24
2.9 Hubungan Utang Luar Negeri dan Inflasi
Hutang luar negeri diartikan sebagai penerimaan negara dalam bentuk devisa ataupun dalam bentuk devisa yang di rupiahkan maupun dalam bentuk
barang dan atau jasa yang diterima dari PemberiPinjaman Hibah Luar Negeri PPHLN yang harus dibayar kembali dengan persyaratan tertentu atau hutang
luar negeri adalah sumber penerimaan negara yang berasal dari negara asing, badanlembaga keuangan internasional atau dari pasar uang internasional yang
berbentuk devisa, barang, dan atau jasa termasuk pinjaman yang mengakibatkan pembayaran dimasa yang akan datang yang harus dibayar kembali sesuai
kesepakatan bersama. Dalam rangka pencapaian tujuan suatu negara maka perlu adanya
program-program pembanguna yang berkesinambungan dengan dana yang tidak sedikit jumlahnya. Salah satu syarat utama untuk mencapai tujuan pembangunan
adalah cukup tersedianya dana investasi.Kebutuhan dana investasi tersebut secara ideal seharusnya dapat dibiayai dari dana tabungan dalam negeri. Tetapi dalam
kenyatanyaannya seperti negara Indonesia masih mengahadapi masalah keterbatasan modal dalam negeri yang dibutuhkan untuk pembiayaan
pembangunan. Hal tersebut tercermin dengan adanya kesenjangan tabungan dalam negeri dengan dana investasi yang diperlukan. Untuk menutup investasi yang
diperlukan ini, pinjaman luar negeri merupakan salah satu sumber pembiayaan pembangunan ekonomi Indonesia. Disamping itu, pinjaman luar negeri diperlukan
dalam upaya menutup kesenjangan antara kebutuhan valuta asing yang telah ditargetkan dengan devisa yang diperoleh dari penerimaan hasil kegiatan ekspor.
Universitas Sumatera Utara
25
2.10 Penelitian Terdahulu
1. Heru Perlambang 2012, yang berjudul “Analisis Pengaruh Jumlah Uang
Beredar, Suku Bunga SBI, Nilai Tukar Terhadap Tingkat Inflasi”. Penelitian ini menganalisis pengaruh jumlah uang beredar,suku bunga
SBI, nilai tukar terhadaptingkat inflasi dengan menggunakan metode regresi linier berganda. Kesimpulan dari penelitian ini adalah nilai tukar
dan jumlah uang beredar tidak berpengaruh signifikan terhadap inflasi, sedangkan suku bunga SBI berpengaruh signifikan terhadap inflasi.
2. Hadi Sasana 2004 yang berjudul “Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Inflasi di Indonesia dan Filipina”. Penelitian ini menganalisis variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat inflasi di
Indonesia dan Filipina dalam jangka pendek dan jangka panjang dengan menggunakan pendekatan ECM Error Correction Model. Hasil dari
penelitian ini adalah jumlah uang beredar dalam jangka pendek maupun jangka panjang mempunyai hubungan positif dan berpengaruh signifikan
terhadap tingkat inflasi di Indonesia. Di Filipina, dalam jangka pendek variabel jumlah uang beredar mempunyai hubungan positif dan signifikan
terhadap tingkat inflasi, tetapi dalam jangka panjang mempunyai hubungan yang negatif dan berpengaruh secara signifikan.nilai tukar
dalam jangka pendek dan jangka panjang mempunyai hubungan positif dan berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat inflasi baik di
Indonesia maupun di Filipina.
Universitas Sumatera Utara
26 3.
Hafsyah Aprillia 2011 yang berjudul “Analisis Inflasi di Sumatera Utara: Suatu Model Error Correction Model”. Penelitian ini menganalisis
pengaruh suku bunga dan nilai tukar terhadap inflasi menggunakan metode ECM. Hasil penelitian ini adalah suku bunga berpengaruh
signifikan tehadap inflasi, nilai tukar berpengaruh signifikan terhadap inflasi dalam jangka pendek, sedangkan dalam jangka panjang
tidakberpengaruh signifikan.
2.11 Kerangka Konseptual