Pengertian Perjanjian Secara Umum

16 BAB II TINJAUAN YURIDIS KLAUSULA PERJANJIAN KERJASAMA

A. Pengertian Perjanjian

1. Pengertian Perjanjian Secara Umum

Untuk membuat suatu perjanjian hendaknya kita terlebih dahulu memahami arti dari perjanjian tersebut. Apabila dilihat dari literatur banyak kita temui beraneka ragam pengertian perjanjian, di mana masing-masing dari sarjana memberikan pengertian sendiri-sendiri, hal mana pengertian tersebut dibuat oleh pakar hukum, oleh karena hal inilah kita tidak menemukan keseragaman pengertian perjanjian. Sebelum kita lebih jauh membahas tentang perjanjian ada baiknya kita terlebih dahulu membahas mengenai perikatan, sebab seperti yang kita ketahui perjanjian itu tidak terlepas dari perikatan. Di mana disini terlihat jelas bahwa suatu perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seseorang berjanji pada orang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melakukan sesuatu hal. 12 12 R. Subekti, Hukum Perjanjian Cetakan ke-21, PT. Intermasa, Jakarta, 2005, hal. 1. Dari peristiwa ini, timbullah suatu hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian tersebut menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perikatan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. Dengan demikian, hubungan antara perikatan dan perjanjian adalah bahwa perjanjian itu menerbitkan perikatan. Perjanjian adalah sumber perikatan, disampingnya sumber-sumber lain. Perjanjian adalah sumber yang terpenting yang melahirkan perikatan. Dari ketentuan Pasal 1233 KUHPerdata menyatakan bahwa “Tiap-tiap perikatan dilahirkan baik karena perjanjian, maupun karena Undang-Undang“. Pasal ini seharusnya menerangkan tentang pengertian perikatan karena merupakan awal dari ketentuan hukum yang mengatur tentang perikatan. Namun, kenyataannya pasal ini hanya menerangkan tentang dua sumber lahirnya perikatan, yaitu : a. Perjanjian; dan b. Undang-undang. Perjanjian sebagai sumber perikatan ini, apabila dilihat dari bentuknya, dapat berupa perjanjian tertulis maupun perjanjian tidak tertulis. 13 Subekti,memberikan rumusan perikatan sebagai berikut: “ Suatu perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.” Dari ketentuan ini, tidak dijelaskandefinisi perikatan, oleh karena itu para ahli memberikan rumusan tentang perikatan ini beraneka ragam. Dari hal ini para ahli memberikan rumusan masing-masing. 14 Hofman, memberikan pengertian tentang perikatan adalah : “Perikatan adalah suatu hubungan antara sejumlah subjek-subjek hukum sehubungan dengan itu seorang atau beberapa orang dari padanya debiturpara kreditur mengikatkan dirinya untuk bersikap menurut cara-cara tertentu terhadap pihak lain yang berhak atas sikap yang demikian itu.“ 15 13 Ahmadi Miru dan Sakka Pati, Hukum Perikatan : Penjelasan Makna Pasal 1233 Sampai 1456 BW, Rajawali Pers, Jakarta, 2008, hal. 3. 14 R. Subekti, loc. cit. 15 Hofman, Pokok Hukum Perikatan, Bina Cipta, Bandung, 2003, hal. 2. Wan Sadjaruddin Baros, dalam bukunya Sendi Hukum Perikatan menyatakan: “Perikatan itu ialah hubungan hukum antara dua orang pihak atau lebih dalam harta kekayaan yang menimbulkan hak di satu pihak dan kewajiban di pihak lain.” 16 Dari beberapa pendapat para sarjana di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam suatu perikatan verbintenis terkandung hal-hal sebagai berikut: 17 1. Adanya hubungan hukum 2. Biasanya mengenai kekayaan atau harta benda 3. Antara dua orangpihak atau lebih 4. Memberikan hak kepada pihak yang satu, yaitu kreditur 5. Meletakkan kewajiban pada pihak yang lain, yaitu debitur 6. Adanya prestasi Setelah kita lebih mengetahui pengertian perikatan maka kita kembali pada pembahasan perjanjian, yang mana di atas telah dijelaskan bahwa perikatan bersumber pada perjanjian, dan selain perjanjian masih ada lagi sumber lain yang menerbitkan perikatan yaitu Undang-Undang. Istilah perjanjian berasal dari bahasa inggris yaitu “contracts”.Sedangkan dalam bahasa belanda istilah perjanjian atau persetujuan disebut juga dengan “overeenkomst”. 18 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, perjanjian adalah “persetujuan tertulis atau dengan lisan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, masing-masing bersepakat akan mentaati apa yang tersebut dalam persetujuan.” 19 16 W.S.Baros, Sendi Hukum Perikatan, Bina Cipta, Bandung, 1997, hal. 12. 17 M. Yahya, Segi-Segi Hukum Perjanjian, Alumni, Bandung, 1996, hal. 6. 18 Salim H.S, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hal. 3. 19 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Ikthisar Indonesia Edisi Ketiga, Balai Pustaka, Jakarta, 2005, hal. 458. Kamus Hukum menjelaskan bahwa perjanjian adalah “persetujuan yang dibuat oleh dua pihak atau lebih, tertulis maupun lisan, masing-masing sepakat untuk mentaati isi persetujuan yang telah dibuat bersama.” 20 1. M. Yahya Harahap Untuk memahami istilah mengenai perjanjian terdapat beberapa pendapat para sarjana, yaitu : Perjanjian adalah suatu hubungan hukum kekayaan harta benda antara dua orang atau lebih, yang memberi kekuatan hak atau sesuatu untuk memperoleh prestasi atau sekaligus kewajiban pada pihak lain untuk menunaikan kewajiban pada pihak lain untuk memperoleh suatu prestasi. 2. R. Subekti Perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada seorang lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. 21 3. Wirjono Prodjodikoro Perjanjian adalah suatu perhubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dalam mana suatu pihak berjanji atau di anggap berjanji untuk melakukan suatu hal atau untuk tidak melakukan sesuatu hal, sedangkan pihak lain berhak menuntut pelaksanaan janji itu. 22 4. Hartono Suprapto Perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada orang lain atau dua orang lain itu saling berjanji untuk melakukan sesuatu hal. 23 20 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hal. 363. 21 R. Subekti, loc. cit. 22 Wirjono Prodjodikoro, Asas-Asas Hukum Perjanjian, PT. Bale, Bandung, 1986, hal. 9. 23 Hartono Suprapto, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Bandung, 1999, hal. 12. 5. Abdul Kadir Muhammad Perjanjian adalah suatu persetujuan dengan mana dua orang pihak atau lebih mengikatkan diri untuk melaksanakan suatu hal dalam lapangan harta kekayaan. 24 Pengertian ini sebenarnya seharusnya menerangkan juga tentang adanya dua pihak yang saling mengikatkan diri tentang sesuatu hal. Artinya kalau hanya disebutkan bahwa satu pihak mengikatkan diri kepada pihak lain, maka terlihat seolah-olah yang dimaksud hanyalah perjanjian sepihak, tetapi kalau disebutkan juga tentang adanya dua pihak yang saling mengikatkan diri, maka pengertian perjanjian ini meliputi baik perjanjian sepihak maupun perjanjian dua pihak. Pengertian perjanjian juga diatur dalam Pasal 1313 Buku III KUHPerdata, yang selanjutnya disebut Kitab Undang-Undang HukumPerdata Burgerlijk Wetboek menyebutkan bahwa: “Suatu perjanjian adalah suatuperbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satuorang lain atau lebih.” Pasal ini menerangkan secara sederhana tentang pengertian perjanjian yang menggambarkan tentang adanya dua pihak yang saling mengikatkan diri. Pengertian ini sebenarnya tidak begitu lengkap, tetapi dengan pengertian ini, sudah jelas bahwa dalam perjanjian itu terdapat satu pihak mengikatkan diri kepada pihak lain. 25 Ada beberapa kelemahan dari pengertian perjanjian yangdiatur dalam ketentuan di atas yang membuat pengertian perjanjian menjadi luas, seperti yang 24 Abdulkadir Muhammad, Hukum Perdata Indonesia, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2000, hal. 225. 25 Ahmadi Miru dan Sakka Pati, op. cit., hal. 64. di katakan oleh Mariam Darus Badrulzaman dkk dalam bukunya Kompilasi Hukum Perikatan bahwa: “Definisi perjanjian yang terdapat dalam ketentuan Pasal 1313 KUHPerdata adalah tidak lengkap dan terlalu luas, tidaklengkap karena yang dirumuskan itu hanya mengenai perjanjian sepihak saja.Definisi itu dikatakan terlalu luas karena dapat mencakup perbuatan-perbuatan didalam lapangan hukum keluarga, seperti janji kawin yang merupakan perjanjianjuga, tetapi sifatnya berbeda dengan perjanjian yang diatur dalam KUHPerdata Buku III, perjanjian yang diatur dalam KUHPerdata Buku III kriterianya dapat dinilai secara materil, dengankata lain dapat dinilai dengan uang.” 26 Menurut Muhammad Abdul Kadir, Pasal 1313 KUHPerdata mengandung kelemahan karena : 27 a. Hanya menyangkut sepihak saja. Dapat dilihat dari rumusan “satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya”. Kata “mengikatkan” sifatnya hanya sepihak, sehingga perlu dirumuskan “kedua pihak saling mengikatkan diri” dengan demikian terlihat adanya konsensus antara pihak-pihak, agar meliputi perjanjian timbal balik. b. Kata perbuatan “mencakup” juga tanpa consensus. Pengertian “perbuatan” termasuk juga tindakan melaksanakan tugas tanpa kuasa atau tindakan melawan hukum yang tidak mengandung konsensus. Seharusnya digunakan kata “persetujuan”. 26 Mariam Darus Badrulzaman dkk, Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Jakarta, 2001, hal. 65. 27 Damang, Perjanjian, Perikatan dan Kontrak, http:www.negarahukum.comhukum perjanjian-perikatan-kontrak.html , diakses pada tanggal 06 april 2017. c. Pengertian perjanjian terlalu luas. Hal ini disebabkan mencakup janji kawin yang diatur dalam hukum keluarga, padahal yang diatur adalah hubungan antara debitur dan kreditur dalam lapangan harta kekayaan. d. Tanpa menyebutkan tujuan. Rumusan Pasal 1313 KUHPerdata tidak disebut tujuan diadakannya perjanjian, sehingga pihak-pihak yang mengikatkan diri tidak jelas untuk maksud apa. Demikian halnya menurut Suryodiningrat, bahwa definisi Pasal 1313 KUHPerdata ditentang beberapa pihak dengan argumentasi sebagai berikut : 28 1. Hukum tidak ada sangkut pautnya dengan setiap perikatan, dan demikian pula tidak ada sangkut pautnya dengan setiap sumber perikatan, sebab apabila penafsiran dilakukan secara luas, setiap janji adalah persetujuan; 2. Perkataan perbuatan apabila ditafsirkan secara luas, dapat menimbulkan akibat hukum tanpa dimaksudkan misal: perbuatan yang menimbulkan kerugian sebagai akibat adanya perbuatan melanggar hukum; 3. Definisi Pasal 1313 KUHPerdata hanya mengenai persetujuan sepihak unilateral, satu pihak sajalah yang berprestasi sedangkan pihak lainnya tidak berprestasi misal: schenking atau hibah. Seharusnya persetujuan itu berdimensi dua pidak di mana para pihak saling berprestasi; 4. Pasal 1313 KUHPerdata hanya mengenal persetujuan obligatoir melahirkan hak dan kewajiban bagi para pihak, dan tidak berlaku bagi persetujuan jenis lainnya misalnya: perjanjian liberatoirmembebaskan, perjanjian dilapangan hukum keluarga, perjanjian kebendaan, perjanjian pembuktian. 28 R.M. Suryodiningrat, Asas Asas Hukum Perikatan, Tarsito, Bandung, 1985, hal. 72. Berdasarkan alasan yang dikemukankan di atas, maka perlu dirumuskan kembali apa yang dimaksud dengan perjanjian itu. Menurut doktrin teori lama, yang disebut perjanjian adalah hukum berdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Dari definisi di atas, telah terlihat adanya asas konsensualisme dan timbulnya akibat hukum tumbuhlenyapnya hak dan kewajiban. Menurut teori baru yang dikemukakan oleh Van Dunne, yang diartikan dengan perjanjian adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak atau lebihberdasarkan kata sepakat untuk menimbulkan akibat hukum. Teori baru tersebut tidak hanya melihat perjanjian semata-mata, tetapi juga harus dilihat perbuatan-perbuatansebelumnya atau yang mendahuluinya. 29

2. Pengertian Perjanjian Kerjasama

Dokumen yang terkait

Tinjauan Yuridis Perjanjian Kerjasama antara PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan dengan Wadah Tenaga Kerja Luar Hubungan Kerja (TK-LHK) Binaan Kantor PT. Jamsostek (Persero) Cabang Medan

0 56 124

“Tinjauan Yuridis Perjanjian Pemborongan Pekerjaan antara PT. Bank Central Asia, Tbk dengan PT. Dana Purna Investama (Studi Penelitian pada PT. Bank Central Asia, Tbk Kanwil V Medan)

4 73 109

Perjanjian Baku/Standar Kontrak Bertentangan Dengan Asas Kebebasan Berkontrak

2 33 147

Perjanjian Kerjasama Antara PT. Telkom Dengan Penyelenggara Warung Telkom Dalam Persfektif KUHPerdata Dan Permenkominfo No. 8 Tahun 2006

1 62 88

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN KERJASAMA SPONSORSHIP YANG DISELENGGARAKAN PT. NOJORONO Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Kerjasama Sponsorship Yang Diselenggarakan PT. Nojorono Tobacco Internasional.

0 1 11

Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Kerjasama Antara Pt. Asusindo Servistama Dan Medan Selular (Studi Pada Pt. Asusindo Servistama Medan)

0 1 11

Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Kerjasama Antara Pt. Asusindo Servistama Dan Medan Selular (Studi Pada Pt. Asusindo Servistama Medan)

0 0 2

Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Kerjasama Antara Pt. Asusindo Servistama Dan Medan Selular (Studi Pada Pt. Asusindo Servistama Medan)

0 0 15

Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Kerjasama Antara Pt. Asusindo Servistama Dan Medan Selular (Studi Pada Pt. Asusindo Servistama Medan)

0 0 35

Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Kerjasama Antara Pt. Asusindo Servistama Dan Medan Selular (Studi Pada Pt. Asusindo Servistama Medan)

0 0 4