HIVAIDS yang cukup dengan perilaku tes HIV karena terdapat satu sel 25 yang nilai expected-nya kurang dari lima kemudian dari hasil uji
fisher’s exact test didapat tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat sikap terkait HIVAIDS
yang kurang dibandingkan dengan tingkat sikap terkait HIVAIDS yang cukup dengan perilaku tes HIV p0,05.
Uji chi-square tidak dapat dilanjutkan untuk melihat hubungan tingkat sikap terkait HIVAIDS yang kurang dibandingkan dengan tingkat sikap terkait
HIVAIDS yang baik dengan perilaku tes HIV karena terdapat satu sel 25 yang nilai expected-nya kurang dari lima kemudian dari hasil uji
fisher’s exact test didapat tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat sikap terkait HIVAIDS
yang kurang dibandingkan dengan tingkat sikap terkait HIVAIDS yang baik dengan perilaku tes HIV p0,05.
4.3.5 Hubungan Dukungan Petugas Kesehatan dengan Perilaku Tes HIV
Hubungan dukungan petugas kesehatan dengan perilaku tes HIV orang yang mendapatkan layanan VCT di Wilayah Kerja Puskesmas Rambung Binjai
Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 4.14.
Tabel 4.14 Tabulasi Silang Dukungan Petugas Kesehatan dengan Perilaku
Tes HIV Orang yang Mendapatkan Layanan VCT di Wilayah Kerja Puskesmas Rambung Binjai Tahun 2016
Dukungan Petugas
Kesehatan Perilaku Tes HIV
Jumlah p
RP 95 CI
Significance Melakukan
Tes HIV Tidak
Melakukan Tes HIV
f f
f
Kurang 5
22,7 17
77,3 22
100 0,002
0,180 0,057
– 0, 569
S Baik
31 62,0
19 38,0
50 100
NS = Non-Significance = uji
fisher’s exact test S = Significance
= uji chi-square
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan tabel 4.14 dapat diketahui bahwa pada dukungan petugas kesehatan yang kurang prevalens melakukan tes HIV adalah 22,7 dan pada
dukungan petugas kesehatan yang baik prevalens melakukan tes HIV adalah 62,0. Hasil analisis statistik dengan uji chi-square didapat ada hubungan yang
bermakna antara dukungan petugas kesehatan dengan perilaku tes HIV orang yang mendapatkan layanan VCT di Wilayah Kerja Puskesmas Rambung Binjai
Tahun 2016 p0,05. Perilaku tes HIV pada orang yang mendapat dukungan petugas kesehatan yang kurang dibandingkan dengan orang yang mendapat
dukungan petugas kesehatan yang baik memiliki Ratio Prevalence RP sebesar 0,180 dengan 95 CI 0,057
– 0,569.
Universitas Sumatera Utara
48 BAB 5
PEMBAHASAN 5.1 Analisis Deskriptif
5.1.1 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Faktor Risiko HIVAIDS
Gambar 5.1 Diagram Pie Proporsi Responden Berdasarkan Faktor Risiko HIVAIDS Orang yang Mendapatkan Layanan VCT di Wilayah
Kerja Puskesmas Rambung Binjai Tahun 2016
Berdasarkan gambar 5.1 dapat diketahui bahwa proporsi responden berdasarkan faktor risiko HIVAIDS orang yang mendapatkan layanan VCT di
Wilayah Kerja Puskesmas Rambung Binjai Tahun 2016 yang terbesar adalah faktor risiko penggunaan narkoba suntik secara bergantian yaitu 52 orang 72,2
dan yang terkecil adalah faktor risiko heteroseksual yaitu 20 orang 27,8. Pengguna jarum suntik melakukan suntikan di vena, subkutan,
intramuskular atau dimanapun disuntikkan sering kali dilakukan dengan cara bergantian, baik bergantian alat suntik maupun bergantian menyuntik, artinya satu
alat suntik dapat digunakan oleh banyak pengguna. Berkaitan dengan perilaku
72,2 27,8
Penggunaan Narkoba Suntik Secara Bergantian
Heteroseksual
Universitas Sumatera Utara
demikian, hampir dapat dipastikan bahwa terjadi penularan HIV dari satu ODHA ke banyak pengguna narkoba. Oleh karena itu, sekali terjadi penyebaran lewat
pengguna narkoba suntik akan sangat cepat penularan dalam masyarakat Dinas Kesehatan Sumatera Utara, 2010.
Hal ini sejalan dengan penelitian Heri, Antono, dan Zahro di Kota Semarang Tahun 2008 dengan desain cross-sectional menunjukkan 22,8
pengguna narkoba suntik bergantian melakukan konseling dan tes HIV. Hasil penelitian Rahmadani di Kota Makassar Tahun 2014 dengan desain
cross-sectional menunjukkan 24,8 pengguna narkoba suntik bergantian memanfaatkan VCT.
5.1.2 Distribusi Proporsi Responden Berdasarkan Pengetahuan Terkait HIVAIDS