19
2.6 Inflasi
Inflasi yaitu suatu gejala dimana tingkat harga umum mengalami kenaikan secara terus menerus Nanga, 2001. Sedangkan menurut Turvey 1997, inflasi
adalah variabel yang melambung yaitu tingkat harga ataupun upah umum Wage Spiral Inflation. Menurut F.W. Paish, 1997, inflasi adalah pendapatan nominal
meningkat jauh lebih cepat bila dibandingkan dengan peningkatan arus barang
dan jasa yang dibeli pendapatan nasional riil.
Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas atau mengakibatkan kenaikan harga pada
barang lainnya. Ada beberapa faktor yang menyebabkan terhadinya inflasi, yaitu:
• Inflasi karena kenaikan permintaan Demand Pull Inflation
Inflasi seperti ini terjadi karena adanya kenaikan permintaan untuk beberapa jenis barang. Peningkatan permintaan ini dapat terjadi karena
peningkatan belanja pada pemerintah, peningkatan permintaan akan barang untuk diekspor, dan peningkatan permintaan barang bagi
kebutuhan swasta. Kenaikan permintaan masyarakat aggregate demand ini mengakibatkan harga-harga naik karena penawaran tetap.
• Inflasi karena biaya produksi Cost Pull Inflation
Inflasi seperti ini terjadi karena adanya kenaikan biaya produksi. Kenaikan pada biaya produksi terjadi akibat karena kenaikan harga-harga bahan
baku, misalnya karena keberhasilan serikat buruh dalam menaikkan upah
Universitas Sumatera Utara
20 atau karena kenaikan harga bahan bakar minyak. Kenaikan biaya produksi
mengakibatkan harga naik dan terjadilah inflasi. •
Inflasi karena jumlah uang yang beredar bertambah Teori ini diajukan oleh kaum klasik yang mengatakan bahwa ada
hubungan antara jumlah uang yang beredar dan harga-harga. Bila jumlah barang itu tetap, sedangkan uang beredar bertambah dua kali lipat maka
harga akan naik dua kali lipat. Penambahan jumlah uang yang beredar dapat terjadi misalnya kalau pemerintah memakai sistem anggaran defisit.
Kekurangan anggaran ditutup dengan melakukan pencetakan uang baru yang mengakibatkan harga-harga naik.
Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang
positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan
mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali, keadaan perekonomian menjadi kacau dan
perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat.
Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaum buruh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga
sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Universitas Sumatera Utara
21 Indikator yang sering digunakan untuk mengukur inflasi adalah Indeks
Harga Konsumen IHK. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menunjukkan pergerakan harga dari paket barang dan jasa yang di konsumsi masyarakat.
Dimana sejak Juli 2008, paket barang dan jasa dalam keranjang IHK telah dilakukan atas dasar Survey Biaya Hidup SBH tahun 2007 yang dilaksanakan
oleh Badan Pusat Statistik BPS.Kemudian, BPS akan memonitor perkembangan harga dari barang dan jasa tersebut secara bulanan di beberapa kota, di pasar
tradisional dan modern terhadap beberapa jenis barangjasa di setiap kota. Indikator inflasi lainnya berdasarkan international best practice antara
lain: a.
Indeks Harga Perdagangan Besar IHPB Harga PerdaganganBesardari suatu komoditas ialah harga transaksi yang
terjadi antara penjualpedagang besar pertama dengan pembelipedagang besar berikutnya dalam jumlah besar pada pasar pertama atas suatu
komoditas. b.
Deflator Produk Domestik Bruto PDB menggambarkan pengukuranlevel harga barang akhir final goods dan ajsa yang diproduksi di dalam suatu
ekonomi negeri. Deflator PDB dihasilkan dengan membagi PDB atas dasar harga nominal dengan PDB atas dasar harga konstan.
Pengelompokan Inflasi : Inflasi yang diukur dengan IHK Indonesia dikelompokkan ke dalam 7
kelompok pengeluaran berdasarkan the classification of individual consumption by purpose – COICOP, yaitu :
Universitas Sumatera Utara
22 1
Kelompok Bahan Makanan 2
Kelompok Makanan Jadi, Minuman, dan Tembakau 3
Kelompok Perumahan 4
Kelompok Sandang 5
Kelompok Kesehatan 6
Kelompok Pendidikan dan Olah Raga 7
Kelompok Transportasi dan Komunikasi.
2.7 Hubungan Jumlah Uang Beredar dan Inflasi