2.6.3 Pencegahan Tersier HIVAIDS
a. Pembatasan Ketidakmampuan Disability Limitation Upaya pembatasan ketidakmampuan pada pencegahan tersier HIVAIDS
adalah memberikan terapi dan pengobatan Anti-Retroviral Virus ARV bagi seseorang yang sudah dinyatakan positif HIV dan pengobatan pencegahan dan
penanggulangan infeksi opurtunistik Najmah, 2016. b. Rehabilitasi Rehabilitation
Upaya rehabilitasi pada pencegahan tersier HIVAIDS adalah memberikan dukungan secara psikologis melalui memberikan motivasi pada ODHA,
merangkul ODHA dengan tidak menimbulkan stigma dan tidak melakukan
tindakan diskriminasi Najmah, 2016. 2.7 Pengukuran Perilaku Tes HIV
Menurut Lawrence Green 1991 dalam Notoatmodjo 2010, Perilaku manusia terkait tes HIV dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yaitu faktor
predisposisi, faktor pemungkin, dan faktor penguat. 1. Faktor Predisposisi Predisposing Factors
Faktor predisposisi terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai, dan sebagainya. Perilaku seseorang atau masyarakat dalam
operasionalnya ditentukan oleh pengetahuan knowledge, sikap attitude, dan tindakan atau praktik practice.
a. Pengetahuan Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya
tindakan seseorang. Pengetahuan dalam penelitian ini adalah hal apa yang
Universitas Sumatera Utara
diketahui oleh orang terkait HIVAIDS sebelum melakukan tes HIV. Misalnya, sebelum seseorang melakukan tes HIV seseorang tersebut sebaiknya mengetahui
tentang HIVAIDS yaitu penyebab, cara penularan, cara pencegahan sehingga seseorang tersebut dapat menentukan tindakan yang akan dilakukannya yaitu
melakukan tes HIV atau tidak melakukan tes HIV. Pengetahuan terkait HIVAIDS dapat diukur dengan cara menanyakan
secara langsung wawancara, yaitu wawancara tertutup atau wawancara terbuka dengan menggunakan kuesioner, atau menanyakan secara tertulis angket, yaitu
angket tertutup atau angket terbuka. b. Sikap
Sikap adalah predisposisi untuk melakukan atau tidak melakukan suatu perilaku tertentu sehingga sikap merupakan proses kesadaran yang sifatnya
individual, artinya proses ini terjadi secara subjektif dan unik pada diri setiap individu. Sikap dalam penelitian ini adalah bagaimana pendapat atau penilaian
orang terkait HIVAIDS sebelum melakukan tes HIV. Sikap terkait HIVAIDS dapat diukur menggunakan metode wawancara
yaitu menggali pendapat atau penilaian responden melalui pernyataan-pernyataan terkait HIVAIDS dan menggunakan angket untuk menggali pendapat atau
penilaian responden melalui pernyataan-pernyataan terkait HIVAIDS dan jawaban-jawaban secara tertulis.
c. Tindakan Praktik Tindakan praktik adalah hal apa yang dilakukan oleh seseorang terkait
dengan pencegahan penyakit, cara peningkatan kesehatan, cara memperoleh
Universitas Sumatera Utara
pengobatan yang tepat, dan sebagainya. Tindakan praktik dalam penelitian ini adalah perilaku tes HIV.
Pengukuran perilaku tes HIV dapat dilakukan dengan dua metode yaitu mengukur perilaku tes HIV secara langsung berarti peneliti langsung mengamati
atau mengobservasi perilaku subjek yang diteliti dan secara tidak langsung yakni dengan cara mengingat kembali recall yaitu subjek penelitian diminta untuk
mengingat kembali recall terhadap perilaku atau tindakan beberapa waktu yang lalu, melalui orang ketiga atau orang lain yang dekat dengan subjek yang diteliti,
dan melalui indikator hasil perilaku subjek yang diamati. 2. Faktor Pemungkin Enabling Factors
Faktor pemungkin terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan. Ketersediaan fasilitas
juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku tes HIV. 3. Faktor Pendorong atau Penguat Reinforcing Factors
Faktor pendorong terwujud dalam sikap dan perilaku dukungan petugas kesehatan atau petugas lain yang merupakan kelompok referensi dari perilaku
masyarakat, khususnya dalam perilaku tes HIV.
2.8 Perilaku Tes HIV Orang yang Mendapatkan Layanan VCT