38 dapat digunakan sebagai alat untuk mengelola inflasi, namun di lain pihak suku
bunga nominal juga akan dipengaruhi oleh peningkatan ekspektasi inflasi. Semakin tinggi inflasi maka suku bunga pun akan mengalami kenaikan karena
selisih antara suku bunga nominal dan inflasi mencerminkan beban sesungguhnya dari biaya suku bunga yang di hadapi individu dan perusahaan. Kenaikan inflasi
akan diikuti oleh kenaikan suku bunga, merupakan bentuk kebijakan moneter kontraksi agar tidak terjadi ekspansi kredit yang berlebihan. Apabila tidak terjadi
ekspansi kredit maka perekonomian diharapkan akan lebih stabil sehingga menekan terjadinya inflasi. Kebijakan uang ketat dengan cara menaikkan suku
bunga di satu sisi dapat meredam terjadinya inflasi, namun di sisi lain, kebijakan ini dapat mengorbankan sektor riil. Tingginya suku bunga kredit akan
menyebabkan sektor riil tidak dapat mengembangkan usaha, menghambat investasi baru, yang berakibat melemahnya dunia usaha. Apabila penurunan
inflasi sebenarnya lebih disebabkan karena penurunan daya beli masyarakat maka penggunaan suku bunga yang ketat untuk meredam inflasi tentunya tidak tepat
sasaran karena justru akan melemahkan dunia usaha.
4.3 Perkembangan Giro Wajib Minimum di Indonesia
Mengenai berbagai krisis yang terjadi sejak pertengahan tahun 1997 krisis ini berkembang secara cepat menjadi krisis keuangan dan perbankan,krisis
ekonomidan didramatisir dengan terjadinya krisis social antara lain terjadinya kerusuhan,pembakaran,pengrusakan dan penjarahan berbagai asset ekonomi pada
tanggal 13 dan 14 mei 1998. Krisis yang melanda perbankan ditandai dengan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap bank, selain itu NPL Non
Universitas Sumatera Utara
39 Performance Loans semakin meningkat yang mengakibatkan bank mengalami
kerugian. Krisis perbankan tersebut juga ditandai dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan Tanggal 24 November 1997 yang mencabut izin
usaha 16 Bank Swasta, dilanjutkan dengan pembekuan operasi 7 Bank Swasta dan pengambilalihan Take Over 7 Bank Swasta dan BUMN oleh BPPN. Dengan
kondisi tersebut berbagai langkah-langkah telah dilakukan oleh Bank Indonesia untuk menyehatkan kembali Industri perbankan Nasional.
Bank Indonesia sebagai Bank Sentral di Indonesia merupakan lembaga yang memiliki kewenangan dalam mengatur dan mengawasi bank. Dengan
kewenangannya tersebut Bank Indonesia mengeluarkan ketentuan - ketentuan yang harus dipatuhi oleh perbankan yang tertuang dalam peraturan Bank
Indonesia, salah satunya adalah penetapan Giro Wajib Minimum GWM. Penetapan Giro Wajib Minimum GWM merupakan salah satu instrument
moneter Bank Indonesia sebagai Otoritas Moneter yang bertujuan untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar di masyarakat. Berdasarkan surat
edaran No. 30 10 UPPB Tanggal 20 Oktober 1997 Bank Indonesia menetapkan besarnya GWM dalam rupiah sebesar minimal 5 dari dana pihak ketiga rupiah
dan 3 dari dana pihak ketiga Valuta Asing. Giro Wajib Minimum GWM merupakan liquiditas wajib minimum bank
yang wajib dijaga dan dipelihara oleh setiap bank. liquiditas tersebut dimaksudkan agar bank dapat memenuhi kewajibannya terhadap penarikan simpanan
masyarakat sewaktu-waktu. Untuk itu setiap bank harus mengelolah liquiditasnya dengan baik agar setiap penarikan dana masyarakat dapat terpenuhi, sehingga
Universitas Sumatera Utara
40 kepercayaan masyarakat terhadap bank semakin meningkat dan kegiatan
operasional bank akan berjalan dengan baik.
Tabel 4.3 Perkembangan Giro Wajib Minimum Di Indonesia
TAHUN
GIRO WAJIB MINIMUM
1986 15
1987 15
1988 2
1989 2
1990 2
1991 2
1992 2
1993 2
1994 2
1995 2
1996 3
1997 5
1998 3
1999 3
2000 3
2001 3
2002 3
2003 3
2004 5
2005 5
2006 4
2007 4
2008 4
2009 4
2010 4
2011 4
2012 4
2013 4
2014 4
2015 7,5
Sumber: Bank Indonesia
Universitas Sumatera Utara
41
4.4 Operasi Pasar Terbuka IHSG