa kesalahan tersebut merupakan kesalahan konsumen.
Universitas Sumatera Utara
Dalam pasal 19 UUPK ini dimaksudkan bahwa jika konsumen menderita kerugian berupa terjadi kerusakan, pencemaran, atau kerugian finansial karena
mengonsumsi produk yang diperdagangkan, maka produsen sebagai pelaku usaha wajib memberi penggantian kerugian, baik dalam bentuk pengembalian uang,
penggantian barang, maupun pemberian santunan. Penggantian itu dilakukan dalam waktu paling lama 7 tujuh hari setelah tanggal transaksi.
114
Pasal 23 UUPK ini merupakan lanjutan dari Pasal 19 yang mengatakan bahwa kalau produsen menolak membayar ganti kerugian kepada konsumen,
produsen dapat diajukan ke BPSK ataupun ke pengadilan. Jadi, tampak bahwa Pasal 19 merupakan fasilitas jalan damai yang ditawarkan oleh undang-undang.
Kalau para pihak tidak memanfaatkannya, dapat dipilih badan peradilan yang akan menyelesaikannya.
Pasal 23 Pelaku usaha yang menolak danatau tidak memberi tanggapan danatau
tidak memenuhi ganti rugi atas tuntunan konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat 1, ayat 2, ayat 3, dan ayat 4, dapat digugat
melalui Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen atau mengajukan ke badan peradilan di tempat kedudukan konsumen.
115
114
Ibid, hal. 96.
115
Ibid, hal. 98.
Universitas Sumatera Utara
3. Tanggung jawab karena pelanggaran janji wanprestasi dalam hubungan
kontraktual : khususnya jual beli. Dalam setiap perjanjian, ada sejumlah janji term of condition yang harus
dipenuhi oleh para pihak. Janji itu merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pihak yang berjanji dan sekaligus merupakan hak bagi pihak lawan untuk
menuntut pemenuhannya. Apabila janji tidak dipenuhi, tentu akan menimbulkan kerugian di pihak lawan, yang akhirnya keadaan tidak terpenuhinya perjanjian
wanprestasi, breach of contract itu, menimbulkan hak bagi pihak lawan untuk menuntut penggantian kerugian.
116
4. Tanggung jawab atas dasar perbuatan melawan hukum tort law.
Menurut Pasal 1365 KUH Perdata, tiap-tiap perbuatan melawan hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena
salahnya menerbitkan kerugian itu, mengganti kerugian tersebut. Kemudian dalam Pasal 1367 KUH Perdata diatur mengenai pertanggungjawaban khusus
sehubungan dengan perbuatan melawan hukum, yaitu pertanggungjawaban atas barang disebutkan bahwa seseorang tidak saja bertanggung jawab untuk kerugian
yang disebabkan perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan
oleh barang-barang yang berada di bawah pengawasannya. Untuk dapat menuntut ganti kerugian berdasarkan perbuatan melawan hukum, maka unsur kesalahan ini
harus dapat dibuktikan. Kesalahan di sini umumnya diartikan secara luas, yang
116
Ibid, hal. 102.
Universitas Sumatera Utara
meliputi kesengajaan opzet dan kekuranghati-hatian atau kelalaian negligence. Ukuran yang dipergunakan adalah perbuatan dari seorang manusia dalam keadaan
normal.
117
Pengertian negligence adalah suatu perilaku yang tidak sesuai dengan standar kelakuan standard of conduct yang ditetapkan dalam undang-undang
demi perlindungan anggota masyarakat sebagai konsumen terhadap risiko yang tidak rasional, yakni adanya perbuatan kurang cermat, kurang hati-hati, yang
semestinya seorang penjual atau produsen mempunyai duty of care kewajiban memelihara kepentingan orang lain. Apabila dikaitkan dengan perbuatan
melawan hukum dalam konsep Pasal 1365 KUH Perdata, maka negligence ini merupakan salah satu bagian yang mempersoalkan kekuranghati-hatian atau
kelalaian. Dengan kata lain, masalah negligence ini adalah juga masalah perbuatan melawan hukum. Negligence ini banyak disebutkan dalam kaitannya
dengan tanggung jawab produk.
118
Unsur esensial dalam negligence ini adalah adanya duty of care yang dilanggar oleh produsen. Duty of care ini mensyaratkan bahwa produsen harus
berhati-hati dalam menjaga kepentingan orang lain, yaitu pemakai produk. Oleh karena itu, produsen atau penjual diharuskan waspada dalam memproduksi dan
memasarkan produknya. Kewaspadaan ini tidak hanya terhadap penjual, tetapi juga kepada seluruh masyarakat pemakai produknya yang bertujuan untuk
mengetahui adanya cacat pada produk yang dapat menyebabkan kerugian dan bahwa cacat tersebut telah ada pada saat penyerahan, serta bahwa cacat itu terjadi
117
Ibid, hal. 109.
118
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
oleh kekuranghati-hatian produsen. Oleh karena itu, diperlukan adanya pedoman produksi dan pemasaran yang ditetapkan oleh pemerintah, sehingga dapat
ditetapkan di manakah kesalahan atau kekuranghati-hatian itu berada, apakah pada konsepsi desain, pada proses produksi, atau pada pemberian
instruksipetunjuk pemakaian.
119
C. Tanggung Jawab Produsen Terhadap Konsumen Atas Pembelian Produk Elektronik Berlabel SNI.