Landasan Teori 1 Adopsi dan Inovasi

2.2. Landasan Teori 2.2.1 Adopsi dan Inovasi Pada dasarnya perilaku petani sangat dipengaruhi oleh pengetahuan, kecakapan dan sikap mental petani itu sendiri. Dengan digiatkannya penyuluhan pertanian diharapkan akan terjadi perubahan-perubahan terutama pada perilaku serta bentuk-bentuk kegiatannya seiring dengan terjadinya perubahan cara berpikir, cara kerja, cara hidup, pengetahuan dan sikap mental yang lebih terarah dan lebih menguntungkan baik bagi dirinya beserta keluarganya maupun lingkungannya. Perubahan perilaku dapat terjadi dalam tiga bentuk : 1. Bertambahnya perbendaharaan informasi yang berguna bagi petani dan pengertian tentang itu. 2. Tumbuhnya keterampilan, kemampuan dan kebiasaan baru atau yang bertambah baik. 3. Timbulnya sikap mental dan motivasi yang lebih kuat sesuai dengan yang dikehendaki Slamet, 2003. Menurut Kartasapoetra 1993 perubahan perilaku yang diusahakan dengan melalui penyuluhan pertanian pada diri para petani pada umumnya berjalan dengan lambat, hal ini disebabkan : - Tingkat pengetahuan, kecakapan dan mental petani - Penyuluhan hal – hal yang disampaikan hanya akan diterima dan dipraktekkan diterapkan, diadopsi setelah para petani mendapat gambaran nyata atau keyakinan bahwa hal – hal baru yang diterima dari penyuluhan akan berguna, memberi keuntungan, peningkatan hasil bila dipraktekkan atau tidak menimbulkan kerugian terhadap apa yang sedang dilakukan. Universitas Sumatera Utara Peningkatan pengetahuan petani mengenai suatu inovasi teknologi pertanian merupakan bagian dari pemberdayaan petani. Dimana petani diberi kuasa, kekuatan, dan motivasi untuk meningkatkan pengetahuannya. Pemberdayaan masyarakat dalam pengembangan masyarakat menekankan kemandirian masyarakat itu sebagai suatu sistem yang mampu mengorganisir dirinya. Kegiatan pemberdayaan masyarakat harus mampu mengembangkan teknik-teknik pendidikan tertentu yang imajinatif untuk menggugah kesadaran masyarakat Sadono, D, 2008. Adopsi merupakan proses penerimaan inovasi dan atau perubahan perilaku baik yang berupa pengetahuan, sikap, maupun ketrampilan pada diri seseorang setelah menerima inovasi yang disampaikan penyuluh ke masyarakat sasarannya. Tahapan proses adopsi adalah mengetahui, berminat, menilai, mencoba dan menerapkan Van den Ban dan Hawkin 2003 dalam Yunita 2012. Peningkatan pengetahuan petani merupakan bagian yang penting dalam proses adopsi inovasi. Jika pengetahuan tinggi dan individu bersikap positif terhadap suatu teknologi baru di bidang pertanian, maka penerapan teknologi tersebut akan menjadi lebih sempurna, yang pada akhirnya akan memberikan hasil secara lebih memuaskan baik secara kuantitas maupun kualitas. Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan petani sebagai bagian dari perilaku penerapan inovasi Sudarta, 2005. Tingkat adopsi petani dipengaruhi oleh persepsi petani tentang ciri-ciri inovasi dan perubahan yang dikehendaki oleh inovasi didalam pengelolaan pertanian dari keluarga petani. Persepsi atau tanggapan adalah suatu proses mental yang terjadi Universitas Sumatera Utara pada diri manusia yang akan menunjukkan bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, memberi, serta meraba kerja indra disekitar kita Widayatun, 1999. Inovasi diadopsi dengan cepat karena : - Memiliki keuntungan relatif tinggi bagi petani. - Kompatibilitas keselarasan dengan nilai-nilai, pengalaman, dan kebutuhan. - Kompleksitas tidak rumit. - Dapat dicoba. - Dapat diamati. Inovasi adalah suatu gagasan melukiskan objek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru, tetapi tidak selalu merupakan hasil dari penelitian mutakhir. Van den Ban dan Hawskin, 2003. Perilaku penerapan inovasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dari dalam diri petani maupun faktor dari luar lingkungan. Faktor dari dalam diri meliputi umur, pendidikan, status sosial, pola hubungan sikap terhadap pembaharuan, keberanian mengambil resiko, fatalisme, aspirasi dan dogmatis sistem kepercayaan tertutup. Termasuk faktor lingkungan antara lain: kosmopolitas, jarak ke sumber informasi, frekuensi mengikuti penyuluhan, keadaan prasarana dan sarana dan proses memperoleh sarana produksi Soekartawi, 1988. Kecepatan setiap petani dalam menerapkan inovasi ataupun teknologi baru tidak sama, ada yang lambat dan ada yang cepat. Melalui penyuluhan pertanian dapat dibedakan beberapa golongan petani antara lain : Universitas Sumatera Utara 1. Inovator 2. Penerap inovasi teknologi lebih dini early adopter 3. Penerap inovasi teknologi lebih awal early mayority 4. Penerap inovasi teknologi lebih akhir late mayority 5. Penolak teknologi inovasi laggard Kartasapoetra, 1994 : 27-28.

2.2.2 Faktor Sosial Ekonomi

a. Umur Petani Makin muda petani biasanya mempunyai semangat untuk ingin tahu apa yang belum mereka ketahui, sehingga dengan demikian mereka berusaha untuk lebih cepat melakukan adopsi inovasi walaupun sebenarnya mereka belum berpengalaman soal adopsi inovasi tersebut. b. Pengalaman bertani Petani yang sudah lebih lama bertani akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada petani pemula, hal ini dikarenakan pengalaman yang lebih banyak sehingga sudah dapat membuat perbandingan dalam membuat keputusan. c. Tingkat pendidikan petani Pendidikan merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya akan menanamkan sikap yang lebih menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang lebih modern. Mereka yang lebih berpendidikan tinggi adalah relatif lebih cepat dalam melaksanakan adopsi. Tingkat pendidikan yang rendah pada umumnya kurang menyenangi inovasi, sehingga sikap mental untuk menambah ilmu pengetahuan khususnya ilmu pertanian kurang. Universitas Sumatera Utara d. Luas lahan Petani yang mempunyai lahan yang luas adalah lebih mudah menerapkan inovasi dari petani yang memilikilahan yang sempit, hal ini dikarenakan koefisienan dalam penggunaan sarana produksi. e. Jumlah tanggungan Banyaknya jumlah tanggungan keluarga, akan mendorong petani untuk melakukan banyak kegiatanaktifitas terutama dalam upaya mencari dan menambah pendapatan keluarga. Ginting. M, 2002.

2.3 Penelitian Terdahulu

Dokumen yang terkait

Sikap Petani Terhadap Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A)” (Studi Kasus: Desa Simanampang, Kecamatan Pahae Julu, Kabupaten Tapanuli Utara).

8 93 81

Dampak Kehadiran Rumah Kreatif Binjai Terhadap Sosial Ekonomi Keluarga Di Kelurahan Tanah Seribu Kecamatan Binjai Selatan Kota Binjai

3 85 86

Pengaruh Karakteristik Sosial Ekonomi Penyuluh Terhadap Tingkat Keberhasilan Pelaksanaan Tugas Pokok Penyuluh Pertanian (Studi Kasus di Kecamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai)

7 95 75

Tingkat Adopsi Petani Sayur Mayur Terhadap Teknologi Budidaya Anjuran di Kelurahan Tanah Enam Ratus ( Studi Kasus : Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan Kota Medan )

0 29 95

Analisis Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Double Row Pada Usahatani Pisang Barangan (Musa Paradisiaca Sapientum L) Dan Hubungannya Dengan Faktor Sosial Ekonomi di Kabupaten Deli Serdang).

4 57 108

Tingkat Adopsi Petani Sayur Bayam Jepang Terhadap Teknologi Budidaya Anjuran Dan Hubungannya Dengan Sosial Ekonomi Petani (Studi Kasus Desa Rumah Berastagi Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo )

10 71 79

Tingkat Adopsi Petani Terhadap Teknologi Budidaya Nilam Dan Hubungannya Dengan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani (Kasus: Desa Tanjung Meriah Kecamatan STTU Jehe Kabupaten Pakpak Bharat)

6 80 91

Hubungan Faktor Sosial Ekonomi Petani Padi Sawah Dengan Tingkat Adopsi Teknologi Rumah Kompos (Studi Kasus : Desa Sei Buluh, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai)

0 49 105

PERSEPSI PETANI TERHADAP PROGRAM KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI (KRPL) DI DESA ABUNG JAYO KECAMATAN ABUNG SELATAN KABUPATEN LAMPUNG UTARA

7 22 65

Analisis Pemahaman Program Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL) Masyarakat Kota Malang

0 3 6