Sistem Pertanian Organik dan Non-Organik

6 tersusun bertumpang-tindih satu sama lain, tetapi tidak membentuk kepala Rubatzky dan Yamaguchi, 1998.

2.1.4 Kegunaan dan Komposisi

Menurut Rubatzky dan Yamaguchi 1998, sebagai komponen sayuran salad utama, selada romaine memiliki kandungan air yang tinggi, sementara kandungan karbohidrat dan proteinnya rendah. Namun, karena volume yang dikonsumsi tiap tahunnya tinggi, selada dikenal kontribusi gizinya sebagai sumber mineral, pro-vitamin A, vitamin C, dan serat. Selada tipe ini menghasilkan pro- vitamin A yang lebih banyak karena bagian daun hijaunya lebih besar ketimbang tipe lainnya.

2.2 Sistem Pertanian Organik dan Non-Organik

Pertanian yang mirip dengan kehidupan tumbuhan liar disebut pertanian organik karena kesuburan tanaman berasal dari bahan organik secara alamiah. Pengertian lain, pertanian organik adalah sistem pertanian dalam hal bercocok tanam yang tidak mempergunakan bahan kimia, tetapi menggunakan bahan organik. Bahan kimia tersebut dapat berupa pupuk, pestisida, hormon pertumbuhan, dan lain sebagainya Pracaya, 2002. Prinsip pertanian organik yaitu berteman akrab dengan lingkungan, tidak mencemarkan dan merusak lingkungan hidup. Cara yang ditempuh agar tujuan tersebut tercapai antara lain: 1 memupuk dengan kompos, pupuk kandang; 2 memupuk dengan pupuk hijau, seperti orok-orok, maupun batang, akar, dan daun kacang-kacangan, serta turi; 3 memupuk dengan limbah yang berasal dari kandang ternak, pemotong hewan, septic tank, Universitas Sumatera Utara 7 4 mempertahankan dan melestarikan habitat tanaman dengan pola tanam poilikultur Pracaya, 2002. Penggunaan bahan kimia terbesar untuk menyuburkan tanah dan memberantas hama serta penyakit. Dengan pertanian organik, kedua macam kegiatan tersebut dapat diatasi. Selain menggunakan pupuk kandang, tanaman yang termasuk famili Leguminosae, misalnya kacang-kacangan, mempunyai bintil akar yang dapat menambat nitrogen dari udara dan mengubahnya menjadi nitrogen yang dapat diserap oleh tanaman. Adapun pestisida yang digunakan untuk memberantas hama dan penyakit, dapat diganti dengan pestisida organik. Pestisida organik mudah dibuat, tidak mencemari udara, tidak berbahaya, tidak meracuni konsumen karena cepat terurai, dan tanamannya mudah diperoleh, serta dapat ditanam di kebun Pracaya, 2002. Pestisida organik terdiri dari pestisida botani pestisida nabati dan biopestisida. Pestisida botani berasal dari tumbuh-tumbuhan yang mana tumbuhan tersebut mengandung metabolit sekunder yang bersifat racun terhadap hama dan penyakit. Contoh tumbuhan yang merupakan pestisida botani antara lain bunga krisan yang mengandung zat piretrum dan piretrin, akar tuba yang mengandung rotenon, daun tembakau yang mengandung nikotin, serta daun mimba mengandung azadirachtin dan salanin. Semua tanaman tersebut bersifat insektisida Novizan, 2002. Biopestisida adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari makhluk hidup mikroorganisme. Pestisida ini terbagi atas bio-insektisida cendawan Bauveria sp. dan Metharriziu sp., biofungisida cendawan Trichoderma sp. dan Gliocladium sp., dan biobakterisida Corynebacterium sp. dan Pseudomonas flourecens Soenandar dan Tjachjono, 2013. Universitas Sumatera Utara 8 Sistem pertanian non-organik atau yang biasa disebut konvensional dalam pemeliharaannya menggunakan pupuk buatan pabrik, pestisida sintesis, perangsang tumbuh antibiotika, dan lain-lain yang meningkatkan produksi pangan. Dengan cara ini, produksi sangat meningkat, tetapi di sisi lain hadirnya produk-produk pabrik tersebut dapat mencemari lingkungan dan mengganggu kesehatan. Selain itu, sistem pertanian ini banyak tergantung pada bahan kimia yang harganya mahal. Ketergantungan ini dapat menyebabkan produksi merosot dan biaya produksi yang tinggi sehingga tidak sesuai dengan harga jual Pracaya, 2002. Menurut Pracaya 2002 dan Soenandar dan Tjachjono 2013, sistem pertanian organik mempunyai kelebihan dan kekurangan dibandingkan sistem pertanian non-organik. Kelebihan sistem pertanian organik, antara lain sebagai berikut: 1 tidak menggunakan pupuk maupun pestisida kimia sehingga tidak menimbulkan pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah, air, maupun udara, serta produknya tidak mengandung racun. 2 Tanaman organik mempunyai rasa yang lebih manis dibandingkan tanaman non-organik. 3 Produk tanaman organik lebih mahal. 4 Kandungan zat antioksidannya lebih banyak. 5 Kandungan vitamin C dan serat lebih banyak, khususnya pada sayuran dan buah. 6 seratus persen tidak mengandung residu yang beracun. Kekurangan sistem pertanian organik, antara lain sebagai berikut: 1 Kebutuhan tenaga kerja lebih banyak, terutama untuk pengendalian hama dan Universitas Sumatera Utara 9 penyakit. Apabila menggunakan pestisida alami, perlu dibuat sendiri karena pestisida ini belum ada di pasaran. 2 Frekuensi pemberian pestisida alami harus lebih sering karena pestisida alami cepat terurai. 3 Ukuran tanaman organik biasanya lebih kecil dibandingkan tanaman non- organik.

2.3 Mineral

Dokumen yang terkait

Penetapan Kadar Kalium, Kalsium, Natrium Dan Magnesium Pada Buah Sawo (Manilkarazapota L.) Secara Spektrofotometri Serapan Atom

13 100 111

Studi Kandungan Mineral Kalium, Natrium, Magnesium Pada Selada (Lactuca sativa L.) Hidroponik Dan Non-Hidroponik Secara Spektrofotometri Serapan Atom

1 37 120

Penetapan Kadar Kalium, Kalsium, Natrium dan Magnesium pada Selada Air (Nasturtium officinale R.Br.) Segar dan Direbus Secara Spektrofotometri Serapan Atom

9 69 118

Penetapan Kadar Mineral Kalsium, Kalium, Magnesium, dan Natrium Pada Selada Romaine (Lactuca sativa var. longifolia Lam.) Organik dan Non-Organik Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 1 17

Penetapan Kadar Mineral Kalsium, Kalium, Magnesium, dan Natrium Pada Selada Romaine (Lactuca sativa var. longifolia Lam.) Organik dan Non-Organik Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 2

Penetapan Kadar Mineral Kalsium, Kalium, Magnesium, dan Natrium Pada Selada Romaine (Lactuca sativa var. longifolia Lam.) Organik dan Non-Organik Secara Spektrofotometri Serapan Atom

1 2 4

Penetapan Kadar Mineral Kalsium, Kalium, Magnesium, dan Natrium Pada Selada Romaine (Lactuca sativa var. longifolia Lam.) Organik dan Non-Organik Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 1 14

Penetapan Kadar Mineral Kalsium, Kalium, Magnesium, dan Natrium Pada Selada Romaine (Lactuca sativa var. longifolia Lam.) Organik dan Non-Organik Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 2

Penetapan Kadar Mineral Kalsium, Kalium, Magnesium, dan Natrium Pada Selada Romaine (Lactuca sativa var. longifolia Lam.) Organik dan Non-Organik Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 0 55

Studi Kandungan Mineral Kalium, Natrium, Magnesium Pada Selada (Lactuca sativa L.) Hidroponik Dan Non-Hidroponik Secara Spektrofotometri Serapan Atom

0 1 61