Minyak sawit dengan pemanasan berulang

commit to user 12 dalam kolom. Dengan pembaharuan yang terus menerus bahan pelarut, memungkinkan berlangsungnya maserasi bertingkat Ansel, 1989. Menurut Balai Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat BPTO Tawangmangu, dari metode perkolasi akan dihasilkan ekstrak kental dari sejumlah simplisia kering daun kemangi. Bubuk daun Ocimum sanctum L. diekstrak dengan cara perkolasi pada suhu ruangan 70 ethyl alkohol. Ekstrak terkonsentrasi di bawah tekanan yang berkurang suhu 50°C dan pada akhirnya dikeringkan di dalam vacuum desiccator . Sisa dari Ocimum sanctum L. dilarutkan di dalam propylene glycol dengan konsentrasi 50 mgml dan digunakan pada percobaan.

2. Minyak sawit dengan pemanasan berulang

Minyak sawit biasanya digunakan oleh masyarakat untuk menggoreng bahan pangan Sutarmi dan Rozaline, 2005 dengan metode deep frying , yaitu bahan pangan yang digoreng terendam dalam minyak goreng panas Fennema, 1985. Dengan kata lain, jumlah minyak yang digunakan untuk menggoreng cukup banyak karena setiap bahan pangan terendam dalam minyak. Temperatur yang digunakan pada proses penggorengan biasanya sekitar 150°C dan setiap bahan pangan rata-rata memerlukan waktu 8 menit untuk matang pada suhu tersebut. Oleh karena metode deep frying ini akan menyisakan sejumlah minyak yang masih cukup banyak, biasanya minyak yang digunakan setelah menggoreng tidak dibuang, melainkan digunakan kembali untuk menggoreng sebagai usaha commit to user 13 penghematan atau menekan biaya produksi. Penggunaan minyak goreng secara berulang kali merupakan hal yang biasa di masyarakat Hariskal, 2009. Minyak sawit akan diganti setelah tiga kali atau lebih penggunaan Suharto, 1991. Padahal telah diketahui bahwa pada pemanasan yang relatif tinggi yaitu pada suhu 150-180°C, minyak dapat mengalami kerusakan khususnya asam lemak tak jenuh Fer, 2004. Dengan sistem menggoreng deep frying , yang umumnya digunakan masyarakat Indonesia, dan juga pemakaian berulang minyak goreng, akan mengubah asam lemak tidak jenuh menjadi asam lemak trans, yang dapat meningkatkan kolesterol LDL dan menurunkan kolesterol HDL Intan, 2010. Penelitian yang dilakukan oleh Sartika pada tahun 2009 menunjukkan bahwa asam lemak trans baru terbentuk setelah proses menggoreng dengan metode deep frying pada pengulangan ke-2, dan kadarnya meningkat sejalan dengan pengulangan penggunaan minyak. Selain itu diketahui bahwa minyak goreng yang digunakan berulang kali pada suhu tinggi akan mengalami proses oksidasi membentuk radikal bebas, senyawa toksin, dan senyawa peroksida yang berbahaya bagi kesehatan tubuh manusia Detak, 2009. Apabila minyak tersebut diberikan kepada hewan percobaan akan menyebabkan kehilangan berat badan, gangguan pertumbuhan, kerusakan hepar dan akumulasi peroksida dalam jaringan Fennema, 1985. commit to user 14

3. Stuktur histologis hepar