Tahap Klinis HIVAIDS Riwayat Alamiah Penyakit HIVAIDS .1 Tahap Pragejala Sub-Klinis HIVAIDS

disebabkan berkurangnya limfokin yang dikeluarkan sel limfosit CD4 untuk memicu sel CD8. Seseorang akan tetap seropositif dan sehat untuk jangka waktu yang lama. Pertanda progresivitas dari penyakit ini ditunjukkan dengan cepatnya penurunan jumlah sel limfosit CD4. Sel limfosit CD8 juga bisa ikut berkurang. Infeksi progresif HIV akhirnya akan menyebabkan penurunan imunitas yang progresif Dwi, 2007.

2.3.2 Tahap Klinis HIVAIDS

Menurut Soedarto 2009, penderita yang terinfeksi HIV dapat dikelompokkan menjadi beberapa golongan, yaitu: 1. Infeksi HIV akut yaitu infeksi HIV memberikan keluhan dalam waktu 2 – 4 minggu setelah paparan virus. Keluhan yang timbul antara lain demam, keluar ruam merah pada kulit, arthralgia, nyeri otot, sakit kepala, nyeri telan, badan lesu, dan limfadenopati. Keluhan berat, seperti meningitis, aseptis, neuropati perifer, ensefalitis, dan myelitis, merupakan pertanda buruk untuk penyakit pada masa selanjutnya. Pada masa ini diagnosis jarang dapat ditegakkan. Hal ini disebabkan pertama, dokter belum mempertimbangkan adanya infeksi HIV. Kedua, keluhan menyerupai banyak penyakit lainnya. Ketiga, tes serologi standar untuk antibodi terhadap HIV masih memberikan hasil negatif windows period. Periode jendela window period adalah masa saat pemeriksaan tes serologi untuk antibodi HIV masih menunjukkan hasil negatif sementara virus sudah ada dalam darah penderita. Periode jendela menjadi hal yang penting untuk diperhatikan karena pada masa itu orang dengan HIV sudah mampu menularkan kepada orang lain. Universitas Sumatera Utara 2. Penderita asimtomatik yaitu tidak adanya gejala yang terjadi pada masa inkubasi yang berlangsung 7 bulan sampai 7 tahun lamanya. Pada anak-anak masa infeksi asimtomatik ini lebih pendek daripada orang dewasa. Beberapa bayi menjadi sakit dalam beberapa minggu pertama. Kebanyakan anak-anak menjadi sakit sebelum usia 2 tahun. Meskipun penderita tidak menunjukkan keluhan, pemeriksaan darah penderita akan menunjukkan seropositif. Hal ini sangat berbahaya dan berpotensi tinggi menularkan infeksi HIV pada orang lain. 3. Persisten Generalized Lymphadenopathy PGL Jaringan limfe berfungsi sebagai tempat penampungan HIV. Pembesaran limfonodi menetap, menyeluruh, simetri, dan tidak nyeri tekan. Menurut Dwi 2007, gejala-gejala yang berkaitan dengan HIVAIDS terdapat pada penderita dalam 4 sub- grup stadium yang disebut “full blown AIDS”, yaitu: 1. Gejala Konstitusi Kelompok ini sering disebut sebagai AIDS related complex. Penderita mengalami paling sedikit dua gejala klinis yang menetap selama 3 bulan atau lebih. Gejala tersebut berupa: a. Demam terus-menerus lebih dari 37 o C b. Kehilangan berat badan 10 atau lebih c. Radang kelenjar getah bening yang meliputi dua atau lebih kelenjar getah bening di luar daerah inguinal Universitas Sumatera Utara d. Diare yang tidak dapat dijelaskan sebabnya e. Berkeringat banyak pada malam hari yang terus-menerus 2. Gejala Neurologis Stadium ini memberikan gejala neurologi yang beraneka ragam seperti kelemahan otot, kesulitan berbicara, gangguan keseimbangan, disorientasi, halusinasi, mudah lupa, psikosis, dan radang otak yang menyebabkan koma. 3. Gejala infeksi Infeksi oportunistik merupakan kondisi daya tahan tubuh penderita sudah sangat lemah sehingga tidak ada kemampuan melawan infeksi bahkan terhadap patogen yang normal di dalam tubuh manusia. Infeksi yang paling sering ditemukan antara lain: a. Pneumocystic Carinii Pneumonia PCP Pada penderita AIDS, penyakit ini disebabkan oleh protozoa yang menyerang paru-paru dan menyebabkan terjadinya pneumonia. b. Tuberkulosis Infeksi Mycobacterium Tuberculosis pada penderita AIDS sering mengalami penyebaran luas sampai keluar dari paru-paru. Penyakit ini sangat resisten terhadap obat anti-TBC dan gambaran klinis TBC pada penderita AIDS tidak khas karena tubuh tidak mampu bereaksi dengan kuman. c. Toksoplasmosis Penyebab ensefalitis lokal pada penderita AIDS adalah reaktivasi Toxoplasma Gondii. Gejala dapat berupa sakit kepala dan panas sampai kejang dan koma. Universitas Sumatera Utara d. Infeksi Mukokutan Infeksi mukokutan ini terdiri dari herpes simpleks, herpes zoster, kandidiasis. Infeksi mukokutan timbul bisa satu jenis atau beberapa jenis secara bersama. Sifat kelainan mukokutan ini persisten dan respon terhadap pengobatan lambat sehingga sulit dalam melakukan penatalaksanaannya. 4. Gejala Tumor Tumor yang sering menyertai penderita AIDS adalah sarkoma Kaposi dan limfoma maligna non-Hodkin. Gambaran klinis sarkoma Kaposi adalah bercak merah coklat, ungu atau kebiruan pada kulit yang disertai rasa nyeri.yang akan meluas ke seluruh tubuh dan meluas ke selaput lendir mulut, faring, esofagus, dan paru-paru. Gambaran klinis limfoma maligna non-Hodkins adalah pembesaran massa limfa dan menyebar yang disertai dengan demam dan penurunan berat badan. Penderita yang terdapat dalam fase “Full Blown AIDS” akhirnya meninggal akibat komplikasi penyakit infeksi sekunder Soedarto, 2009. Universitas Sumatera Utara Infeksi primer Kematian 1200 10 7 1100 Infeksi oportunistik 1000 10 6 900 800 10 5 700 600 Gejala klinis 500 10 4 400 300 10 3 200 100 Periode Jendela 10 2 0 3 6 9 12 ≈ 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Minggu Tahun Gambar 2.1. Perjalanan Alamiah HIVAIDS Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara, 2010 Sindrom retroviral akut Penyebaran luas virus Pembenihan pada organ limfoid Secara klinis tidak menampakkan gejala periode laten asimtomatik Ju m lah CD 4+ L im fosit se l m m 3 V iral Load = B eb an vir u s = Ju m lah k op i H IV R N A pad a se tiap m L P lasm a Universitas Sumatera Utara 2.4 Epidemiologi HIVAIDS 2.4.1 Distribusi dan Frekuensi HIVAIDS