commit to user 14
3. Stuktur histologis hepar
Hepar adalah organ pencernaan dan kelenjar terbesar dalam tubuh dengan berat antara 1,2 - 1,8 kg atau kurang lebih 2,5 berat badan orang
dewasa Amirudin, 2007; Junqueira dan Carneiro, 2007. Hepar juga merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi yang sangat kompleks,
dimana fungsi hepar dalam sistem sirkulasi adalah untuk menampung, mengubah, menimbun metabolit, menetralisasi dan mengeluarkan
substansi toksik yang terbawa oleh aliran darah. Sebagian besar darah yang menuju ke hepar dipasok dari vena porta, dan sebagian kecil dipasok
dari arteri hepatika Amirudin, 2007; Junqueira dan Carneiro, 2007. Hati mempunyai peran yang dominan, seperti tempat utama untuk aktivitas
sintesis, katabolik, dan detoksifikasi dalam tubuh, menentukan ekspresi pigmen darah heme, serta berperan dalam reaksi imunologik Robbins
et al.
, 2004. Secara makroskopis, hepar tebagi atas beberapa lobus dan tiap
lobus hepar terbagi menjadi struktur yang dinamakan lobulus, yang merupakan unit mikroskopis dan fungsional organ. Secara mikroskopis, di
dalam hati manusia terdapat 50.000-100.000 lobuli. Setiap lobulus berbentuk heksagonal yang terdiri atas lembaran sel hepar berbentuk
kubus yang tersusun radial mengelilingi vena sentralis. Diantara lembaran sel hepar terdapat kapiler-kapiler yang disebut sinusoid, sinusoid
merupakan cabang vena porta dan arteri hepatika. Selain cabang-cabang vena porta dan arteri hepatika yang melingkari bagian perifer lobulus
commit to user 15
hepar, juga terdapat saluran empedu yang membentuk kapiler empedu, dinamakan kanalikuli empedu yang berjalan diantara lembaran sel hati
Amirudin, 2007; Price dan Wilson, 2006. a.
Lobulus hepar Lobulus hepar sebagai kesatuan histologis berbentuk prisma
poligonal, diameter 1-2 mm, penampang melintang tampak sebagai heksagonal dengan pusatnya vena sentralis dan di sudut-sudut luar
lobuli terdapat kanalis porta Leeson dkk., 1996. Lobulus-lobulus ini dipisahkan oleh jaringan pengikat dan pembuluh darah. Daerah ini
disebut trigonum portae yang berisi cabang arteri hepatika, cabang vena porta, cabang duktus biliferus, dan anyaman pembuluh limfe Junqueira
dan Carneiro, 2007. Pembagian lobulus hepar sebagai unit fungsional dibagi
menjadi. tiga zona: Zona 1
: zona aktif, sel-selnya paling dekat dengan pembuluh darah, akibatnya zona ini yang pertama kali dipengaruhi oleh
perubahan darah yang masuk, disebut juga
“ Zone of permanent function” .
Zona 2 : zona intermedia, sel-selnya memberi respon kedua terhadap
darah, disebut juga
“ Intermediate zone”
. Zona 3
: zona pasif, aktifitas sel-selnya rendah dan tampak aktif bila kebutuhan meningkat Leeson dkk., 1996.
commit to user 16
b. Parenkim hepar
Parenkim hepar terdiri atas sel-sel hepar hepatosit yang tersusun berderet secara radier dalam lobulus hepar Junqueira dan
Carneiro, 2007. Sel-sel hepar ini berbentuk polyhedral dengan ukuran yang berbeda-beda, nukleusnya lebar, bulat, berada di tengah,
mengandung satu atau lebih nuckleoli serta terdapat bercak-bercak kromatin. Pada sel hepar tikus dapat juga ditemui polipoid nukleus,
binukleus dan multinukleus. Sitoplasma sel hepar bervariasi dalam penampakan, tergantung dari nutrisi dan status fungsionalnya.
Bergman
et al.
, 1996. Lempeng-lempeng sel-sel hepar atau hepatosit ini secara radial
bermula dari tepian lobulus menuju ke vena sentralis sebagai pusatnya. Lembaran-lembaran ini bercabang-cabang dan beranastomose secara
bebas sehingga diantara lempeng-lempeng tersebut terdapat ruangan sinusoid. Permukaan sel hepar berkontak dengan dinding sinusoid
melalui celah Disse dan juga kontak dengan permukaan hepatosit lain Junqueira dan Carneiro, 2007; Lesson dkk., 1996.
c. Sinusoid hepar
Sinusoid hati merupakan suatu pembuluh yang melebar tidak teratur dan hanya terdiri dari satu lapisan sel-sel endotel yang tidak
kontinyu Jones, 1993. Sinusoid terdapat diantara lempeng-lempeng sel hepar dan mengikuti percabangannya Eroschenko, 2000. Sinusoid hati
membentuk jaringan intralobuler yang kaya akan susunan pembuluh darah
commit to user 17
yang saling bertemu satu sama lainnya pada vena sentralis. Menurut tipe kapilernya dibedakan menjadi dua : 1 sinusoid yang lebar dan bervariasi
dalam ukuran diameter, dan 2 sinusoid yang dindingnya terdiri atas dua tipe sel yang dapat dibedakan, yaitu sel
endotel
, dan sel
Kupffer
Jones, 1993. Sel
Kupffer
berbentuk stelat dengan sifat histologis seperti vakuola jernih, lisosom dan retikuloendoplasma granular tersebar di seluruh
sitoplasma. Ini membedakan sel-sel
Kupffer
dan sel-sel
endotel
Junqueira dan Carneiro, 2007. Sel
Kupffer
di sini bersifat
endogeneous peroxidase activity
dan beregenerasi atau berproliferasi dengan sendirinya. Sel
Kupffer
ini berperan dalam produksi benda-benda imun, fagositosis, dan formasi darah Jones, 1993.
Sinusoid hati juga mengandung sel-sel darah dan pada neonatus mengandung elemen
hemopoetik
. Diantara sinusoid terdapat sebuah celah, disebut
celah disse
, memisahkan permukaan hepatosit yang menghadap sinusoid dengan barisan sel endotel Damjanov and Linder, 1996.
d. Kanalikuli Biliferus
Merupakan celah tubuler yang hanya dibatasi oleh membran plasma hepatosit dan mempunyai sedikit mikrovili pada bagian
dalamnya. Kanalikuli biliferus membentuk anastomosis yang kompleks di sepanjang lempeng-lempeng lobulus hati dan berakhir dalam daerah
porta. Oleh karena itu, empedu mengalir berlawanan arah dengan aliran darah, yaitu dari tengah ke tepi lobulus. Beberapa kanalikuli biliferus
commit to user 18
membentuk duktulus biliferus yang bermuara dalam duktus biliferus dalam segitiga porta Junqueira dan Carneiro, 2007.
e. Daya regenerasi hepar
Hati mempunyai kemampuan regenerasi yang luar biasa meskipun sel-selnya diperbaharui secara lambat. Percobaan pada hewan
tikus, hati dapat memulihkan kehilangan sampai 75 berat total hati hanya dalam waktu satu bulan Junqueira dan Carneiro, 2007. Sel
nekrotik lokal dapat digantikan oleh sel baru melalui mitosis hepatosit yang berdekatan Lu, 1995. Kesempurnaan pemulihan sangat
tergantung pada keutuhan kerangka dasar jaringan. Pada hati yang cedera, jika kerangka retikulum masih utuh akan terjadi regenerasi sel
hati yang teratur dan struktur lobuli yang kembali normal serta fungsinya akan pulih kembali Robbins
et al.
, 2004. Apabila kerusakan hati terjadi berulang-ulang atau terus menerus, terdapat nekrosis masif
sel hati atau destruksi unsur-unsur stromanya, maka terbentuk banyak jaringan ikat bersama regenerasi sel hati. Kelebihan jaringan ikat
mengakibatkan kacaunya struktur hati, suatu keadaan yang dikenal dengan sirosis Robbins
et al.
, 2004
4. Proses kerusakan sel hati akibat radikal bebas yang ditimbulkan oleh