32 sampel dimana kadar mineral pada SRO selada romaine organik lebih besar
daripada SRNO selada romaine non-organik. Hasil ini sesuai dengan beberapa penelitian yang telah dilakukan untuk mengetahui kandungan mineral pada sayur-
sayuran yang ditanam dengan sistem organik. Menurut Worthington 2001, rata-rata sayuran organik memiliki
kandungan vitamin dan mineral lebih tinggi dibandingkan dengan sayuran sejenis yang non-organik. Penurunan beberapa kandungan proksimat, vitamin, dan
mineral dengan penggunaan pupuk non-organik disebabkan pada penanaman non-organik nutrisi dari pupuk mudah hilang karena pencucian oleh air
hujan. Sementara nutrisi organik dalam pupuk organik dapat mengaktifkan banyak spesies organisme hidup yang melepaskan fitohormon dan
merangsang pertumbuhan tanaman dan kandungan nutrisinya Mofunanya, dkk., 2014. Bahan organik yang mati akan dihancurkan oleh organisme
hidup menjadi bahan organik yang halus dan dapat diserap oleh tanaman sehingga konsentrasi nutrient dalam tumbuhan tergantung juga pada
ketersediaan nutrient tersebut di dalam tanah Mengel dan Kirkby, 2001 dan Pracaya, 2002.
Kadar mineral yang didapat berbeda dari literatur. Hal ini secara umum dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yaitu keadaan iklim tempat
tumbuh seperti intensitas cahaya, temperatur, kelembaban udara, dan curah hujan serta keadaan fisik tanah serta metode analisisnya Hanum, 2009.
4.2.3 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi
Berdasarkan data kurva kalibrasi kalsium, kalium, magnesium, dan natrium diperoleh batas deteksi dan batas kuantitasi untuk keempat
mineral tersebut, dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Universitas Sumatera Utara
33
Tabel 4.3 Batas deteksi dan batas kuantitasi kalsium, kalium, magnesium dan
natrium No
Mineral Batas Deteksi µgmL
Batas KuantitasiµgmL 1
Kalsium 0,4102
1,3673 2
Kalium 0,2926
0,9754 3
Magnesium 0,3615
1,2049 4
Natrium 0,0385
0,1282 Dari hasil perhitungan diperoleh batas deteksi untuk pengukuran kalsium,
kalium, magnesium, dan natrium masing-masing sebesar 0,4102 µgmL; 0,2926 µgmL; 0,3615 µgmL; dan 0,0385 µgmL, sedangkan batas kuantitasinya sebesar
1,3673 µgmL; 0,9754 µgmL; 1,2049 µgmL; dan 0,1282 µgmL. Dari hasil perhitungan dapat dilihat bahwa semua hasil yang diperoleh
pada pengukuran sampel berada di atas batas deteksi dan batas kuantitasi. Ini artinya pengukuran terhadap mineral-mineral dalam sampel menghasilkan hasil
yang signifikan dan memenuhi kriteria cermat dan seksama Perhitungan batas deteksi dan batas kuantitasi dapat dilihat pada Lampiran 22 halaman 77-80.
4.2.4 Uji Perolehan Kembali Recovery
Hasil uji perolehan kembali recovery kadar kalsium, kalium, magnesium, dan natrium setelah penambahan masing-masing larutan baku kalsium, kalium,
magnesium, dan natrium dalam sampel dapat dilihat pada Tabel 4.4.
Tabel 4.4
Persen perolehan kembali recovery kadar kalsium, kalium, dan natrium
No Mineral
Recovery Syarat rentang persen recovery
1 Kalsium
97,48 80-120
2 Kalium
99,42 80-120
3 Magnesium
98,10 80-120
4 Natrium
102,54 80-120
Berdasarkan Tabel 4.4 di atas, dapat dilihat bahwa rata-rata hasil uji perolehan kembali recovery berturut-turut untuk kalsium 97,48, untuk kalium
99,42, untuk magnesium 98,10, dan untuk kandungan natrium 102,54.
Universitas Sumatera Utara
34 Persen perolehan kembali tersebut menunjukkan kecermatan kerja yang
memuaskan pada saat pemeriksaan kadar kalsium, kalium, magnesium, dan natrium dalam sampel. Hasil uji perolehan kembali ini memenuhi syarat akurasi
yang telah ditetapkan, jika rata-rata hasil perolehan kembali berada pada rentang 80-120 Miller, 2005. Hasil uji perolehan kembali kadar kalsium, kalium,
magnesium, dan natrium setelah penambahan masing-masing larutan baku dan contoh perhitungan dapat dilihat pada Lampiran 23-24 halaman 81-86.
4.2.5 Simpangan Baku Relatif