BAB V ANALISIS DATA
5.1 Pengantar
Pada bab ini data-data yang telah didapatkan akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis deskriptif-kualitatif yang lebih mementingkan
ketetapan dan kecukupan data, dimana data yang disajikan berupa deskriptif tentang peristiwa dan pengalaman penting dari kehidupan atau beberpa bagian pokok dari
kehidupan seseorang dengan kata-katanya sendiri. Data-data yang didapatkan diperoleh peneliti dengan menggunakan teknik wawancara mendalam dengan
informan. Analisis data adalah upaya mengelolah data menjadi informasi, sehingga
karateristik data tersebut dapat dengan mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian. Untuk
melihat gambaran yang lebih jelas dan rinci, maka peneliti mencoba menguraikan hasil wawancara dengan informan tentang data-data tersebut.
Adapun informan yang peneliti wawancari adalah informan utama, informan kunci dan informan tambahan. Informan utama terdiri dari Pekerja Sosial Panti
Sosial Pamardi Putra Insyaf, informan kunci adalah terdiri dari 5 Responden yang sedang menjalani masa rehabilitasi di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf dan
informan tambahan adalah orang tua dari klien. Lokasi dari Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf ini terletak di Jl. Berdikari No.37 Desa Lau Bakeri Kecamatan
Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang.
5.2 Hasil Temuan
5.2.1 Informan kunci : Konselor Adiksi PSPP “Insyaf”
Nama : Indra
Jenis Kelamin : Pria Umur
: 27 tahun Alamat
: Perumahan Griya II Tanjung Anom Indra adalah seorang konselor di Panti Sosial Parmadi Putra Insyaf. Awalnya
beliau bertugas di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf saya mewawancarai beliau, beliau menjelaskan :
“Pada tahun 2013 saya salah satu penerima manfaat di PSPP “Insyaf”, kemudian karena salah satu pekerjan dalam merehabilitasi
korban penyalahgunaan narkoba NAPZA terdapat sebagai konselor adiksi, dimana konselor adiksi mempunyai pekerjaan sebagai
mendampingi klien dalam menangani masalah-masalahnya, saya diangkat menjadi salah satu konselor pada tahun 2014.”
Tugas yang dilakukan koselor saat pertama kali bertemu keluarga klien adalah menyelaraskan tujuan awal keluarga dalam merehabilitasi klien, memberikan
pengetahuan kepada keluarga klien sebagai modal bagi keluarga dalam menghadapi klien setelah selesai direhabilitasi, menciptakan nilai-nilai kekeluargaan antara
sesama keluarga yang mempunyai masalah pecandu narkoba dan memberi dukungan serta motivasi dalam proses pemulihan.
Sedangkan bagi klien yang sedang direhabilitasi para konselor menerapkan adanya peraturan untuk tidak boleh membahas tentang narkoba selama masa
rehabilitasi dan apabila tertangkap membicarakan narkoba, seperti rasa narkoba lebih enak dari bandar yaitu akan dikenakan sanksi. Menurut Indra :
“Diharapkan kebiasaan yang dibuat selama di Panti akan dilihat berlaku atau tidak saat pasien bertemu dengan keluarga.
Diharapkan juga kelurga tidak menaruh curiga berlebihan terhadap pecandu. Contoh : ibu yang takut anaknya berteman dengan salah
seorang kawannya yang merupakan penyedia narkoba bagi anaknya, jadi setiap pulang larut malam orang tua khawatir dan curiga berlebihan.”
Selaku konselor di PSPP “Insyaf”, banyak keluarga yang bercerita tentang masalah anak atau keluarganya yang menjadi korban penyalahguna narkoba. Beliau
menjelaskan : “Mereka bercerita sejarah anaknya sewaktu dirumah. Mereka
mencuri rice cooker, dispenser, menjual handpone orang tuanya, dan lain-lain untuk dijual dan uangnya dibelikan narkoba dan kebanyakan
keluarga yang datang bercerita kejadian yang sama.” Pada masa penyembuhan konselor akan memberikan banyak sekali ilmu kepada
keluarga guna mencegah relaps kambuh. Ilmu yang diberikan adalah seputar pencegah kekambuhan seperti pengetahuan adiksi mulai dari jenis-jenis narkoba
sampe efek yang ditimbulkan serta dampaknya, cara pencegahan relaps kambuh seperti tidak berkumpul dengan lingkungan narkoba kembali, proses pemulihan
seperti pola makan, pola tidur, dan lain-lain. Keterbukaan tentang ketergantungan, contohnya saat klien merasa dirinya sedang ingin mengkonsumsi narkoba setelah
selesai direhabilitasi, saat seperti ini keluarga harus membantu mengalihkan pikiran klien pada hal-hal lain selain narkoba.
Keterlibatan keluarga sangat diharapkan dan harus diusahakan semaksimal mungkin, baik saat sedang direhabilitasi maupun sudah
direhabilitasi. Di saat sedang dalam masa rehabilitasi keluarga harus aktif menanyakan sampai dimana perkembangan klien dan harus membekali diri
dengan ilmu-ilmu yang telah diberikan oleh pihak panti, agar saat klien telah
selesai menjalani masa rehabilitasi keluarga dapat menyikapi keadaan klien dan mendukung penyembuhan klien baik secara fisik, psikis, spiritual, dan
social ekonomi. Maka sekali lagi konselor sebagai penjembatani antara keluarga dengan panti
harus menjelaskan seberapa penting dukungan mereka kepada klien, melalui pertemuan keluarga tiap minggunya akan dibuat komitmen atau perjanjian untuk
tidak mengelurkan klien sebelum program selesai dilaksanakan. Selain itu juga diyakinkan bahwa semua yang dilakukan itu adalah untuk masa depan klien ke arah
yang lebih baik. Pertemuan keluarga dengan klien setelah menjalani masa rehabilitasi selama dua 2 bulan dimaksudkan untuk memberi pelajaran kepada keluarga agar
tidak terlena terhadap perubahan sesaat atau tidak diizinkan utnuk puas sesaat. Menurut Indra :
“Kita mengumpulkan keluarga bukan hanya untuk menonton video saja, tetapi juga untuk membekali keluarga dengan ilmu dan
pengetahuan sehingga keluarga kuat dan siap secara mental saat klien sudah keluar dari rehabilitasi.”
Dengan demikian kesembuhan yang dicapai oleh klien tidak hanya sebatas masa rehabilitasi saja, melainkan setelah klien keluar dari pusat rehabilitasi dan berkumpul
dengan keluarga serta dapat beraktifitas kembali.
5.2.2 Informan Utama I
a. Keluarga : Isteri klien
Nama : PC
Jenis Kelamin : Perempuan Umur
: 34 tahun Agama
: Kristen
Pekerjaan : Petani
Status : Menikah
PC adalah isteri klien JPS. Mereka memiliki seorang anak laki-laki dari pernikahan mereka. Saat berpacaran dengan JPS, PC mengaku sudah mengetahui
bahwa JPS adalah pecandu narkoba jenis shabu-shabu sejak JPS bekerja. Menurut PC:
“Saya menerima JPS apa adanya begitu juga keluarga saya dan mengenai JPS merupakan seorang pecandu itu tidak masalah bagi saya.
Namun saya tetap berniat untuk membantu JPS pulih dari ketergantungannya, hal itu saya lakukan untuk masa depan kami nanti.
Sebelum saya menikah dengan JPS, saya mengatakan kepadanya untuk berhenti mengkonsumsinya, bagi saya dapat merusak kualitas alat
vitalnya sehingga kami tidak mempunyai anak itu yang saya takutkan, apalagi untuk masa depan kami selanjutnya bagaimana kalau dia terus-
menerus mengkonsumsi?”
Setelah menikah, JPS mencoba untuk menghentikannya. Namun, tetap saja tidak bisa karena sudah ketergantungan. Dalam keluarga JPS merupakan anak laki-
laki yang bertanggung jawab, hal itu dibuktikan dari keseriusan JPS bekerja dan memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Namun keadaan tersebut tidak berlangsung
begitu lama, beberapa bulan setelah pernikahan mereka JPS mulai tidak bisa memberikan sebagian dari penghasilannya untuk menutupi kebutuhan hidup mereka
sehari-hari. Demi menanggulangi masalah tersebut, PC memutuskan untuk bekerja sebagai
petani dikampungnya. Keputusan ini membuat PC dan JPS semakin jarang bertemu dirumah karena kesibukan PC mengurus ladang sehingga hubungan mereka kian
memburuk. Setelah mereka memiliki seorang anak, kebutuhan sehari-hari rumah tangga mereka pun juga meningkat. PC mengaku selalu marah melihat JPS yang
terus-terusan menghamburkan uangnya untuk membeli narkoba, bahkan JPS sudah mulai berani mecuri uang tabungan PC yang diletaknya di lemari dan menjual
perabotan rumah tangga. Satu persatu tanpa disadari oleh PC hilang, mulai dari handpone, rice cooker, kipas angin dan lain-lain. Menurutnya adalah wajar apabila
sebuah rumah tangga mengalami sedikit masalah seperti pemasukan yang kurang memenuhi kebutuhan hidup atau sedikit perselisihan paham antara suami dan isteri.
Namun menurut PC narkoba adalah sumber masalah terbesar yang mereka hadapi yang tidak terselesaikan.
Semenjak banyak kehilangan dalam rumah, PC sangat tidak mempercayai JPS. Hubungan mereka pun menjadi tidak harmonis dengan komunikasi yang kian
memburuk. Tidak ada lagi saling percaya antara suami isteri, karena di tutupi oleh rasa curiga dan emosi yang tidak terkendali.
PC tidak tahan dengan tingkah laku suaminya yang kian hari semakin merajalela, PC mencari cara agar JPS dapat pulih dari ketergantungannya. PC pun
mendapat info dari keponakannya yang bekerja di salah satu rumah sakit medan, setelah dapat info dari keponakannya PC pun langsung memutuskan untuk
berkonsultasi terlebih dahulu kemudian mendaftarkan JPS ke Panti Rehabilitasi Sosial Pamardi Putra “Insyaf”.
Setelah mendaftarkan suaminya, PC merasa lebih lega karena suaminya akan segera menjalani proses rehabilitasi hingga pulih. Sesampainya di rumah PC terkejut
karena melihat JPS lagi mengkonsumsi shabu-shabu, PC dan JPS lagi-lagi megalami pertengkaran hebat. PC yang sudah tahan lagi dengan kelakuan suaminya
mengajukan permintaan agar JPS segera di rehabilitasi hingga sembuh dan kalau JPS menolak PC akan mengancam bercerai dari suaminya dengan membawa serta hak
asuh anak mereka. Ternyata, permintaan PC dituruti oleh JPS, karena tidak mau pernikahan mereka berkahir begitu saja.
Setelah PC dan JPS menyepakati bahwa JPS akan direhabilitasi, PC pun mengantarkan suaminya ke Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf. Sesampai di Panti, JPS
dibawa keruangan isolasi. PC menjelaskan: “Saat JPS dibawa, dia hanya pasrah dengan apa yang dia
perbuat. Saya sendiri ikut melihatnya sampai di ruang isolasi kemudian kaki dan tangan dirantai oleh konselor Panti. Saya sedih
melihatnya seperti itu, tetapi hal itu harus kami lakukan untuk masa depan keluarga kami juga.”
Selama JPS direhabilitasi PC lah yang menyiapkan segala kebutuhan JPS untuk masa rehabilitasi, PC juga selalu mengahdiri pertemuan keluarga yang
diadakan oleh pihak panti. Pada pertemuan keluarga tersebut, PC mengaku awalnya merasa takut menceritakan masalahnya kepada orang banyak. Namun, setelah
diberikan arahan oleh konselor, PC menjadi sangat terbuka karena merasa bahwa ada juga keluarga lain yang memiliki masalah yang sama sepertinya. Pada pertemuan
keluarga, PC dapat menceritakan apa yang dialaminya dan saling bertukar pikiran dengan keluarga lainnya. Hal ini menjadi motivasi tersendiri bagi PC untuk tetap
mendukung kesembuhan suaminya. Selain itu PC juga diberikan pengertian mengenai bagaimana menghadapi orang yang sedang dalam proses rehabilitasi dan bagaimana
cara mencegah kambuh. Menurut PC: “Saya belajar untuk lebih sabar dan percaya pada suami saya,
apalagi selama JPS menjalani rehabilitasi biasanya akan lebih sensitif. Saya juga lebih bersemangat untuk mendukung suami saya agar dapat
pulih. Selain itu saya juga berniat untuk memperbaiki hubungan rumah tangga kami yang mulai renggang selama ini.”
Setelah menjalani rehabilitasi selama 2 dua bulan, PC pun mengadakan kunjungan keluarga ke PSPP “Insyaf” untuk bertemu dengan suaminya. Saat bertemu
dengan JPS, PC mengaku sangat menjaga cara mereka berkomunikasi agar terhindar dari konflik. PC juga menjelaskan dengan tenang saat bertemu dengan JPS karena
keadaan JPS semakin membaik dan bisa merubah perlakuannya. Tanggapan positif yang diberikan oleh JPS kepada PC menunjukkan bahwa suaminya telah mengalami
perkembangan emosi, yaitu awalnya yang suka marah-marah menjadi lebih tenang. Selama mengadakan kunjungan JPS langsung memeluk anak dan isterinya, PC tidak
henti-hentinya mengucapkan syukur atas perubahan yang dialami JPS. Selain itu PC juga sangat senang atas kemajuan suaminya, PC tidak sungkan memuji suaminya di
depan keluarganya. Masa rehabilitasi JPS sudah memasuki bulan ke 2 dua yang berarti 4 empat
bulan lagi JPS sudah selesai melaksanakan proses rehabilitasinya di PSPP “Insyaf”. Saat PC bertemu dengan JPS pada kunjungan keluarga keduanya, PC mengaku telah
membuat beberapa kesepakatan dengan suaminya. Kesepakatan itu dibuat guna mempertahankan pemulihan yang telah dicapai oleh suaminya, seperti akan
melanjutkan program rehabilitasinya menjadi 9 Sembilan bulan. Atau jika JPS menyelesaikan hanya 6 enam bulan saja PC mempunyai kesepakatan jumlah uang
yang akan dipegang oleh JPS setiap hari, jam pulang kerja tepat waktu, ibadah gereja yang tidak boleh ditinggalkan serta kebiasaan-kebiasaan positif lain selama berada di
PSPP “Insyaf”. PC berharap setelah keluar nanti, JPS dapat mempertahankan sifat-sifat positif
yang telah ia pelajari dan pindah ke lingkungan yang baru. Selain itu PC juga mengharapkan agar JPS mampu membentengi dirinya dari bahaya relaps. Namun PC
sadar bahwa pemulihan JPS akan dapat bertahan apabila dia juga ikut mendukung baik secara emosional dan hubungan eksternal JPS di masyarkat luar nantinya.
b. Klien